Pemimpin Berhati Gembala Baik

Merindukan pemimpin berhati gembala baik

Saya mengingat John C. Maxwell. Dia adalah seorang penulis dan pembicara berkebangsaan Amerika. Ia pernah berkata: “Seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu kepada orang lain.” Perkataan ini memang kelihatan sederhana, namun memiliki makna yang mendalam bagi kita semua, terutama membantu kita bagaimana melihat sosok seorang pemimpin ideal di sekitar kita. Kita membutuhkan sosok pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang jalan tetapi dia sendiri mengetahui jalan, pernah melewatinya dan berusaha untuk menunjukkan jalan itu kepada orang lain. Dengan demikian pemimpin yang pandai beretorika semata-mata tanpa bersumber pada pengalaman dan perjuangan pribadinya akan memiliki dampak yang sangat terbatas kepada sesama manusia di bandingkan dengan pemimpin yang berbicara dari hati dan bersumber pengalaman konkretnya.

Kita mengetahui berbagai teori tentang kepemimpinan modern dalam berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat kita. Semua teori kepemimpinan seperti teori orang hebat (great man theory), teori sifat kepribadian (trait theory), teori perilaku (behavioral theory) dan teori kontingensi (Contingency theory). Semua teori kepemimpinan ini baik adanya dan diharapkan supaya masing-masing pribadi belajar untuk menerapkannya di dalam hidup pribadinya. Saya tidak bermaksud menjelaskan teori kepemimpinan modern, tetapi lebih memfokuskan kita pada sebuah kerinduan akan sosok pemimpin berhati Gembala Baik. Orang boleh saja memahami semua teori kepemimpinan, namun kalau tidak memiliki hati pemimpin sebagai Gembala baik maka akan memiliki dampak yang luas bagi kehidupannya secara pribadi dan kelompok.

Sosok yang saya hendak tampilkan adalah Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus pernah berkata: “Janganlah pula kamu disebut pemimpin karena hanya ada satu Pemimpinmu yaitu Mesias” (Mat 23:10). Yesus sang Mesias adalah seorang pemimpin sejati yang berhati Gembala Baik bagi semua orang. Kita menyapa-Nya sebagai pemimpin kita karena Dialah satu-satunya Mesias. Mesias adalah sang pemimpin sejati. Tuhan Yesus sebagai pemimpin sejati selalu bertentangan dengan pemimpin manusia zaat ini yang gila harta, gila kuasa dan gila-gila yang lain. Pemimpin yang suka mengumpulkan harta dengan cara yang halal dan tidak halal. Ada pemimpin yang menunjukkan kuasa sebagai nomor satu dan keteladanan sebagai nomor dua. Padahal keduanya mesti berjalan bersamaan. Pemimpin tanpa teladan baik tidak memiliki pengaruh apapun kepada orang yang dipimpinnya. Tuhan Yesus melihat banyak pemimpin yang gila pada zaman-Nya maka Ia tidak segan-segan berkata dengan lantang: “Celakalah kamu hai pemimpin-pemimpin buta” (Mat 23:16.24).

Kita merindukan bukan pemimpin buta dan gila. Tentu ini tidak akan masuk dalam ensiklopedi kepemimpinan. Kita merindukan dan membutuhkan pemimpin yang berhati gembala baik. Pemimpin berhati gembala baik memiliki kekhasan tersendiri, misalnya pemimpin yang mengenal domba-dombanya, pemimpin yang baik bahkan menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya (Yoh 10:11). Pemimpin yang hanya mengejar gaji saja, bermata duitan adalah orang upahan bukan gembala yang baik.

Seorang dapat memimpin dengan hati sebagai gembala apabila ia mengenal dengan baik orang yang dipimpinnya. Untuk mengenal orang yang dipimpinnya maka ia harus memiliki waktu yang cukup untuk bertemu, mendengar, mengevaluasi, mengoreksi bahkan menegur dengan keras kalau yang dipimpinnya itu tidak berjalan dalam jalan yang benar. Tanpa mengenal berbicara maka tidak aka nada interaksi yang sehat diantara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin berhati gembala siap untuk mendengar. Ini tentu butuh waktu untuk duduk dan mendengar. Semakin sang pemimpin mendengar maka ia akan mengasihi orang yang dipimpinnya. Pemimpin berhati gembala mampu mengevaluasi kinerja dari semua yang bekerja bersamanya. Hasil evaluasi akan membantunya untuk mengoreksi dan menegur demi kebaikan bersama. Maka secara singkat pemimpin berhati gembala akan mencurahkan segala cinta kasihnya kepada semua orang yang dipimpinnya.

Mari kita memandang sosok Yesus sebagai pemimpin sejati yang berhati gembala baik. Yesus menunjukkan sifat gembala baik-Nya dengan berempati terutama kepada orang-orang kecil. Saya mengingat sebuah perumpamaan Yesus dalam Injil Matius yang sebenarnya berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai Gembala yang baik. Ia memberi perumpamaan tentang seorang yang memiliki serratus ekor domba. Ada seekor yang sesat di padang. Sang gembala itu akan meninggalkan yang Sembilan puluh Sembilan dan pergi mencari yang tersesat. Ketika menemukan satu ekor yang sesat maka ia akan merasa bergembira (Mat 18: 12-13). Pemimpin berhati gembala baik harusnya seperti ini!

Banyak kali kita memiliki prinsip yang berbeda yang menunjukkan bahwa kita masih jauh dari sang Gembala Baik. Kalau saja ada seratus ekor domba dan ada satu yang sesat maka kita akan tetap memberi prioritas kepada yang sembilan puluh sembilan. Satu ekor domba yang tersesat tidak akan masuk dalam hitungan manusiawi kita. Tetapi Tuhan memang beda. Sang Gembala Baik rela meninggalkan sembilan puluh sembilan dan mencari satu yang tersesat. Sikap pemimpin seperti ini layak diperhitungkan. Tugas kita adalah mencari yang sesat dan menyelamatkan. Orang-orang yang frontal dengan kita bukanlah musuh sejati kita. Mereka adalah orang-orang terbaik yang selalu mencari yang terbaik juga dari hidup kita.

Pemimpin berhati Gembala Baik sangat kita butuhkan di dalam Gereja masa kini. Tugas Gereja adalah mengikuti Yesus yang datang ke dunia untuk mencari, menemukan dan menyelamatkan orang berdosa. Gereja mencari orang yang tersesat bukan untuk menyesatkan dirinya tetapi menyelamatkannya. Maka lebih baik menyelamatkan satu yang sesat dan ingin bertobat dari pada sembilan puluh sembilan orang yang tidak merasa berdosa dan membutuhkan Tuhan. Semangat pemimpin berhati gembala baik ini yang sangat dibutuhkan Gereja.

Hal yang harus menjadi nyata adalah bahwa dalam Komunitas Basis Gerejani (KBG), lingkungan, wilayah dan paroki saat ini membutuhkan pemimpin berhati gembala baik bukan pemimpin yang gila hormat, gila harta dan gila kuasa. Seorang pemimin yang selalu ada untuk mereka yang dipimpinnya. Kita memandang Yesus, sang Emanuel, Allah sang Pemimpin yang beserta kita, dan meniru teladan-Nya. Hanya dengan demikian kita dapat menjadi pemimpin berhati gembala baik di dalam keluarga, masyarakat dan Gereja.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply