Homili 3 Agustus 2018

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XVII
Yer 26:1-9
Mzm 69:5.8-10.14
Mat 13:54:55.56b-58

Jangan gagal fokus!

Selamat Hari Jumat Pertama dalam bulan Agustus ini. Apakah anda pernah gagal fokus? Ini adalah pertanyaan lumrah di antara kita. Kita tidak dapat menghindar dari gagal fokus harian dalam tugas dan tanggung jawab yang kita emban. Orang tua gagal fokus dalam mendidik anak-anaknya karena masih sibuk dengan hal-hal lain. Para pendidik gagal fokus dalam meneruskan ilmunya kepada para peserta didik. Banyak orang gagal fokus dalam menilai Tuhan. Mereka berpikir bahwa mereka dapat mengatur Tuhan melalui doa-doa mereka yang panjang. Itulah ciri khas manusia masa kini yang selalu gagal fokus. Masalahnya adalah apakah orang-orang seperti ini sadar diri bahwa mereka sedang gagal fokus?

Pada hari ini kita melanjutkan peziarahan kita bersama nabi Yeremia dan Tuhan Yesus Kristus. Nabi Yeremia adalah utusan Tuhan yang berbicara kritis terhadap situasi sosial dan religius zamannya. Ia diminta Tuhan untuk berbicara apa adanya kepada orang-orang yang datang untuk beribadah di rumah Tuhan. Semua perkataan Tuhan haruslah disampaikan apa adanya, tanpa perlu mengurangi sesuatu katapun. Harapan Tuhan adalah supaya orang-orang yang beribadah itu dapat bertobat dan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, semua rancangan malapetaka dari Tuhan dapat dijauhkan dari mereka. Untuk itu Tuhan berkata: “Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkan, maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi.” (Yer 26:4-6).

Pada saat itu para imam, nabi dan seluruh rakyat mendengar semua perkataan Tuhan melalui nabi Yeremia di dalam rumah Tuhan. Ternyata kali ini bukan Tuhan yang merancang malapetaka melainkan para imam, nabi dan seluruh rakyat merancang malapetaka bagi nabi Yeremia. Mereka hendak membunuh Yeremia di rumah Tuhan sebab perkataan Tuhan yang diucapkannya kepada mereka. Inilah perkataan orang-orang saat itu: “Engkau harus mati! Mengapa engkau bernubuat demi nama Tuhan dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?” Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah Tuhan.” (Yer 26:8-9).

Masih ada banyak imam, nabi dan rakyat yang ada di sekitar kita. Mereka suka merendahkan orang lain, mengkafirkan sesamanya dan dengan sadar melenyapkan karakter dan hidup sesama manusia. Homo homini lupus masih ada di sekitar kita! Masih banyak Yeremia di sekitar kita. Mereka mengatakan kebenaran tetapi ditolak. Orang yang tidak mau berubah pasti akan tetap menolak kebenaran. Masih ada Yeremia lain zaman ini yang dibully, ditolak, dicaci maki. Ibarat orang sudah menjadi mayat tetapi masih dimutilasi lagi. Apakah ini ciri khas manusia kekinian? Sungguh ironis karena Tuhan sendiri tidak pernah memiliki rencana untuk menciptakan manusia sejenis ini. Tuhan menciptakan manusia untuk kebaikan tetapi manusia menghendaki kejahatan.

Pengalaman nabi Yeremia juga menjadi pengalaman Tuhan Yesus Kristus. Penginjil Matius mengisahkan bahwa pada waktu itu Yesus yang sedang merasul di Galilea kembali ke Nazareth. Pada hari Sabat Ia masuk ke dalam rumah ibadat, membaca Kitab Suci dan mengajar orang banyak dengan kuasa dan wibawa. Orang-orang takjub dan merasakan kekuatan luar biasa dari setiap perkataan-Nya. Namun ada di antara mereka yang bereaksi negatif bagi Yesus di dalam rumah Tuhan.

Inilah pertanyaan-pertanyaan keraguan mereka terhadap Yesus: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” (Mat 13: 54-56). Perkataan-perkataan ini merupakan ungkapan keraguan dan penolakan mereka terhadap Tuhan Yesus di kampung halanan-Nya sendiri. Orang-orang yang sudah mengenal Yesus menolak kehadiran-Nya. Reaksi Yesus adalah selalu sabar dan mengerti manusia. Ia hanya sedih dan berkata: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 13:57). Tuhan Yesus juga tidak banyak membuat mukjizat di sana.

Kisah Yesus ini terjadi di dalam rumah ibadah. Tempat Tuhan yang kudus ini masih dikotori oleh orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan tetapi berpikiran negatif terhadap sesama manusia. Orang-orang gagal fokus dalam doa dan harapannya kepada Tuhan. Mereka gagal fokus ketika mendengar Sabda Tuhan di dalam rumah Tuhan sendiri. Rahmat Tuhan tidak akan turun atas orang-orang yang gagal fokus dan tidak membuka dirinya kepada Tuhan.

Saya dapat mengatakan bahwa masih ada banyak orang gagal fokus kepada Yeremia dan Yesus masa kini. Coba telusurilah di media sosial wajah-wajah Yesus dan Yeremia masa kini. Mereka adalah korban kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Karakter mereka dibunuh, karier politiknya dimusnahkan karena nafsu berkuasa dari orang-orang yang gagal fokus. Ada di antara mereka adalah pengikut Kiristus. Memalukan bagi mereka yang mengaku pengikut Kristus tetapi gagal fokus! Mari bertobat.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply