Food For Thought: Merenung tentang Perdamaian

Indahnya Perdamaian

Saya mengawali tulisan ini dengan mengingat Chairil Anwar. Ia pernah menulis sebuah puisi berjudul: “Indahnya perdamaian”. Ada satu kalimat yang bagus di dalam puisi ini yakni: “Damai, kata yang mudah untuk diucapkan namun sulit untuk di wujudkan.” Saya sepakat dengan Chairil Anwar bahwa banyak orang di antara kita sedang mencari, berteriak dan ingin mendapatkan perdamaian sejati, namun sulit untuk diwujudkan di dalam hidupnya. Artinya, banyak orang merasa bahwa per(damai)an masih merupakan slogan yang tetap dan harus diperjuangkan. Padahal banyak orang dari berbagai kalangan mendambakan perdamaian. Anda dan saya juga mendambakan damai yang sama di dalam diri, keluarga dan masyarakat. Berkaitan dengan ini, St. Theresia dari Kalkuta pernah berkata: “Apa yang dapat anda lakukan untuk mempromosikan perdamaian dunia? Pulanglah dan cintai keluarga anda.” Kalau mau memiliki damai sejati maka mari kembali ke dalam keluarga dan komunitas masing-masing, memiliki dan mencintainya sampai tuntas.

Damai yang indah ada di dalam Tuhan

Adalah Dalai Lama XVI. Ia pernah berkata: “Perdamaian yang sejati bukan hanya sekedar tidak adanya kekerasan. Perdamaian adalah, perwujudan kasih sayang manusia.” Mindset banyak di antara kita adalah bahwa perdamaian sejati berarti suasana pribadi setiap orang yang terbebas dari kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Jadi damai berarti suasana dimana orang tidak lagi dianiaya, tidak lagi mendengar kata-kata yang menyakitkannya. Sebenarnya, damai itu bukan hanya sekedar setiap individu terbebas dari kekerasan fisik dan verbal. Perdamaian sejati berasal dari Tuhan yang adalah kasih, sebab Dia adalah kasih (1Yoh 3:8.16). Maka damai sejati yang indah adalah wujud kasih sayang manusia sebagai manusia.

Damai sejati berasal dari dan selalu ada di dalam Tuhan sendiri. Kita semua tahu bahwa damai yang indah juga hanya ada di dalam Tuhan. Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia sebagai raja Damai. Zakharias adalah ayah Yohanes Pembaptis. Ia pernah mengucap syukur kepada Tuhan karena kelahiran Yohanes Pembaptis anaknya dengan berkata: “Surya pagi dari tempat yang tinggi menyinari mereka yang diam di dalam kegelapan dan dalam naungan maut yang mengarahkan kaki kita ke jalan damai sejahtera” (Luk 1:79). Kita benar-benar membutuhkan seorang yang dapat membimbing kita ke jalan damai sejahtera. Banyak orang merindukan jalan dalami sejahtera.Hanya Tuhan sendirilah yang membuka pintu ke jalan damai sejahtera yang benar.

St. Paulus menegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Efesus bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah damai kita (Ef 2:14). Dialah sang Putera yang mendamaikan kita dengan Bapa Surgawi. Tuhan Yesus dalam amanat perpisahan-Nya berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27). Maka Tuhan Yesus bukan hanya sekedar pendamai kita. Dia adalah damai itu sendiri. Damai sejahtera adalah milik Tuhan Yesus. Dia menitip damai sejahtera-Nya kepada kita masing-masing secara pribadi. Damai titipan Tuhan ini tidak sama dengan damai yang dunia tawarkan kepada kita. Maka tugas kita adalah membawa damai titipan Tuhan ini kepada sesama. Konsekuensi membawa damai adalah kita menjadi anak Allah. Tuhan Yesus Berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9). Kalau saja kita mampu membawa damai maka kita sungguh-sungguh menjadi Anak Allah. Damai sejahtera ada di dalam Tuhan bukan di tempat yang lain. Banyak orang mudah lupa pada Tuhan sang sumber damai sejati.

Damai sejahtera di dalam keluarga

Kita kembali kepada perkataan dari St. Theresia dari Kalkuta: “Apa yang dapat anda lakukan untuk mempromosikan perdamaian dunia? Pulanglah dan cintai keluarga anda.” Perkatan ini mengisyaratkan bahwa keluarga adalah tempat pertama bagi setiap individu untuk menimba kekuatan kasih dan damai sejahtera. Damai tidak di temukan di tempat lain. Damai ada di dalam hati kita masing-masing. Persoalannya adalah apakah kita sadar diri bahwa kitalah yang sedang menimba rasa damai di dalam keluarga, masyarakat dan bangsa kita.

Apakah anda membutuhkan Yesus Kristus sang raja damai? Ini adalah pertanyaan kreatif dari anak-anak dalam suatu pertemuan keluarga. Otak mereka dapat berkembang ketika mereka bersosialisasi dengan alam. Interaksi seperti ini membuat hati setiap pribadi menjadi tenang. Damai pun bertumbuh di dalam hati mereka. Ini berarti Tuhan juga hadir dan menyertai mereka hingga akhir zaman. John F Kennedy adalah presiden Amerika ke-35. Ia pernah berkata: “Perdamaian merupakan proses yang terjadi setiap hari, setiap minggu, proses perubahan pendapat terus menerus, yang perlahan-lahan mengikis perbedaan, dan perlahan membangun struktur baru.” Damai mencapai keindahannya ketika setiap pribadi berani mengikis perbedaan di dalam dirinya. Hidup bersama di dalam kata dan ucapan yang mempersatukan. Betapa indahnya damai di dalam keluarga.

Keluarga adalah tempat benih-benih damai sejahtera itu bertumbuh subur. Ketika kasih itu berbuah dalam ketekunan maka hal yang sama juga terjadi seperti komitmen pribadi untuk menghayati hidup ini dengan baik. Hal yang perlu dijauhi bersama adalah kekerasan dan anti damai. Martin Luther King pernah berkata: “Kekerasan dalam hal mencapai keadilan ras merupakan hal yang tidak berguna dan tidak bermoral. Aku tahu bahwa seringkali kekerasan memberikan hasil sementara. Bangsa-bangsa sudah sering kali memenangkan kemerdekaan mereka melalui perang. Tetapi itu hanyalah kemenangan yang sementara, kekerasan tidak pernah memberikan perdamaian abadi.”

Damai sejahtera adalah milik Gereja. Gereja adalah anda dan saya, kita semua yang sudah dibaptis. Tuhan menitip damai-Nya di dalam hati kita masing-masing supaya sebagai gereja, kita memperjuangkan nasib sesama yang menderita, yang masih mencari damai sejati. Gereja menjadi rasul damai bagi semua umat yang ada di dalamnya. Betapa indahnya damai di dalam Gereja.

Letak keindahan damai

Tuhan adalah damai kita. Perkataan ini dipakai St. Paulus untuk menasihati jemaat di Efesus, tetapi juga menasihati anda dan saya. Tuhan Yesus Kristus adalah damai sejahtera kita yang mendamaikan manusia berdosa dengan diri Pribadi Allah sendiri. Damai merupakan rahmat yang indah untuk kita jalani di dunia ini. Damai itu sederhana ketika kita tampil seadanya dan selalu focus pada pekerjaan-pekerjaan kita untuk membawa kedamaian bagi sesama manusia. Misi kita adalah membawa damai dan keindahannya bagi individu, masyarakat dan bangsa. Damai Tuhan besertamu.

P. John Laba, SDB
Don Bosco, Comoro, Dili

Leave a Reply

Leave a Reply