Homili 13 September 2018

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXIII
Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus
1Kor. 8:1b-7,11-13
Mzm. 139:1-3,13-14ab,23-24
Luk. 6:27-38

Hidup Sebagai Orang Kristen Sejati

Pada hari ini kita merayakan peringatan St. Yohanes Krisostomus. Beliau lahir di Antiokhia, sebuah kota terkenal di Siria zaman dahulu pada tahun 344. Ayahnya bernama Secundus, seorang bangsawan sedangkan ibunya bernama Anthusa. Ia mendapat Pendidikan yang layak sebagai seorang anak bangsawan. Pada saat berusia 20 tahun, Yohanes belajar ilmu retorika (pidato) di bawah bimbingan Libanius. Kepandaian Yohanes menjadi hal yang patut dibanggakan banyak orang saat itu. Ia dibaptis saat usianya sudah lebih dari 20 tahun. Ia sempat mendalami cara-cara hidup membiara di bawah bimbingan Diodorus dari Tarsus. Yohanes melanjutkan hidupnya sebagai rahib selama 6 tahun menyendiri di pegunungan Antiokhia. Ia ditahbiskan menjadi diakon oleh Uskup Meletius dan pada tahun 386 ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Flavian I dari Antiokia. Ia kemudian ditugaskan untuk mewartakan Injil di Antiokia. Keahliannya dalam berpidato dimanfaatkannya dengan baik untuk menyampaikan ajaran Tuhan kepada umatnya. Kotbah-kotbahnya sangat menarik dan mendalam. Ia menguraikan makna Kitab Suci dengan menerangkan arti setiap teks Kitab Suci bagi kehidupan. Yohanes lalu menjadi seorang imam yang populer di kalangan umat di Antiokhia.

Yohanes kemudian dipilih sebagai uskup untuk menggantikan Nectarius, Patriark Konstantinopel tahun 397. Sebagai seorang gembala yang baru ditahbiskan, ia langsung melakukan berbagai macam pembaharuan, sebab kehidupan moral masyarakat di Konstantinopel saat itu agak merosot. Ia juga membaharui kehidupan para iman dan biarawan dengan kotbah-kotbahnya yang kreatif dan dapat mengubah hidup mereka. Itulah sebabnya ia digelar sebagai Krisostomos atau Si Mulut Emas. Ia meninggal dunia di pengasingan sebagai saksi Kristus. Ajaran-ajaran Si Mulut Emas adalah membantu umatnya untuk menjadi orang Kristen sejati.

Bagaimana kita dapat menjadi orang Kristen sejati? St. Paulus dalam bacaan pertama dan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil akan membantu kita untuk mengerti tentang hal ini dan kiranya kita juga dapat menjadi si mulut emas bagi saudari dan saudara lain. St. Paulus dalam bacaan pertama mengatakan bahwa orang yang mengasihi Allah akan dikenal oleh Allah. Mereka akan menjadi milik kepunyaan Allah. Sebagai orang kepunyaan Allah maka perlu meninggalkan hidup lama yang penuh dengan kedagingan dan memasuki hidup baru dalam Roh. Orang yang mengasihi Allah dengan sendirinya akan dikenal oleh Allah. Hanya satu Allah saja yang kita sembah dan kita puji. Hanya Dialah Bapa dan asal segala sesuatu. Hanya ada satu Tuhan yaitu Yesus Kristus. St. Paulus mengatakan bahwa segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan Yesus dan kita sendiri hidup karena Dia. Ini adalah kesejatian kita di hadapan-Nya.

Hidup Kristiani juga bermakna ketika kita merasa bertanggung jawab terhadap hidup sesama kita. Ketika mereka jatuh ke dalam dosa, kita harus berusaha untuk bermulut emas bagi mereka, menarik mereka keluar dari lumpur dosa. Paulus berharap supaya kita jangan melukai hati saudari dan saudara kita. Ia juga berharap supaya jangan hanya karena makanan dan minuman kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Paulus benar-benar menekankan kesejatian hidup kristiani dalam wujud persaudaraan sejati.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus membuka wawasan kita untuk bertumbuh sebagai pengikut-Nya yang sejati. Pengajaran tentang kasih tanpa batas menjadi pedoman bagi hidup kita. Wejangan Yesus berupa ajakan untuk mengasihi musuh-musuh, dan berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Meminta berkat bagi orang yang mengutuk kita dan berdoa bagi orang-orang yang mencaci kita. Ini adalah tiga hal yang kelihatannya mudah tetapi sebenarnya sangatlah sulit untuk kita lakukan. Berapa orang yang berani untuk mengasihi para musuhnya? Berapa orang yang memohon berkat Tuhan bagi yang mengutuknya? Berapa orang yang mendoakan orang yang mencaci makinya? Hanya orang Kristen sejati yang dapat melakukannya. Tuhan Yesus juga mengajak kita untuk bermurah hati: memberi kepada mereka yang meminta dan jangan meminta kembali, selalu berbuat baik kepada semua orang, tidak menghakimi sembarangan orang lain, berani untuk mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Singkatnya: “Hendaklah kalian murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya.”

Hidup Kristiani akan semakin bermakna ketika kita bermulut emas untuk membawa semua orang kepada Kristus. St. Yohanes Krisostomus mengajar kita untuk berani berkorban kapan dan di mana saja kita berada. Hanya dengan demikian kita memenangkan hati dan menyelamatkan jiwa sesama manusia. Ini adalah tanda kemurahan hati kita bagi sesama yang lain di hadapan Tuhan.
PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply