Food For Thought: Keluarga adalah segalanya

Keluarga adalah segalanya

Salah seorang pembaca tulisanku hari ini tentang ‘kembalilah kepada keluargamu’ mengucapkan terima kasihnya karena tulisan ini mengingatkannya untuk kembali ke dalam keluarganya sendiri. Ia mengatakan bahwa selama tahun 2018 ini banyak kali ia lebih focus di luar rumah dari pada di dalam rumahnya sendiri. Dia berharap supaya tahun depan ia dapat memiliki prinsip baru: nomor satu keluarga, nomor dua keluarga, nomor tiga keluarga…keluarga adalah segalanya. Dia mengakhiri komentarnya dengan mengatakan: “Romo John, pada hari ini saya belajar bahwa keluarga adalah tempat terbaik bagi saya untuk belajar tentang sebuah pengorbanan”. Saya membaca dan menyimak komentarnya ini dan berkata dalam hati: “Super bangetz”.

Saya yakin bahwa banyak di antara kita sering melupakan keluarga. Boleh dikatakan bahwa banyak di antara kita kehilangan skala prioritas dalam hidup setiap hari. Masih banyak di antara kita yang kesulitan dalam memanage waktu kehidupannya. Misalnya, ada pribadi tertentu yang demi nama ‘pelayanan’ rela meninggalkan keluarganya untuk melayani di luar rumah berhari-hari, padahal di dalam keluarganya ada masalah, persoalan dan urusan tertentu yang harus dibereskan. Dia harus hadir di rumah supaya persoalanannya beres. Di sinilah pribadi itu menentukan mana prioritas terbaik: apakah keluarga menjadi segalanya atau demi pelayanan maka ia mengurbankan keluarga sendiri. Saya yakin orang harus menggunakan akal sehat, nurani yang jernih untuk memprioritaskan keluarga. Lebih lagi anak-anak dalam usia sedang berkembang sangat membutuhkan kehadiran aktif dari orang tua selaku pendidik nomor satu.

Paus Fransiskus pernah berkata tentang keluarga: “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna, tidak menikah dengan orang yang sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna.” Perkataan paus Fransiskus ini sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Kita realistis dengan keluarga kita masing-masing. Keluarga tidak sempurna karena anggota-anggota keluarga tidak sempurna. Tuhanlah yang akan menyempurnakan keluarga. Dia membentuk sosok ayah, ibu dan anak sebagai pribadi-pribadi yang sempurna. Pada akhirnya keluarga adalah segalanya.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply