Food For Thought: Berkat di tahun yang baru

Berkat di tahun yang baru

Pagi ini saya merayakan misa syukur awal tahun 2019 di sebuah stasi di paroki Maria Auxiliadora, Comoro, Dili. Usai misa umat yang hadir berdesakan untuk memberi ucapan selamat tahun baru. Ada sebuah kebiasaan yang baik di mana setiap keluarga memiliki kebiasaan menjabat tangan, sekaligus mencium tangan pastor. Anak-anak kecil selalu diingatkan dengan sebuah kata kunci: ‘bensa’ yang secara harafiah berarti mohon berkat. Anak-anakpun menarik tangan pastor dan menciumnya atau menempelkan di pipi atau dahinya. Seorang ibu membawa anaknya untuk kuberkati. Ibunya mengatakan: ‘Bensa Pastor’ dan anak itu diam dan mencium tanganku. Selanjutnya dia tersenyum dan lanjut menangis. Saya berpikir, mungkin dia sedang lapar.

Kebiasan memohon berkat itu baik adanya. Anak-anak dari usia dini mesti dibiasakan untuk memohon berkat dari Tuhan itu baik adanya. Memohon berkat itu adalah sebuah doa sebab segala berkat itu berasal dari Tuhan. Pastor boleh memberi berkat sebagai orang yang mengalami pengurapan di hari pentahbisan tetapi sumber berkat tetaplah dari Tuhan. Orang tua boleh memberi berkat kepada anak-anaknya, tetapi berkat yang sama juga berasal dari Tuhan.

Saya teringat pada perkataan Tuhan Allah kepada Musa untuk mengingatkan Harun dan anak-anaknya. Tuhan berjanji untuk: memberkati dan melindungi, menyinari dengan wajah-Nya, memberi kasih karunia, menghadapkan wajah-Nya yang kudus, menganugerahkan damai-Nya (Bil 6: 24-25). Semua janji Tuhan ini adalah berkat bagi ciptaan-Nya. Ini juga menjadi berkat yang kita harapkan bersama di tahun yang baru ini. Biarlah Tuhan menganugerahkan semua yang kita butuhkan di dalam hidup kita. Pada akhirnya semuanya adalah berkat yang melimpah dari Tuhan.

Saya mengakhiri refleksi tentang berkat di tahun yang baru ini dengan mengutip penulis keturunan Negro di Amerika bernama Maya Angelou. Ia pernah berkata: “Menurutku, hal yang harus anda lakukan adalah mempersiapkan dirimu, sehingga kamu bisa menjadi berkat bagi orang lain. Seseorang mungkin tidak mirip denganmu. Orang lain mungkin tidak berdoa dengan cara yang sama denganmu, jika mereka selalu berdoa. Aku mungkin tidak menari tarianmu atau berbicara dalam bahasamu, tapi jadilah berkat bagi orang lain. Itulah yang aku pikirkan.” Marilah kita berusaha untuk menjadi berkat bagi diri kita dan sesama manusia.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply