Homili Hari Raya Santa Maria Bunda Allah – 2019

HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH
Hari Perdamaian Sedunia.
Bil. 6:22-27
Mzm. 67:2-3,5,6,8
Gal. 4:4-7
Luk. 2:16-21

Mohon berkat-Mu, Tuhan!

Saya mengawali hari baru, Selasa 1 Januari 2019 dengan senyum karena mendapat banyak ucapan selamat tahun baru dari semua keluarga, kerabat dan sahabat kenalan. Ada seorang sahabat yang mengucapkan selamat tahun baru kepadaku seperti ini: “Romo John, dengan berjalannya waktu, setiap pengalaman dalam hidup ini adalah pelajaran, tapi cinta yang peduli akan selalu menjadi kekuatan dalam bertahan hidup.” Saya memilih kutipan sederhana ini sebab kutipan ini memiliki makna yang istimewa. Kita semua sepakat untuk mengatakan bahwa pengalaman adalah guru kehidupan. Setiap pribadi tentu berjalan dalam waktu, masuk dan tinggal dalam pengalaman hidup tertentu dan tentu saja pengalaman hidup itu mengajarkan tentang makna hidup yang sebenarnya selagi berada di dunia ini. Anda, saya dan kita semua selalu memiliki pengalaman aahidup yang mendidik kita untuk menjadi pribadi yang dewasa dan terbaik. Pengalaman sebagai guru kehidupan akan tetap bertahan hingga keabadian kalau ada cinta yang peduli, yang berpihak pada diri kita dan sesama. Kita semua bertahan untuk mengalami hidup penuh kepedulian dan keberpihakkan karena cinta.

Semua yang saya ungkapkan di atas membantu kita untuk terbuka kepada Tuhan dan memohon berkat-berkat-Nya di awal tahun yang baru ini. Saya sangat terinspirasi oleh pengalaman dalam dunia perjanjian lama sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama. Tuhan menunjukkan kehendak-Nya kepada Harun dan anak-anaknya melalui Musa untuk memberkati orang-orang Israel dengan semua berkat dari Tuhan sendiri. Inilah perkataan berkat yang indah dari Tuhan dan bermakna sepanjang zaman: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” (Bil 6:24-26). Semua janji Tuhan ini harus didengar oleh mereka sehingga mencintai nama Tuhan. Dengan demikian, berkat Tuhan akan turun atas mereka.

Pada awal tahun yang baru ini, kita pun memohon berkat Tuhan supaya pengalaman-pengalaman hidup kita benar-benar menjadi guru kehidupan yang mendewasakan sehingga menjadikan kita sebagai pribadi yang terbaik. Tuhan berjanji untuk memberkati dan melindungi kita di awal tahun baru ini. Kita membutuhkan berkat-berkat dan perlindungan bagi diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara kita. Tahun politik sangat menakutkan, mengkhawatirkan akibat benih-benih kebencian yang tumbuh di atas berbagai kebohongan publik, saling mencurigai dan menjatuhkan satu sama lain. Kewarasan adalah sebuah kemunduran ketika orang menghalalkan segala cara demi tujuan yang penuh kebusukan. Semoga Tuhan memberkati dan melindungi kita.

Tuhan tidak akan membiarkan kita untuk tinggal di dalam kegelapan. Ia mengutus Yesus Kristus Putera-Nya untuk menjadi terang sejati. Kehadiran Yesus menghalau setiap kegelapan yang menguasai pribadi manusia. Penginjil Yohanes menulis: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak dapat menguasainya” (Yoh 1:5). Kita tidak dapat menutup mata terhadap aneka kegelapan di dalam hidup ini. Degradasi moral, kebohongan publik, rasa benci yang berkepanjangan, tidak ada rasa malu untuk melakukan korupsi dan tindakan lainnya yang benar-benar menunjukkan kegelapan hidup. Kita butuh Yesus sebagai terang. Kita butuh wajah Yesus yang dapat meneriangi hidup kita semua. Wajah Yesus mengubah hidup kita menjadi baru.

Kita membutuhkan Tuhan supaya Ia memberikan kasih karunia demi kasih karunia kepada kita. Kita percaya bahwa kasih karunia diberikan Tuhan secara gratis. Kita tidak pernah membeli kasih karunia dari Tuhan. Ia memberikannya gratis maka kita perlu memeliharanya dengan baik dan membagikannya kepada sesama manusia. Kasih karunia itu nampak dalam waktu, bakat dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Sebenarnya Tuhan mau memakai kita untuk melanjutkan kasih karunia itu kepada sesama. Ingatlah, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8). Kasih karunia terbesar adalah Yesus Kristus dan Injil-Nya. Tugas kita adalah menerima Yesus dan Injil-Nya dan mewartakan-Nya kepada sesama manusia.

Kita membutuhkan Tuhan yang selalu menghadapkan wajah kudus-Nya kepada kita dan menganugerahkan damai sejahtera-Nya kepada kita. Wajah Tuhan penuh dengan kemuliaan dan kekudusan. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada kita karena kita diciptakan sewajah dengan-Nya. Ini adalah saat-saat istimewa di mana Tuhan menunjukkan cinta sejati-Nya kepada kita. Ia memandang kita dengan kasih karena Dia adalah kasih. Ia memandang kita supaya wajah kudus-Nya menjadi milik kita. Dengan demikian damai sejahtera juga menjadi milik kita. Tuhan Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Di tempat lain, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai , karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Semua yang kita butuhkan di awal tahun ini dari Tuhan yakni berkat, perlindungan, terang, wajah Tuhan dan damai sejahtera membantu kita untuk tetap bersatu dan memuliakan nama Tuhan.

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Maria, Bunda Allah. Kisah Injil yang kita dengar hari ini masih berhubungan dengan kisah-kisah Natal di mana keluarga kudus dari Nazaret tetap menjadi fokus perhatian dan permenungan kita. Para gembala menerima berita tentang kesukaan yang besar yakni kelahiran Yesus di kota Daud yakni Bethlehem. Sebab itu para gembala bergegas pergi ke Bethlehem. Di sana mereka menemukan Maria, Yusuf dan Bayi yang dibaringkan di dalam palungan. Para gembala memberi kesaksian tentang pewartaan para malaikat dan ternyata benar adanya. Semua orang juga merasa heran sebab apa yang dikatakan para gembala juga benar adanya. Reaksi Maria adalah menyimpan segala perkara di dalam hatinya. Ia mengerti semua rencana Tuhan di dalam hidupnya. Selanjutnya Maria dan Yusuf menunjukkan tanggung jawabnya terhadap Yesus sebagai Anak Sulung di hadapan Tuhan. Ia disunat dan diberi nama Yesus sebagaimana dikatakan oleh Malaikat kepada Maria dan Yusuf. Nama “Yesus” dalam bahasa Latin Iesus, berasal dari bahasa Yunani Ἰησοῦς (Iēsoûs). Dalam bahasa Ibrani יְהוֹשֻׁעַ (Yĕhōšuă‘, Yosua) atau bahasa Aram יֵשׁוּעַ (Yēšûă‘). Nama Yang Kudus ini berarti “Yahweh atau Allah menyelamatkan”. Yesus menjadi satu-satunya yang menyelamatkan kita.  Dialah Anak Maria.

Kita membutuhkan pertolongan dari Tuhan melalui Maria, Bunda Allah dan Bunda kita semua. Dia membawa kita untuk menjadi lebih dekat lagi dengan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ad Iesum per Mariam! Semua rahmat yang kita butuhkan dari Tuhan akan mengalir kepada kita melalui perantaran Bunda Maria.

Doakanlah kami selalu ya Bunda Maria. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply