Homili 26 Januari 2019

Peringatan Wajib St. Timotius dan Titus
2Tim. 1:1-8 atau Tit. 1:1-5
Mzm. 96:1-2a, 2b-3,7-8a,10
Luk. 10:1-9

Limited Edition dari Tuhan

Hari ini kita memperingati dua orang kudus, Santu Timotius dan Titus. Timotius berasal dari Listra di Asia kecil. Dia bersama ibu dan neneknya mengenal dan mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Ia mencintai Kitab Suci sejak kecil (2Tim 3:15). Ia menjabat sebagai uskup di Efesus pada tahun 65 dan wafat sebagai martir pada tahun 97. Titus adalah orang Yunani (Gal 2:1,3) dan berasal dari Antiokhia, di Asia kecil. Ia dikenal sebagai sosok yang murah hati dan tekun dalam setiap pekerjaannya. Kita mengenalnya sebagai rekan seperjalanan Paulus. Ia diangkat menjadu uskup di Pulau Kreta oleh Paulus. Ia mengabdi hingga usianya benar-benar senja. Kedua orang kudus ini memang bekerja di ladang Tuhan, bebeda lokasi namun memiliki cita-cita yang sama yakni mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan kepada orang lain. Mereka mewujudkan panggilan dan pewartaan mereka hingga tuntas. Mereka bileh dikatakan sebagai sosok ‘limited edition’ sebab banyak orang boleh mengikuti Yesus Kristus, tetapi hanya sedikit yang benar-benar setia melayani-Nya sampai tuntas.

Bacaan Injil pada hari ini membicarakan pengajaran Yesus tentang panggilan dan perutusan bagi orang-orang ‘limited edition’. Para penginjil menginformasikan bahwa banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus dari dekat karena mendengar sabda-Nya dan melakukan tanda-tanda heran. Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa melebihi kuasa para ahli Taurat. Semua orang terpesona bahkan mengakui bahwa Tuhan benar-benar mengunjungi mereka. Tuhan Yesus menyadari perutusan-Nya maka Ia membutuhkan keterlibatan aktif dari para pilihan untuk diutus melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus. Hal ini dilakukan-Nya dengan mengutus tujuh puluh murid-Nya. Ia mengutus mereka pergi berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota yang akan dikunjungi-Nya. Mengapa tidak sendiri-sendiri tetapi harus berdua-dua? Alasan utamanya adalah supaya kesaksian mereka kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Yesus sudah tahu bahwa hoax itu berbahaya maka perlu kesaksian dua orang atau lebih orang supaya sah dan kuat.

Pada saat mengutus mereka, Ia berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Perhatikanlah perkataan Yesus yang kelihatan sederhana tetapi mendalam maknanya. Yesus sudah melihat ke depan bahwa misi-Nya di dunia ini akan bertambah luas hingga ke ujung dunia. Ia membutuhkan manusia yang dapat terlibat aktif untuk melakukan pekerjaan pewartaan dan menjadikan para pilihan-Nya sebagai penjala manusia. Untuk itu perlu sekali meminta yang empunya tuaian untuk mengirim para pekerja-Nya. Pikiran kita tertuju kepada semua orang yang menjadi pelayan Gereja masa kini. Mereka adalah milik Tuhan, maka Gereja perlu berdoa supaya Ia memberikan milik-Nya untuk menjadi pekerja yang handal. Ini sekaligus menjadi sukacita bagi para pilihan untuk menyadari bahwa mereka adalah milik Tuhan bukan milik manusia. Gereja mendoakan dan Tuhan sebagai pemilik mengirim mereka sebagai pekerja yang terlibat dalam menuai di kebun Tuhan.

Para utusan adalah milik Tuhan maka mereka akan mengalami banyak kesulitan. Yesus sendiri mengisyaratkan bahwa para utusan-Nya itu tidak jauh berbeda dengan domba yang berada di tengah serigala. Ada banyak kesulitan bahkan kemartiran menjadi taruhannya karena kasih kepada Kristus. Selain kesulitan-kesulitan dari luar dan dari dalam, para utusan Tuhan ini perlu menunjukkan jati dirinya sebagai orang miskin di hadirat Tuhan yang memiliki sikap lepas bebas, memiliki komitmen yang kuat untuk membawa damai kepada semua orang yang dilayani. Para utusan yang membawa damai itu bukan hanya sekedar menjadi anak kos tetapi benar-benar tinggal untuk menghadirkan kasih dan kebaikan serta damai Tuhan bagi semua orang. Tugas seorang utusan itu menyerupai Dia yang mengutus yakni menghadirkan Kerajaan Allah bukan kerajaan ciptaannya sendiri.

Apa yang harus kita lakukan?

Pertama, keberanian untuk bersaksi tentang kasih dan kebaikan Tuhan kepada semua orang. Kesaksian itu bukan pada saat-saat yang membahagiakan saja tetapi pada saat menderita hingga menumpahkan dari karena kasih kepada Kristus. Timotius adalah inspirator bagi kita untuk mengasihi Tuhan sampai tuntas. Kedua, kesetiaan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam hidup dan pelayanan kita. Apapun tantangannya kita harus tetap bekerja sama untuk menuntaskan hadirnya Kerajaan Allah yang penuh dengan kasih dan kebaikan serta damai sejahtera. Titus adalah sosok yang menginspirasi kita. Ketiga, kita memiliki sikap lepas bebas untuk melayani dengan sukacita, karena kita sadar diri sebagai milik Tuhan yang diutus untuk terlibat dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Ini ketiga hal terbaik yang dapat kita lakukan di dalam hidup kita hari ini. Anda dan saya adalah ‘limited edition’.

St. Titus dan Timotius, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply