Food For Thought: Paulus adalah kita

Paulus memang top!

Hari ini saya memiliki banyak waktu untuk merenung tentang pertobatan St. Paulus. Dosen Kitab Suci saya dahulu mengatakan bahwa sebenarnya istilah pertobatan Santu Paulus kurang tepat dalam liturgi kita hari ini. Istilah yang lebih tepat adalah ‘Panggilan Paulus’. Ia mengalami panggilan istimewa dari Tuhan untuk tugas yang telah ditentukan Tuhan bagi mereka. Kita mengingat suasana di Antiokhia, ketika komunitas gereja perdana beribadah dan berpuasa maka Roh Kudus berkata kepada Jemaat: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka” (Kis 13:2). Saulus yang nantinya menjadi Paulus, akan menjalani tugas misioner yang luar biasa kepada bangsa-bangsa. Prinsipnya adalah: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Ia tetap berpegang teguh pada prinsipnya ini.

St. Yohanes Krisostomus mengatakan bahwa hanya ada satu hal yang Rasul Paulus takuti dan ia hindari dalam hidupnya yaitu menyakitkan hati Tuhan. Perkataan orang kudus ini memang benar adanya. Sedapat mungkin kita mengubah diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Banyak orang suka menyakiti hati Tuhan. Kita butuh perubahan yang radikal. Perubahan tanpa tawar-menawar sebagaimana dilkakukan oleh Paulus sendiri. Sekali memberi kepada Tuhan maka selama-lamanya ia berubah dan berbuah bagi Tuhan. Paulus adalah kita. Tidak ada yang lain. Kita tidak boleh meminta kembali apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan. Paulus sudah menunjukkan keteladanannya bagi kita dengan memberikan segalanya untuk keselamatan kita. Itulah sebabnya saya mengatakan: “Paulus memang top”.

Pada hari ini kita belajar satu hal yang mendalam dari Saulus di hadapan Tuhan Allah. Sosok Saulus memang sangat inspiratif. Ia mendapat panggilan dari Tuhan Yesus yang bangkit mulia dalam kisah hidupnya sendiri: “Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: “Akulah Yesus, orang Nazaret, o yang kauaniaya itu”. Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. Maka kataku: ‘Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: ”Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.” (Kis 22:9-10). Tuhan memilih dia untuk tugas yang sudah ditentukan baginya. Ia akan melakukannya dengan rendah hati dan tulus. Paulus memang top.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply