Homili 5 Februari 2019

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-IV
Peringatan Wajib St. Agata
Ibr. 12:1-4
Mzm. 22:26b-27,28,30,31-32
Mrk. 5:21-43

Mata tertuju kepada Yesus

Saya pernah menemukan sebuah tulisan tangan di bawah patung Hati Kudus Yesus. Bunyi tulisan tangan itu adalah: “Sekarang saya semakin yakin untuk memandang Yesus sebab Ia mengasihiku”. Saya senang membaca tulisan tangan yang sangat menginspirasi ini dan merasa yakin bahwa orang yang menulisnya tentu selalu dekat dengan Tuhan. Tulisan tangan ini adalah sebuah doa, sebuah ekspresi iman yang mendalam. Pengalaman akan Allah adalah sebuah pengalaman kasih. Kasih dari seorang yang tidak kelihatan, namun nyata dalam kasih. Dialah Tuhan kita. Iman kita kepada-Nya harus semakin besar dari hari ke hari.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan wejangan penulis surat kepada umat Ibrani. Kita semua diingatkan untuk keluar dari lingkaran dosa supaya lebih layak di hadirat Tuhan. Bagaimana kita keluar dari lingkaran dosa? Kita berusaha untuk menanggalkan semua beban dan dosa. Kita berani untuk bermetanoia di dalam hidup kita. Pengalaman akan Allah itu ditandai dengan pertobaan yang terus menerus di dalam hidup kita. Sebuah ajakan yang bagus dalam surat kepada umat Ibrani: “Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibr 12:1). Kita berlomba untuk keluar dari hidup lama yang penuh dosa ke hidup baru yang penuh dengan kasih Tuhan. Hidup baru yang penuh dengan pertobatan.

Untuk memperoleh hidup baru kita tidak dapat menjauh dari Kristus. Tuhan Yesus berkata: “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Kita tetap berusaha untuk menjadi bagian dari Kristus. Sebab itu kita semua diajak untuk tetap berlomba hingga mencapai garis akhir yang terbaik. Ajakan lainnya adalah: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibr 12:2). Setiap lomba hendaknya mengacu pada Kristus sendiri. Dia yang memberi teladan kerelaan untuk menderita supaya dapat menghapus segala dosa dan salah kita. Dialah keselamatan kita, maka mata kita terarah kepada-Nya. Dia yang memberi kekuatan kepada kita di saat-saat mengalami jatuh ke dalam dosa.

Dalam bacaan Injil, mata semua orang tertuju kepada Yesus. Markus bercerita tentang dua mukjizat yang dilakukan Yesus di depan mata banyak orang. Mukjizat pertama adalah Tuhan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus. Nama anak itu tidak diketahui, hanya usianya diketahui yakni 12 tahun. Mukjizat itu dapat terjadi karena iman dari ayah anak itu kepada Yesus. Ia melihat Yesus makai a tersungkur di hadapan Yesus sambil memohon: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” (Mrk 5:23). Sikap iman yang ditunjukkan Yairus adalah: matanya tertuju kepada Yesus, tersungkur di hadapan Yesus sebagai tanda kerendahan hati, berdoa memohon berkat Yesus.

Dikisahkan bahwa Yesus memilih tiga orang murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menemani-Nya. Ketika mereka tiba di rumah Yairus, ternyata anaknya sudah meninggal dunia. Yesus mengubah mindset mereka dengan mengatakan anak itu hanya tidur saja. Ia lalu memegang tangan anak itu dan berkata: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” (Mrk 5:41). Anak yang diklaim sudah meninggal dunia itu terbangun dari tidurnya. Semua orang takjub dengan mukjizat ini. Orang mati saja dibangkitkan-Nya dengan mudah.

Mukjizat kedua adalah Yesus menyembuhkan seorang wanita yang sakit pendarahan selama dua belas tahun. Ia berobat ke mana-mana namun tidak mengalami kesembuhan. Ia mendengar kisah Yesus dari banyak orang yang pernah berjumpa dengan-Nya. Sebab itu ia pun berani untuk mendekatkan dirinya pada Yesus. Namun ia tidak berani karena pendarahan yang dideritanya itu najis bagi orang Yahudi saat itu. Maka ia diam-diam mau mendekati Yesus dan menjamah ujung jubah dari Yesus. Ia merasakan kekuatan ilahi masuk ke dalam tubuhnya dan seketika itu sembuhlah ia dari pendaharaan yang dialaminya selama dua belas tahun. Imannya kepada Yesus sungguh-sungguh menyembuhkannya.

Semua mata tertuju kepada Yesus. Semua orang berlomba-lomba untuk mendekatkan dirinya kepada Yesus. Semua karena iman dan kasih kepada-Nya. Semua mata tertuju kepada Yesus karena iman kepada-Nya. Kasih semua orang tertuju kepada Yesus karena Dialah yang lebih dahulu mengasihi. Mari kita mewujudkan iman kita dalam kasih dan kebaikan kepada semua orang. Biarlah kasih dan kebaikan itu membuat mata mereka tertuju kepada Yesus. Mata kita juga tertuju kepada-Nya.

St. Agatha, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply