Food For Thought: Cinta kasih yang besar

Cinta kasih yang besar

Pagi ini saya membaca kembali perkataan Tuhan dalam Kitab Kejadian: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:18). Saya membayangkan posisi Tuhan setelah Ia menciptakan segala sesuatu. Ia pasti memandang sekeliling ciptaan-Nya, tersenyum saat melihat semua ciptaan-Nya baik adanya. Ia lalu memandang manusia dengan sorotan mata penuh kasih dan sambil menunggu reaksi manusia untuk mengungkapkan kebutuhannya. Ternyata manusia memang sudah diberikan tanggung jawab sebagai administrator bagi ciptaan lain, ia masih mengalami kesendirian. Kesunyian masih menyelimutinya. Hidupnya seakan tidak berarti kalau menyendiri, tanpa pendamping. Tuhan cepat tanggap sehingga menciptakan pendaping yang sepadan. Tuhan melengkapi segala yang masih kurang, yang masih harus dilengkapi atau disempurnakan-Nya.

Cinta kasih itu adalah pengalaman bukan perkataan. Orang boleh berkata-kata tentang cinta kasih namun kalau ia tidak pernah mengalami cinta kasih maka ada seperti lubang yang kosongan. Ada ketidaksempurnaan yang perlu disempurnakan. Orang yang menikah tidak hanya dapat berkata-kata tentang cinta kasih. Ia harus membagi pengalamannya tentang cinta kasih. Perkataan ini harus selalu diulangi sepanjang hidup: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Apalah artinya kata-kata ini akhirnya menjadi usang selagi pasangan itu masih bernafas? Orang yang hidup selibat, tidak dapat berkata-kata tentang cinta kasih tetapi ia harus sudah mengalaminya di dalam keluarganya sendiri dan berusaha untuk menghayatinya sepanjang hidup bagi Tuhan dan sesama. Kaum selibater harus berani unjuk gigi: mengasihi dengan hati yang tidak terbagi! Ini adalah kesempatan dan tantangan!

Saya mengingat sharing dari Thomas A. Kempis dalam bukunya: “De Imitatione Christi”. Ia membagikan pengalaman rohaninya seperti ini: “Orang yang cinta kasihnya besar, itulah yang berbuat banyak. Orang yang berbuat banyak ialah orang yang berbuat baik. Sementara orang yang berbuat baik ialah orang yang lebih mengabdi kepada kepentingan masyarakat daripada kepada kemauan sendiri. Suatu perbuatan tampaknya sering seperti penuh cinta kasih, padahal sebenarnya semata-mata bersifat kenikmatan daging saja. Sebab memang jarang ada orang yang bebas dari kecenderungan kodrat, kemauan sendiri, dari harapan atas balas jasa atau ganjaran, dan dari nafsu memperoleh keuntungan.” Kata-kata sederhana ini memiliki makna yang mendalam, terutama bagaimana mewujudkan cinta kasih yang besar.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply