Homili 2 April 2019

Hari Selasa, Pekan Prapaskah ke-IV
Yeh. 47:1-9,12
Mzm. 46:2-3,5-6,8-9
Yoh. 5:1-16.

Air menyembuhkan dan menghidupkan

“Saya bangga sebagai orang katolik,” Demikian pengakuan dari seorang pemuda. Saya bertanya kepadanya, “Mengapa anda merasa bangga sebagai orang katolik?” Dia menjawabku: “Saya bangga sebagai orang yang dibaptis di dalam Gereja Katolik, dan berusaha untuk menghayati janji baptis saya setiap hari.” Saya mengangguk dan tersenyum. Saya merasa yakin dengan perkataannya karena ia adalah seorang aktivis orang muda katolik di gereja paroki. Kita tidak hanya hidup dan bangga sebagai orang katolik yang dibaptis tetapi adalah lebih berbangga lagi kalau kita menghayati janji-janji baptis kita hari demi hari. Ini ada beberapa pertanyaan acuan: Apakah kita percaya kepada Tuhan Allah Tritunggal yang mahakudus? Apakah kita percaya kepada Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik dengan segala ajarannya? Apakah kita menghayati hidup Kristiani dengan menolak setan dan segala godaan dan aneka hal yang menyesatkan dan menjatuhkan kita ke dalam dosa yang sama? Hidup dan berusaha untuk menghayati janji baptis dengan setia adalah sebuah panggilan dan perutusan kita di tengah dunia saat ini.

Dalam masa prapaskah ini, kita bersukacita karena ada para katekumen yang menyiapkan diri untuk dibaptis. Mereka mengikuti tahapan pembinaan dan pelantikan sebelum dibaptis pada malam paskah atau kesempatan lainnya. Air pembaptisan adalah simbol Roh Kudus yang menghidupkan dan menguduskan kita semua. Maka patutlah kita mendoakan para katekumen yang akan dibaptis, kita mendoakan diri kita yang sudah dibaptis untuk menjadi pribadi yang setia di dalam Gereja. Kita berusaha untuk setia karena mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai angota Gereja dengan sebaik-baiknya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk berpikir tentang air pembaptisan yang menghidupkan. Air pembaptisan adalah simbolRoh Kudus dari Bapa dan Putera. Nabi Yehezkiel memiliki sebuah pengalaman rohani sebagaimana kita mendengarnya dalam bacaan pertama di mana sang Malaikat berkata kepadanya: “Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.” (Yeh 47:9). Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menyembukan seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit di kolam Siloam. Pengalaman orang sakit ini mirip dengan pengalaman bangsa Israel selama empat puluh tahun melakukan perjalanan hingga melewati sungai Yordan bersama Yosue. Sungguh, air sebagai lambang Roh Kudus dalam pembaptisan menghidupkan dan menguduskan kita.

Mari kita merenung lebih lanjut tentang air. Kita semua tahu bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi setiap manusia. Air dapat memadamkan api yang membakar dan panas. Air dapat menghilangkan rasa haus dan memberikan kesejukan. Air membenamkan ketinggian dari kesombongan dan keangkuhan. Air mengalir kerendahan untuk mengisi kekosongan dan kehampaan. Maka seharusnya sebagai orang beriman yang dibaptis, kita berusaha untuk menjadi bagian dari setitik air. Kita perlu memahami juga bahwa kehidupan itu bagaikan air; mengalir dan mengembara ke mana-mana tanpa bisa ditebak jalannya. Kehidupan membuat orang-orang semakin mahir; bersiap-siap untuk masa depan yang tak pasti. Itulah hidup kita di hadirat Tuhan dan sesama.

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan karena Roh-Nya menghidupkan dan menguduskan. Mari kita menjadi air yang memberi hidup dan menyejukan dalam kata dan perbuatan kita. Bersyukurlah kepada Tuhan, sang air hidup itu sendiri dan mintalah supaya Ia memberi Air hidup bagimu juga.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply