Homili 3 April 2019 – Injil untuk DFJ

Hari Rabu Pekan Prapaskah ke-IV
Yes. 49:8-15
Mzm. 145:8-9,13cd-14,17-18
Yoh. 5:17-30

Lectio:

Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Demikianlah Injil Tuhan kita,
Terpujilah Kristus.

Renungan:

Saya percaya bahwa Yesus adalah Allah!

Kita berada di Hari Rabu Pekan Prapaskah ke-IV. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pekan Prapaskah ke-IV dikenal dengan sebutan lain pekan Sukacita (Laetare). Sebab itu pada hari Minggu kemarin kita melihat para Romo mengenakan kasula berwarna rose (pink), ada sedikit bunga yang menghiasi altar dan juga iringan musik. Tentu saja liturgi membantu kita untuk bersukacita karena kita sudah berada di pertengahan masa prapaskah dan bahwa perayaan paskah semakin dekat. Tuhan Allah Bapa di surga sungguh mengasihi kita, sebab itu Ia mengutus dan mengurbankan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa kita. Yesus Kristus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan menganugerahkan hidup kekal kepada kita semua. Ini menjadi sebuah alasan mengapa kita bersukacita di dalam Tuhan. Apakah ada sukacita di dalam hati kita masing-masing dalam masa prapaskah ini?

Beberapa hari yang lalu saya mendapat sebuah pesan berupa sharing pengalaman rohani dari seorang pemuda. Konon, ia pernah bergumul dengan dirinya sendiri dalam hal iman, pekerjaan dan juga masa depan terutama jodohnya. Pergumulan ini sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini. Pada suatu kesempatan ia coba menulis pengalaman pergumulannya ini di dalam buku catatan hariannya. Ia mengakhiri tulisannya yang dibagikannya kepada saya seperti ini: “Setelah melewati masa-masa yang sulit dalam pergumulan hidup ini, saya disadarkan untuk kembali kepada Tuhan. Dan saya merasa malu di hadapan Tuhan karena masa lalu, namun saya bersukacita karena saya boleh kembali mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allahku”. Saya merasa bangga karena mengenal pemuda yang bersukacita karena pertobatannya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil Yohanes yang barusan kita sama-sama dengar, menegaskan diri-Nya sebagai Allah. Ia mengatakan bahwa Bapa-Nya bekerja hingga sekarang dan Ia pun bekerja. Sebab itu orang-orang Yahudi marah dan hendak membunuh-Nya sebab Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah (Yoh 5:18). Sebenarnya masih ada satu alasan lain yang membuat orang Yahudi marah kepada Yesus adalah anggapan mereka bahwa Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan atas Hari Sabat (Mat 12:8). Kalau saja Yesus tidak mengklaim diri-Nya sebagai Allah maka tidak ada persoalan dengan orang-orang Yahudi saat itu. Namun Yesus harus menunjukkan jati diri-Nya sebagai Yang Ilahi. Ia secara terbuka mengakui diri sebagai Allah, misalnya ketika berkata: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Di bagian lain, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Ia menyapa diri-Nya dengan nama yang sama dengan Tuhan Allah yang mewahyukan diri-Nya kepada Musa di padang gurun (Kel 3:14). Dia mengakui diri-Nya sebagai Allah, dan ini menjadi sebab Ia mendapat hukuman mati (Mrk 14:62).

Beberapa hal penting yang diucapkan Yesus untuk menunjukkan diri-Nya sebagai Allah menurut bacaan Injil hari ini adalah Ia mengakui Allah sebagai Bapa-Nya yang bekerja hingga sekarang ini dan Ia pun bekerja. Dia melihat Bapa bekerja, mencipta segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan maka Ia pun mengerjakan pekerjaan Allah Bapa dalam Roh Kudus. Dia melakukan pekerjaan Bapa karena kasih ilahi Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus. Maka Allah Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, Yesus sebagai Anak Allah juga menghidupan orang-orang yang dikehendakiNya. Pekerjaan yang lebih besar atau lebih agung yang didasari oleh kasih Bapa dalam Roh Kudus adalah bahwa Yesus sebagai Anak akan menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Yesus akan menajdi hakim agung yang datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Semua ini dilakukan Yesus karena kasih dan kuasa Bapa bagi-Nya. St. Paulus mengatakan: ‘Segala lidah akan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa’ (Flp 2:11).

Masa prapaskah adalah sebuah retret Agung yang mengantar kita semua untuk lebih beriman dengan sukacita kepada Yesus Kristus, Allah kita. Kita mesti sadar diri bahwa iman kita akan bermakna ketika kita sadar untuk mengakui Yesus sebagai Allah. Mengapa? Sebab Dia sendiri mengklaim diri-Nya sebagai Allah. Hidup dan karya-Nya memang menunjukkan diri-Nya sebagai Allah. Ia berbicara dengan kuasa dan wibawa melebihi para nabi. Ia membuat tanda-tanda heran sebagai Allah. Itulah iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Kita sebagai orang beriman harus selalu percaya bahwa Yesus adalah Allah. Hidup kristiani bermakna ketika kita berusaha untuk hidup di dalam Yesus Kristus dan mengalami kasih abadi dari Allah. Pertanyaan untuk kita renungkan bersama: “Apakah kita sunguh percaya bahwa Yesus adalah Allah?”

Doa: Tuhan, Allah Bapa di dalam surga. Pada hari ini kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau mewahyukan diri dalam Yesus Kristus Putera-Mu. Bantulah kami untuk lebih dalam lagi mengimani-Nya sebagai satu-satunya Allah di dalam hidup kami. Bunda Maria yang berduka, doakanlah kami untuk teguh dalam iman kepada Yesus, Puteramu. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply