Homili 11 April 2019

Hari Kamis, Pekan Prapaskah ke-V
Kej. 17:3-9
Mzm. 105:4-5,6-7,8-9
Yoh. 8:51-59

Tuhan selalu menepati janji

Pada pagi hari ini saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang sahabat. Bunyinya: “Janji paling sulit untuk anda penuhi adalah menepati semua janji yang pernah anda ucapkan.” Saya tertawa sambil mengatakan kepadanya: “Ya, janji itu utang lho…”. Dia juga membalasnya dengan ikon senyum. Mungkin ada janji di antara kami yang belum ditepati. Banyak kali kita memberikan janji tertentu kepada seseorang namun selalu ada masalah yang muncul yakni tidak selalu menepati janji. Kadang kita tidak sengaja melakukannya, namun kadang kita sengaja dan sadar melakukannya. Saya sebagai seorang biarawan memiliki kaul-kaul kebiaraan. Saya sudah berjanji kepada Tuhan untuk hidup taat, miskin dan murni. Namun ini bukan seperti kita membalikkan tangan, super mudah. Setiap malam saya selalu memeriksa bathin dan menemukan bahwa ada saja kesempatan dalam hidup harianku di mana aku belum setia terhadap semua janji kepada Tuhan. Para suami dan istri berjanji untuk setia satu sama lain, dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Para pasutri selalu jujur untuk mengatakan bahwa kesetiaan itu mahal. Hanya orang yang benar-benar beriman dapat menunjukkan kesetiaannya sampai tuntas. Hanya Tuhan yang setia menepati janji-janji-Nya.

Pada hari ini kita mendengar kisah tentang relasi penuh keakraban antara Tuhan dan Abram. Dikisahkan bahwa Abram adalah seorang sahabat Tuhan Allah. Pada suatu kesempatan, Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Abram. Ia bersujud di hadirat Tuhan Allah dan kesempatan itu Tuhan pakai untuk mengikat perjanjian dengannya. Inilah perkataan Tuhan: “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.” (Kej 17:4). Tuhan memperhatikan Abram dan mengikat sebuah perjanjian yang mengikat Abram dan keturunannya. Isi perjanjian Tuhan dan Abram adalah: Pertama, Abram menjadi bapa sejumlah bangsa yang besar. Untuk itu Tuhan mengubah nama Abram menjadi Abraham. Kedua, Tuhan membuat Abraham beranak cucu sangat banyak. Mereka akan membentuk bangsa-bangsa dan raja-raja akan berasal dari keturunan mereka. Ketiga, dengan adanya perjanjian ini maka Tuhan akan menjadi Allah bagi keturunan Abraham. Keempat, Tuhan berjanji untuk memberikan tanah Kanaan menjadi milik kepunyaan Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya. Tuhan mengingatkan Abraham dan keturunannya supaya setia memegang perjanjian ini.

Raja Daud pernah berdoa kepada Tuhan dengan berkata: “Selama-lamanya Tuhan ingat akan perjanjian-Nya” (Mzm 105:8a). Tuhan sudah mengingat perjanjian kudus dengan Abraham dan keturunannya. Perjanjian kudus ini memiliki ikatan yang kuat dan luhur selama-lamanya. Apakah semua janji Tuhan kepada Abraham benar-benar terpenuhi? Ya dan pasti! Tuhan pasti memenuhi dan menggenapi perjanjian-Nya kepada Abraham dan keturunannya. Dalam hal ini Abraham memperanakan Ishak (juga Ismael dari Hagar), Yakub dan semua keturunannya. Mereka bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut. Mereka menghuni tanah Kanaan yang dikenal sangat kaya raya dengan susu dan madu.

Ada dua hal penting di sini. Abraham adalah sosok yang penting dalam sejarah keselamatan. Kita membaca silsilah Yesus dalam Injil Matius di mana dikatakan: “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat 1:1). Yesus sungguh-sungguh manusia dan merupakan keturunan Abraham. Hal lainnya adalah Abraham memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Ia layak disebut sahabat Tuhan, dan merupakan seorang pribadi yang dapat berdialog akrab dengan Tuhan. Ia menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Dari semuanya ini kita belajar untuk memahami rencana dan kehendak Tuhan.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply