Bersama Maria: Hari Keduabelas

Tetaplah berdevosi kepada Bunda Maria

Don Bosco selalu mengingatkan anak-anak muda binaannya di oratorium dengan perkataan ini: “Teruslah berdevosi dan menyebarkan devosi kepada Bunda Maria, dan lihatlah aliran-aliran mukjizat dari Tuhan”. Perkataan Don Bosco ini selalu diulangi, bahkan menjadi kata-kata yang mentradisi penting dalam kongregasi Salesian Don Bosco. Saya merasa yakin bahwa perkataan St. Don Bosco ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga besar Salesian, tetapi semua anggota Gereja yang mengasihi Bunda Maria dan yang merasakan kasih Bunda Maria.

Kita berdevosi berarti kita menunjukkan rasa hormat kita yang mendalam kepada Bunda Maria. Kita tidak menyembah Bunda Maria sebab dia bukan Tuhan. Bahwa ia menjadi Bunda Yesus, Bunda Allah tetapi bukan berarti dia adalah Allah. Dia tetaplah manusia seperti kita tetapi dipilih Tuhan menjadi Bunda Yesus, Anak Allah. Banyak orang selalu keliru dalam berpikir bahwa kita sebagai orang katolik menyembah Bunda Maria atau menjadikannya sebagai tuhan. Kita hanya memiliki satu Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Apa saja yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan devosi kita kepada Bunda Maria? Kita mendoakan Rosario Santa perawan Maria. Kita mendoakan novena kepada Bunda Maria. Selama sembilan hari berturut-turut, kita hadir dan mendoakan doa kepada Bunda Maria: Bapa kami, Salam Maria, kemuliaan, Salam ya Ratu dan menyampaikan intensi kita dengan perantaraan Bunda Maria. Selama doa novena, kita butuh waktu tambahan untuk mengakui dosa, mengikuti misa harian untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus, dan melakukan perbuatan amal kasih, terutama bagi kaum papa miskin dan orang sakit. Kita juga memiliki kebiasaan berziarah mulai dari kebiasaan mengunjungi gua Maria di sembilan Gereja di dalam dan luar kota, berziarah ke luar negeri khususnya ke tempat-tempat ziarah, tempat penampakkan Bunda Maria. Berbagai seminar tentang Bunda Maria juga dilaksanakan untuk membantu pengenalan kepada Bunda Maria. Gambar-gambar Bunda Maria, dan patung Bunda Maria dari berbagai model juga dipajang dengan harapan orang membeli dan berdevosi kepadanya.

Semua praktek kesalehan yang menjadi bagian dari devosi kepada Bunda Maria menjadi bagian dari hidup kita setiap hari. Kita berdevosi karena kita mengasihinya. Dalam Dogma Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa dikatakan begini: “Gereja percaya bahwa ‘Maria yang paling terberkati, sejak awal dari pembuahannya dengan satu-satunya rahmat dan keistimewaan dari Allah Yang Mahatinggi, dan oleh keutamaan dari berkat dari pahala Yesus Kristus, Juru Selamat umat manusia, terlindung abadi dari segala noda dosa asal.” (Dogma Maria dikandung tanpa noda, 1854; KGK 487-492, 508).

Saya menutup refleksi ini dengan meminjam perkataan Ludwig Feuerbach (1804-1872). Beliau adalah seorang filsuf ateis. Dalam karyanya ‘Essence of Christianity’ mengatakan begini: “Jikalau iman kepada Bunda Allah menurun, iman kepada Putera Allah dan kepada Allah Bapa akan menurun juga.” Dia seorang ahteis, namun sangat terbuka dengan orang-orang yang berdevosi kepada Maria. Devosi kepada Bunda Maria dapat membantu kita dalam jalan kekuduan. Dia seorang kudus tulen maka kita pun akan menjadi kudus adanya serupa dengannya. Sebab itu tetaplah berdevosi kepada Bunda Maria. Tetaplah dan tetaplah berdevosi kepada Bunda Maria.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply