Food For Thought: Rendah hatikah anda?

Rendah hatikah anda?

Saya pernah mendengar pertanyaan seorang pemuda kepada sahabatnya seperti ini: “Sudah rendah hatikah anda?” Sahabatnya hanya tersenyum dan mengatakan: “Saya tidak dapat mengatakan bahwa saya rendah hati, sebab ketika mengatakannya maka kebajikan ini akan hilang dari hidupku” Saya senang dengan ungkapan terakhir ini. Memang kerendahan hati itu sebuah kebajikan yang indah. Kita tidak dapat mengatakannya tetapi orang lain mengatakannya kepada kita karena kita melakukannya sebagai sebuah kebajikan. Kita juga memohonkan kebajikan ini dari Tuhan supaya kita menjadi semakin serupa dengan-Nya. Saya mengingat Yesus mengungkapkan diri-Nya: “Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:29). Dan kita berdoa: “Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu”. Kerendahan hati yang benar hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Bagi Marcel Aymé, kerendahan hati merupakan sebuah ruang tunggu bagi kesempurnaan.

C.S Lewis adalah seorang penulis kenamaan Inggris. Ia pernah berkata: “Kerendahan hati bukanlah berpikir mengenai kekurangan diri, tapi lebih sedikit memikirkan diri sendiri.” Banyak orang masih belum membedakan kebajikan kerendahan hati dan rasa rendah diri. Kerendahan hati sebagai sebuah kebajikan selalu dikaitkan dengan pikiran orang mengenai kekurangan dirinya padahal bukanlah demikian. Kerendahan hati berbeda dengan rasa rendah diri. Orang yang terlampau memikirkan kekurangannya akan mengalami inferiority complex.

Perlu kita pahami bahwa kata kerendahan hati atau ‘humility‘ berasal dari kata ‘humus‘ (Latin), artinya tanah/bumi. Maka, kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah. Santo Agustinus mengatakan bahwa kerendahan hati adalah jalan yang pasti membawa seseorang kepada Tuhan. Beliau bahkan mengatakan, pertama-tama, kerendahan hati, kemudian, kerendahan hati, dan yang terakhir, kerendahan hati. Ia hendak menekankan pentingnya kerendahan hati untuk mencapai kesempurnaan rohani kita. Sedangkan rasa rendah diri (low self-esteem) atau condescending merupakan suatu perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja.

Bagi St. Ignasius dari Loyola, ada tiga tingkatan kerendahan hati yakni, (1) ‘Necessary humility‘ yaitu penyerahan diri kepada hukum Tuhan untuk menghindari dosa berat, (2) ‘Perfect humility’ yakni ketidak-terikatan pada kekayaan ataupun kemiskinan, kesehatan ataupun sakit penyakit yang terpenting adalah menghindari dosa dan kecenderungan berbuat dosa (3)‘most perfect humility’‘: sikap meniru Kristus, termasuk menerima dengan rela penderitaan (salib) dan penghinaan, dalam persatuan dengan Kristus, demi kasih kita kepada-Nya. Anda sendiri sudah di tingkat yang mana?

Kembali ke pertanyaan semula “Sudah rendah hatikah anda?” Semoga pertanyaan ini menjadi pertanyaan penuntun kita untuk bebenah diri di hadapan Tuhan dan sesama.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply