Homili 1 Oktober 2019 – Santa Theresia dari Lisieux

Pesta St. Theresia dari Lisieux
Yes. 66:10-14c
Mzm. 131:1,2,3
Mat. 18:1-5

Sukacita menyambut Kristus

Pada hari ini kita merayakan pesta St. Theresia dari Lisieux. Beliau lahir di Alencon, Perancis, tanggal 2 Januari 1873 dan meninggal di Lisieux, Perancis, tanggal 30 September 1897, saat berumur 24 tahun. Sapaan-sapaan lain dari orang kudus ini adalah Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan dari Wajah Kudus. Ia terlahir dengan nama asli Marie-Françoise-Theresia Martin. Dia bergabung dengan para Suster Karmelit. Dia juga dikenal sebagai Bunga Kecil Yesus dan menjadi pelindung karya misi di dalam Gereja. St. Theresa memiliki sebuah komitmen untuk menjadi kudus sejak usia dini. Pengalaman kekudusan ini dibagikannya ketika berkata: “Anda tidak bisa menjadi orang Kudus yang setengah-setengah; anda harus menjadi orang Kudus yang penuh atau bukan orang Kudus sama sekali.” Perkataannya ini merupakan ungkapan diri dan komitmen kekudusannya. Kekudusan memiliki dasar cinta sebab ia percaya bahwa Allah adalah kasih kasih. Berkaitan dengan ini Theresia berkata: “Cinta membuktikan dirinya dengan tindakan, jadi bagaimana aku menunjukkan cinta aku? Aku tidak bisa melakukan jasa besar. Cara yang dapat kulakukan untuk membuktikan cintaku adalah dengan menyebarkan bunga dan bunga ini adalah pengorbanan yang sangat kecil, setiap pandangan dan kata, dan hal yang kulakukan adalah aksi cinta yang terkecil.” Perkataannya ini sekaligus menjadi tanda bahwa ia memiliki sukacita besar untuk menyambut Yesus di dalam hidupnya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membuka wawasan kita untuk mengerti tentang sukacita untuk menyambut Yesus di dalam hidup kita, sebagaimana diteladani oleh St. Theresia sendiri. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengingatkan kita dengan perkataannya ini: “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya! Supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.” (Yes 66:10-11). Kalau kita ditanya apa yang sedang kita cari di dunia ini, maka satu jawaban yang pasti adalah kita mencari sukacita dan kebahagiaan. Kita bersukacita karena Tuhan ada dan senantiasa menyertai dan mengasihi kita apa adanya. Apapun kehidupan kita, aneka pengalaman yang menyakitkan atau membahagiakan selalu membawa kita kepada Tuhan Mahakasih.

Kita mencari dan menemukan sukacita di dalam Tuhan. Dialah Tuhan yang mengasihi dan menyelamatkan kita semua. Nabi Yesaya melanjutkan nubuat Tuhan begini: “Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.” Apa yang dapat kita pahami dari perkataan Tuhan ini? Keselamatan atau kebahagiaan abadi hanya ada dalam Tuhan. Ia mengalirkan keselamatan laksana sungai bagi manusia. Manusia sendiri akan merasakan kasih dan kebaikan Tuhan yang berlimpah-limpah. Ekspresi kasih yang begitu intim antara Tuhan dan manusia: menyusu, digendong dan dibelai-belai dalam pangkuan. Tuhan Allah Bapa berhati ibu yang senantiasa mengalami penghiburan.

Nabi Yesaya menghadirkan wajah Tuhan yang Mahabaik dan berlimpah kasih setia-Nya. Salah satu kebajikan yang Tuhan tunjukkan adalah kerendahan hati. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari posisi, kedudukan dan serig lupa akan kebajikan kerendahan hati. Maka Tuhan Yesus menasihati para murid-Nya untuk selalu rendah hati. Inilah perkataan Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” (Mat 18:3-5).

Bacaan-bacaab Kitab Suci yang kita dengar pada hari ini juga merupakan gambaran diri Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus. Dia seorang kudus yang mengungkapkan diri apa adanya di hadapan Yesus tersalib. Inilah perkataannya di hadapan Yesus tersalib: “Di suatu hari Minggu kupandang Yesus di salib. Hatiku tersentuh oleh darah yang menetes dari tangan-Nya yang kudus. Kurasa sungguh sayang, sebab darah itu menetes ke tanah tanpa ada yang menampungnya. Aku pun memutuskan untuk dalam Roh tinggal di kaki salib supaya dapat menampung darah Ilahi yang tercurah dari salib itu dan aku mengerti bahwa setelah itu aku harus menuangkannya atas jiwa-jiwa.” Dia belajar menderita hingga wafatnya dalam Yesus. Dia benar-benar menerima Yesus dengan sukacita sepanjang hidupnya. Bagaimana dengan anda dan saya?

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip sebuah doa kepada Santa Theresia dari Lisieux:

Santa Theresia,
dalam hidupmu yang singkat itu, engkau telah mencapai kemurnian malaikat.
Kasihmu melimpah, penyerahanmu kepada Allah sepenuh hati;
kepadamu kuberdoa dengan penuh percaya.

Engkau telah menerima berkat dari kebajikanmu.
Mohonkan rahmat dari Tuhan supaya hatiku menjadi murni;
juga rahmat supaya aku terhindar dari hal-hal yang dapat menodai kebajikan untuk berkenan kepada Allah.

Semoga aku merasakan kekuatan doamu tatkala aku membutuhkannya.
Hiburlah aku bila dalam hidupku aku merasa sedih, terutama pada akhir hidupku.
Supaya aku pantas ikut menikmati kebahagiaan seperti engkau di surga.

Santa Theresia, doakanlah aku, supaya aku layak menikmati janji-janji Kristus.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply