Homili 11 Februari 2020 – Hari Orang Sakit Sedunia

Hari Selasa Pekan Biasa ke-V
Santa Perawan Maria di Lourdes
Hari Orang Sakit Sedunia,
1Raj. 8:22-23,27-30
Mzm. 84:3,4,5,10,11
Mrk. 7:1-13

Tuhan menyembuhkan kita

Pada hari ini kita mengenang Santa Perawan Maria Lourdes dan sejak 28 tahun yang lalu Bapa Suci Yohanes Paulus II menjadikannya sebagai Hari orang sakit sedunia. Maka hari ini kita bersatu hati untuk mendoakan orang-orang sakit, mereka yang berada di rumah, di rumah sakit dan di tempat lainnya. Semoga tangan Tuhan yang kudus dapat menjamah dan menyembuhkan mereka. Kita semua percaya bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia untuk melepaskan semua sakit dan kelemahan kita. Ia berjalan-jalan dalam Lorong kehidupan manusia untuk menyembuhkan mereka yang sakit, roh-roh jahat diusir-Nya. Banyak orang sakit sembuh hanya dengan menjamah ujung jubah-Nya saja. Artinya Tuhan Yesus benar-benar berpihak kepada orang-orang sakit, lemah dan miskin. Keberpihakan Yesus ini menjadi salah satu optio fundamental pelayanan Gereja masa kini. Gereja mengabdi kepada kemanusiaan.

Bapa Suci Fransiskus menulis pesan bagi Gereja pada Hari Orang Sakit sedunia dengan mengutip perkataan Tuhan Yesus ini: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Paus Fransiskus mengatakan bahwa pada hari ini semua orang sakit mendapat peneguhan karena mereka juga diajak Yesus untuk datang kepada-Nya. Orang-orang sakit adalah mereka yang letih lesu dan berbeban berat. Banyak orang seperti ini yang selalu Gereja jumpai dan layani. Beberapa tahun sebelumnya, beliau pernah berkata: “Ketika Yesus mengatakan hal ini, Ia berada di hadapan orang-orang yang Ia jumpai setiap hari di jalan- jalan Galilea: orang-orang kecil, miskin, sakit, berdosa, mereka yang tersingkir karena beban hukum dan sistem sosial yang menindas mereka … Orang-orang ini selalu mengikuti-Nya untuk mendengarkan perkataan-Nya, perkataan yang memberi harapan! Sabda Yesus selalu memberi harapan!” (Doa Malaikat Tuhan ‘Angelus’, 6 Juli 2014).

Dalam pesan yang sama, Paus Fransiskus mengatakan: “Marilah kita ingat bahwa hidup itu suci dan milik Allah; karena itu tidak dapat diganggu gugat dan tidak ada yang dapat menganggap dirinya berhak untuk bebas membuangnya (bdk. Donum Vitae, 5; Evangelium Vitae, 29-53). Hidup harus disambut, dilindungi, dihormati dan dilayani sejak permulaan sampai akhir: baik berdasarkan alasan manusiawi maupun iman akan Allah, Sang Pencipta kehidupan, mempersyaratkan semua hal ini.” Ini menjadi momen penting bagi kita semua untuk menghargai kehidupan sebagai pemberian Tuhan. Kita mencintai hidup kita, mencintai hidup sesama karena kita semua diciptakan oleh satu Tuhan yang sama.

Sambil mengenang hari orang sakit sedunia dan ajakan indah dari Bapa Suci Fransikus, kita semua juga disegarkan oleh sebuah doa yang indah dari Raja Salomo. Ketika itu Tabut Perjanjian sudah ditempatkam di dalam rumah Tuhan. Rumah Tuhan pun dikuduskan bagi Tuhan. Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan dan dihadapan semua orang Israel. Salomo berdoa dan memuji keagungan Tuhan seperti ini: “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu.” (1Raj 8:23). Raja Salomo juga merasa diri begitu kecil di hadapan Tuhan. Rumah yang didirikan bagi Tuhan sebenarnya tidak berarti apa-apa karena keagungan Tuhan. Salomo berkata: “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.” (1Raj 8:27).

Namun demikian Salomo tetap berharap supaya Tuhan menaruh belas kasih-Nya kepada semua orang. Belas kasih Tuhan ditunjukkan dengan mendengar doa-doa permohonan yang dipanjatkannya kepada Tuhan: “Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.” (1Raj 8:28-30).

Dari Salomo kita belajar untuk tidak melihat siapakah diri kita ini. Apakah kita memiliki kedudukan dan kekuasaan tertentu. Kita belajar untuk merendahkan diri dan berpasrah kepada Tuhan dalam doa, harapan dan pujian selamanya kepada Tuhan. Salomo menjadikan rumah Tuhan sebagai tempat untuk berdoa bukan untuk berkuasa. Mungkin terkadang kita lupa sehingga mengotori rumah Tuhan dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita terhadap Tuhan dan sesama. Pikirkanlah dosa-dosa yang selalu dilakukan di dalam Gereja sebagai rumah Tuhan dan mohonlah ampun dari Tuhan sendiri. Misalnya, sikap legal dan suka mengadili sesama sebagaimana dilakukan kaum Farisi kepada Yesus dan para murid-Nya. Mungkin kita adalah orang Farisi modern yang selalu bersifat legalis dan mengabaikan kasih dan kebaikan kepada sesama manusia.

Pada hari orang sakit sedunia ini mari kita membuka diri seperti Yesus sendiri yang membuka tangan-Nya yang kudus untuk menerima mereka yang letih lesu dan berbeban berat. Dia memberi kelegaan kepada mereka. Kita dapat menyerupai Yesus ketika kita membuang kemunafikan, sikap legalis yang berlebihan terhadap sesama. Kita menggantinya dengan merendahkan diri, berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Biarlah Tuhan menyembuhkan segala kesombongan dan kecongkakan kita dan menjadikan kita anak-anak-Nya yang layak di hadirat-Nya.

Saya menutup homili ini dengan mengutip pesan dari Sri Paus Fransiskus pada akhir pesannya di hari orang sakit sedunia ini: “Kepada Santa Perawan Maria, Pelindung Kesehatan orang sakit, saya memercayakan mereka semua yang menanggung beban penyakit, bersama dengan keluarga mereka dan semua pekerja kesehatan. Saya akan mengingat Anda semua dalam doa saya, dan dengan tulus saya memberikan berkat apostolik.” Bapa Suci Fransiskus bersama orang sakit, kita bersama dia sebagai gembala kita mendoakan orang sakit sedunia hari ini.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply