Homili Hari Minggu Biasa ke-VI/A – 2020

Hari Minggu Biasa VI/A
Sir 15:15-20
Mzm 119:1-2.4-5.17-18.33-34
1Kor 2:6-10
Mat 5:17-34

Aku melakukan hukum-Mu, ya Tuhan

Kita memasuki Hari Minggu, Pekan Biasa ke-VI/A. Tuhan Allah menyapa kita dan mengharapkan agar kita memahami hukum-hukum dan ketetapan-Nya. Hukum dan ketetapan Tuhan bagi kita adalah kasih sebab Dia adalah kasih. Tuhan sendiri menghendaki agar kita mengasihi seperti Dia sendiri telah mengasihi kita. Kita berbuat baik sebab Tuhan lebih dahulu berbuat baik kepada kita. Kita berlaku adil seperti Tuhan lebih dahulu berlaku adil bagi kita. Kita berlaku jujur sebab Tuhan lebih dahulu jujur kepada kita.

Kita sebagai manusia selalu di hadapkan pada pilihan-pilihan hidup untuk berbuat baik atau untuk berbuat jahat. Sebab itu kita harus berani untuk memilih dan berkomitmen untuk melakukannya dengan sempurna. Kita mendengar dalam Kitab Putra Sirakh perkataan ini: “Asal sungguh mau engkau dapat menepati hukum, dan berlaku setiapun dapat kaupilih.” (Sir 15:15). Kalau orang memiliki komitmen yang jelas maka ia akan menepati hukum-hukum Tuhan. Ini merupakan sebuah pilihan yang tepat untuk melakukan hukum Tuhan. Pilihan-pilihan itu ibarat api dan air. Tuhan meletakannya di hadapan kita dan kita harus memilih yang terbaik. Sambil kita memilih, iman kita harus tetap teguh kepada Tuhan. Mengapa demikian? Sebab Dialah yang memiliki rencana dan kuasa bagi kita. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama: “Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takut kepada-Nya, dan segenap pekerjaan manusia la kenal. Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik, dan tidak memberi izin kepada siapapun untuk berdosa.” (Sir 15:19-20).

Dari bacaan pertama kita semua dikuatkan oleh Kitab Putra Sirakh untuk semakin mengimani Tuhan di dalam hidup kita. Mata-Nya tertuju kepada orang yang takut kepada-Nya. Mata Tuhan memandang berarti Ia sangat mengasihi orang tersebut. Dengan demikian, Tuhan juga tidak mengijinkan orang untuk menjadi orang fasik dan tidak memberi izin supaya orang jatuh ke dalam dosa. Tetapi mengapa orang masih jatuh ke dalam dosa, bahkan mengulangi dosa yang sama? Sebab manusia masih belum menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidupnya. Ia masih belum sadar bahwa Tuhan selalu memandang dirinya di mana saja ia berada. Saya teringat pada St. Yohanes Bosco yang selalu menasihati anak-anak di oratorium dan menuliskannya di palang pintu rumah perkataan ini: “Tuhan melihat engkau”. Don Bosco hendak menegaskan kepada kaum muda bahwa Tuhan sungguh mengasihi dan menerima mereka apa adanya. Sebab itu mereka harus berusaha untuk tidak boleh jatuh ke dalam dosa.

Santu Paulus dalam bacaan kedua mengatakan kepada jemaat di Korintus bahwa ia bersama rekan-rekannya memberitakan hikmat Tuhan Allah. Paulus mengatakan bahwa hikmat Tuhan Allah itu adalah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Hikmat Tuhan Allah ini tidak dikenal oleh semua orang. Para penguasa juga tidak mampu mengenal hikmat Tuhan Allah sehingga mereka menyalibkan Tuhan yang mulia. Tuhan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka yang dikasihi-Nya. St. Paulus mengakhiri perkataannya seperti ini: “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (1Kor 2:10).

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus melanjutkan diskursus-Nya di atas bukit Sabda Bahagia. Setelah mengingatkan para murid-Nya untuk menjadi garam dan terang dunia, kini Ia mengajarkan banyak hal yang baik dan inspiratif bagi semua orang. Ia mengakui bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk melengkapi dan menyempurnakan hukum Taurat. Pikiran kita tentang hukum Taurat adalah semua perintah Tuhan yang tertulis di dalam Kitab-Kitab Taurat Musa atau yang kita kenal dengan sebutan Pentateukh. Di dalam Kitab Musa, kita mengenal Allah sebagai kasih yang mengajar kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran dan kekuatan dan kita juga mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa satu iota atau satu titik pun tidak akan dihilangkan oleh- Nya. Orang yang mengabaikan hukum Tuhan akan mendapat tempat yang tidak layak, orang yang mengikuti hukum Tuhan akan mendapat tempat yang layak baginya.

Selanjutnya, Yesus meminta kepada para murid supaya bersikap realistik dengan kehidupan mereka. Dengan demikian mereka harus mencari yang terbaik, memberi kesaksian tentang kasih dan kebaikan serta keadilan Tuhan. Yesus berkata: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:20). Maka hal yang harus kita lakukan adalah meningkatkan kualitas kasih dan kebaikan kepada sesama manusia. Kita tidak memiliki tugas untuk mengadili dan mengesampingkan sesama. Kita menerima mereka apa adanya dan mengasihi mereka apa adanya. Sebab itu butuh komitmen pribadi yang jelas: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5: 37).

Tuhan mengingatkan kita semua untuk melakukan perbuatan kasih kepada sesama dan berlaku adil bagi mereka. Tuhan Yesus tidak mengajarkan kita untuk berbuat jahat sebab Tuhan Allah kita baik adanya. Tuhan Yesus tidak mengajar kita untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, justru kejahatan harus dibalas dengan kebaikan supaya orang tetap baik di hadirat Tuhan. Hal terpenting bagi kita pada pekan ini adalah selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik di dalam hidup ini. Setiap perbuatan baik akan kembali kepada kita lebih dari yang kita butuhkan bukan kita sukai.

Apakah kamu sudah berdoa dan mengucap syukur di dalam hidupmu? Doa mengubah hidup kita untuk lebih berkualitas sebagai orang katolik. Kita berbangga sebagai orang katolik karena Tuhan lebih dahulu mengasihi. Tugas kita saat ini adalah mewujudnyatakan hukum Tuhan dalam kasih.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply