Food For Thought: Ekaristi dan Transformasi hidup

Ekaristi mengubah hidup kita!

Ada banyak kritikan yang berkaitan dengan perayaan Ekaristi di dalam Gereja kita. Ada umat yang pernah memberi kritikan untuk para romo, misalnya ada romo tertentu yang suka membaca misa bukan merayakan misa. Artinya romo tertentu itu mampu membaca teks misa dalam Tata Perayaan Ekaristi seperti seorang pembaca berita di televisi dan radio. Ada kritikan yang berhubungan dengan homili yang begini dan begitu. Ada romo tertentu yang sangat ketat dalam mengatur tata cara berpakaian yang terbaik untuk menghadiri perayaan Ekaristi. Pokoknya banyak sekali sebagaimana umat sendiri sering memberi kritikan dan catatan tertentu untuk para romo ketika merayakan Ekaristi. Para umat juga tidak luput dari catatan dan kritikan yang berhubungan dengan perayaan Ekaristi. Misalnya, ada umat yang selalu datang terlambat dan pulang lebih cepat. Umat yang selalu bermain gadget saat perayaan Ekaristi berlangsung. Ada umat yang datang ke Gereja dengan menggunakan pakaian yang ‘tidak sopan’ atau ‘tidak cocok’ untuk masuk ke dalam rumah Tuhan. Banyak hal yang selalu kita dengar sebagai kritikan dan koreksi persaudaraan terhadap para romo dan umat.

Apakah kita percaya bahwa Ekaristi yang kita rayakan bersama itu memiliki daya transformatif yang tinggi? Dengan kata lain apakah kita sadar bahwa ekaristi itu dapat mengubah hidup kita semua di hadapan Tuhan dan sesama? Jawabannya adalah bisa dan pasti! Perhatikanlah Tata Perayaan Ekaristi kita begitu rapih dan teratur. Kita semua berkumpul bersama sebagai saudara, bersemangat cor unum et anima una (sehati dan sejiwa), memulai perayaan Ekaristi dengan memeriksa bathin dan menyatakan diri sebagai orang berdosa yang mau bertobat, memuji dan memuliakan Allah. Kita mendengar Sabda Tuhan danmerenungkannya. Kita berekaristi dengan mempersembahkan persembahan hingga menerima Tubuh dan Darah Kristus dengan sepenuh hati. Sebelum pulang ke rumah kita semua masih diberkati oleh Tuhan. Lalu apa yang masih kurang? Semuanya lengkap sebagaimana yang dilakukan Tuhan Yesus sendiri.

Saya teringat pada St. Yohanes Paulus II. Ia pernah berkata: “Ekaristi adalah rahasia harianku. Ia memberikan kekuatan dan makna bagi semua aktivitas pelayananku demi Gereja dan seluruh dunia….Biarkan Yesus dalam Sakramen Mahakudus berbicara ke dalam hatimu. Dialah yang merupakan jawaban kehidupan yang sebenarnya, yang sedang kamu cari. Ia tinggal disini bersama kita: Ia adalah Allah beserta kita. Carilah Ia tanpa lelah, sambutlah Ia tanpa keraguan, cintailah Ia tanpa henti: sekarang, besok, dan selamanya.” Perkataan ini menunjukan bahwa Ekaristi sungguh-sungguh memiliki nilai transformatif. Santu Padre Pio pernah berkata: “Perbaharuilah imanmu dengan menghadiri Misa Kudus. Jagalah pikiranmu tetap terpusat pada misteriyang disingkapkan dihadapan kita. Dalam mata pikiranmu, pindahkanlah dirimu ke Kalvari dan renungkanlah Kurban yang mempersembahkan diri-Nya kepada Keadilan Ilahi, yang membayar harga penebusanmu”. Dua kutipan sederhana yang sungguh menggugah nurani kita untuk berubah dalam cara pandang dan cara menghayati Ekaristi kita.

Kita mestinya belajar dari Kleopas dan temannya di Emaus. Mulanya mereka sama seperti kita yakni belum mengenal Yesus, seolah ada yang menghalangi mata kita. Namun Ekaristi dapat membantu kita untuk mengenal lebih dekat lagi Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang memecah-mecahkan roti dan memberikannya kepada Kleopas dan temannya sehingga mereka mengenal Dia. Ketika kita berekaristi, Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus juga memecah-memecahkan diri-Nya dan berbagi dengan kita. Dia mengenyangkan kita dengan santapan surgawi.

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply