Homili 11 Mei 2020

Hari Senin, Pekan Paskah ke-V
Kis 14: 5-18
Mzm 115:1-2.3-4.15-16
Yoh 14:21-26

Tetap Mengasihi Yesus

Saya pernah mendengar kesaksian sederhana dari seorang bapa. Ia termasuk salah seorang yang sedang dirumahkan akibat covid-19 dari perusahaannya. Dalam suasana yang tidak menentu ini dia tidak berkecil hati. Ia mengingatkan keluarga untuk hidup sederhana, mencari aktivitas lain yang dapat menambah penghasilan keluarga meskipun sedikit saja, dan tetap setia mengajak keluarga untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. Ia mengatakan bahwa dalam situasi apa saja, ia akan tetap mengasihi Yesus, setia kepada-Nya dalam suasana yang bahagia maupun tidak bahagia. Saya merasa senang mendengar kesaksiannya ini. Bagi saya orang yang beriman memang seharusnya begini, bukan depresi, cemas dan menjauh dari Tuhan. Bapa yang bersaksi ini boleh dibilang pribadi yang limited edition yang banyak yang berada dalam bayang-bayang depresi dan kecemasan, semakin jauh dari Tuhan. Apalagi sekarang zaman online dan streaming, mungkin semakin jauh. Hanya ibu-ibu dan anak-anak yang masih punya waktu untuk ibadat meskipun hanya melalui online saja.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus dalam Injil Yohanes. Konteksnya masih tentang malam perjamuan terakhir di mana Ia menyampaikan amanat perpisahan-Nya. Kali ini Tuhan Yesus mengatakan dengan terus terang bahwa orang yang benar-benar mengasihi-Nya adalah dia yang memegang dan melakukan perintah-perintah-Nya. Orang yang melakukan perintah Yesus yakni saling mengasihi akan dikasihi oleh Bapa dan Yesus sebagai Putera. Bapa dan Putera akan menyatakan diri kepada-Nya. Perkataan Yesus ini sangat menguatkan hati kita semua yang percaya kepada-Nya. Banyak kali kita mengatakan dengan bangga bahwa kita mengasihi Yesus, tetapi apakah kita benar-benar memegang dan melakukan perintah-perintah-Nya? Apakah kita benar-benar memiliki prinsip “Yesus saja sudah cukup bagiku”. Saya ingat St. Paulus menunjukkan kasihnya kepada Yesus Kristus ketika berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21). Setiap pengikut Kristus yang mengakui mengasihi Yesus harus punya prinsip seperti santu Paulus ini.

Sebuah pertanyaan yang menarik datang dari Yudas Tadeus. Ia bertanya kepada Yesus: “Tuhan, apa sebabnya Engkau mau menyatakan Diri-Mu kepada kami dan bukan kepada dunia?” Tuhan Yesus memandang Yudas dengan penuh kasih dan berkata: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.“ (Yoh 14:23-24). Tuhan Yesus membuka pikiran para murid-Nya dan memberikan wawasan yang luas tentang makna mengasihi-Nya. Sebelumnya Yesus mengatakan bahwa mengasihi berarti memegang dan melakukan perintah-Nya yakni perintah kasih. Perintah kasih itu nyata dalam setiap perkataan Yesus. Orang yang mengasihi Yesus mampu mendengar, melakukan dan mentaati sabda atau firman Yesus. Orang yang tidak mengasihi Yesus berarti dia tidak mendengar, melakukan dan mentaati sabda atau firman Yesus. Dengan demikian Yesus sebagai Putera dan Bapa tidak datang dan tinggal bersamanya.

Pada bagian terakhir dari Injil hari ini, Tuhan Yesus memberi sebuah janji yakni anugerah Roh Kudus. Roh Kudus adalah Paraclitus atau Penghibur. Roh Kudus itu diutus oleh Bapa dalam nama Yesus sang Putera. Tugas Roh Kudus adalah mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kembali segala sesuatu yang sudah dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Bacaan Injil hari ini benar-benar menambah dan memperdalam iman kita kepada Tuhan Allah Tritunggal Yang Mahakudus. Kita mengakui iman kita bahwa kita percaya kepada Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Untuk mewujudkan iman kita kepada Allah Tritunggal Mahakudus, yang merupakan Misteri Agung dalam iman kita maka kita membutuhkan Roh Kudus untuk mengajarkan segala sesuatu supaya dapat menyelami rahasia Allah di dalam hidup kita. Kita mengasihi Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus!

Apa yang harus kita lakukan di dalam hidup ini?

Pertama, mengasihi Yesus berarti siap menderita bagi Yesus dan tetap tekun mewartakan Injil-Nya. St. Paulus dan Barnabas dalam bacaan pertama menginspirasi kita untuk setia dalam iman kepada Allah Tritunggal Mahakudus. Mereka mengalami banyak penganiayaan di Ikonium, terutama dari orang-orang yang tidak mengenal Allah dan orang-orang Yahudi dan para pemimpin mereka. Paulus dan Barnabas sebagai misionaris ini mengetahui situasi dan berusaha untuk menyingkir ke daerah lain untuk setia kepada Injil dan mewartakannya yakni di kota-kota Likaonia yaitu Listra dan Derbe juga beberapa daerah di sekitarnya. Di tanah-tanah misi ini, terutama di Listra, Paulus menyembuhkan seorang lumpuh dalam nama Yesus. Orang yang disembukan ini memilikiiman kepada Yesus yang diwartakan Paulus. Paulus dan Barnabas menginspirasi kita bahwa mengasihi Yesus berarti siap menderita, memikul salib kapan saja dan tetap tekun mewartakan Injil. Mukjizat akan datang dan sungguh terjadi di dalam hidup kita.

Kedua, Kita dipanggil untuk menjadi misionaris yang rendah hati. Karena mukjizat penyembuhan maka orang-orang di Likanoia berpikir bahwa Paulus adalah jelmaan dewa Hermes sedangkan Barnabas adalah jelmaan dewa Zeus. Kedua misionaris ini rendah hati dengan mengoyakan pakaian mereka dan mengakui diri sebagai manusia biasa. Mereka adalah penginjil, mau menyelamatkan sesama. Tujuan Paulus dan Barnabas adalah semata-mata mewartakan Injil supaya orang-orang dapat bertobat dengan meninggalkan hidup mereka yang lama. Banyak kali para pewarta mudah lupa diri sehingga tanpa sadar atau dengan sadar mereka merasa sudah melampaui Tuhan. Banyak kali para pewarta lebih mempopulerkan dirinya dari pada mempopulerkan Tuhan. Ini memang sangat fatal. Setiap tugas perutusan kita bertujuan untuk membawa semua orang kepada Kristus. Biarkan Yesus Kristus semakin besar dan kita harus semakin kecil. Ini baru orang yang tetap mengasihi Yesus.

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh Sabda Tuhan. Kita patut bersyukur karena Tuhan selalu membaharui kita untuk semakin mengasihi dan bersatu dengan-Nya sebagai Allah Tritunggal Mahakudus. Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus, seperti ada pada permulaan, sekarang dan selama-lamanya. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply