Homili 9 Mei 2020

Hari Sabtu, Pekan IV Paskah
Kis 13:44-52
Mzm 98: 1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14:7-14

Semakin mengenal Tuhan

Saya pernah menemukan sebuah tulisan tangan pada secarik kertas di dalam sebuah buiku doa. Mungkin kertas itu dipakai sebagai pembatas buku. Tulisan tangan itu bunyinya: “Aku berusaha untuk semakin mengenal Tuhan di dalam hidupku.” Saya tersenyum sambil merenung tulisan tangan ini, sempat bertanya dalam hati apakah saya sebagai gembala saat ini juga berusaha untuk semakin mengenal Tuhan di dalam hidupku? Saya secara pribadi telah berusaha untuk mengenal Tuhan dengan rajin membaca, merenungkan dan melakukan Sabda di dalam hidupku. Saya berdoa secara pribadi dan berdoa bersama di dalam komunitas. Saya melakukan pelayanan sebagai gembala dengan rendah hati dan tulus iklas. Dan masih banyak litani yang saya pikirkan dan saya merasa sudah mengenal Tuhan. Ternyata semua ini belum apa-apa. Saya harus mengenal Tuhan dalam kasih karena Dia adalah kasih. Kemampuan saya untuk mengasihi Tuhan dan sesama secara total adalah jalan yang tepat untuk mengenal Tuhan. Saya menutup buku dan meninggalkan tulisan tangan ini di dalam salah satu halamannya dan pergi dengan sukacita ke tempat kerjaku.

Tuhan Yesus mewahyukan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dan kita diingatkan-Nya untuk berusaha untuk percaya dan mengenal-Nya. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan begini: “Bagi kita, umat Kristiani, iman akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, selalu berhubungan erat dengan Yesus Kristus yang diutus Bapa sebagai “Putra yang terkasih” yang berkenan kepada-Nya (Mrk 1:11) dan Dia harus kita dengarkan (Mrk 9:7). Yesus sendiri berkata kepada murid-murid-Nya, “Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Yoh 14:1). Sebenarnya kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia. “Tak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). Karena ia sudah melihat Bapa (Yoh 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan-Nya” (KGK, 151). Kita mengenal Allah sebagai Bapa sebab Yesus sendiri yang mengajarkan kita untuk menyapa Allah sebagai Bapa kita. Maka semakin kita mengenal Yesus, semakin kita juga mengenal Bapa yang mengutus-Nya ke dunia.

Para murid yang sudah tinggal bersama Yesus ternyata belum mengenal Yesus dan Bapa di Surga. Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus mengajar mereka tentang persekutuan-Nya dengan Bapa, mereka tidak mengerti dengan baik. Filipus mewakili teman-temannya meminta kepada Yesus untuk menunjukkan Bapa kepada mereka. Bagi Filipus, dengan hanya menunjukkan Bapa secara langsung maka cukuplah bagi mereka. Filipus adalah anda dan saya yang mengaku-ngaku sebagai orang katolik, pengikut Kristus tulen tetapi masih belum mengenal Bapa dan mempertanyakan eksistensi-Nya. Yesus memandang Filipus dan berkata: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa melihat Aku, dia melihat Bapa.” (Yoh 14: 9). Tuhan Yesus juga mengingatkan Filipus dan teman-temannya yang belum percaya kepada-Nya bahwa Dia sebagai Putera adalah satu saja dengan Bapa. Maka melihat Yesus berarti melihat Bapa. Semua yang dilakukan Yesus adalah pekerjaan-pekerjaan Bapa bukan pekerjaan Yesus sebagai Putera. Maka Yesus menegaskan bahwa setiap orang percaya kepada pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan sebab semua pekerjaan adalah milik Bapa. Dari semua pekerjaan itu, yang paling besar adalah menyelamatkan manusia dengan paskah-Nya.

Untuk lebih menguatkan Filipus dan teman-temannya pada malam perjamuan terakhir ini maka Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya pengantara kepada Bapa. Ia berkata: “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.“ (Yoh 14:14). Kita mengingat St. Paulus yang mengatakan: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara (MESITÊS) antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.” (1Tim 2:5). Di tempat lain St. Paulus mengatakan: “Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (1Kor 8:5-6).

Tuhan Yesus sebagai satu-satunya pengantara kita. Tidak ada yang lain yang menjadi pengantara kita kepada Bapa. Para malaikat dan semua orang kudus adalah perantara doa kita kepada Yesus satu-satunya Pengantara kita. Sebab itu, hal terpenting bagi kita adalah berusaha untuk mengenal Yesus. Semakin kita mengenal Yesus, semakin kita juga percaya pada karya dan tindakan-Nya. Rasul Paulus sangat mengerti tentang tugas perutusannya untuk memperkenalkan Yesus sebagai satu-satunya Pengantara kepada Bapa. Maka ia berani menjelaskan jati diri Yesus kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia. Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita, tidak ada yang lain. Maka orang-orang Yahudi yang tadinya berpikir bahwa mereka adalah status quo keselamatan, ternyata keselamatan dalam Yesus itu sifatnya universal. Semua orang dipanggil kepada keselamatan. Sebab itu sangatlah penting untuk mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus.

Pada hari ini iman kita semakin dikuatkan. Kita semua tidak hanya merasa bangga sebagai orang yang dibaptis saja. Kita harus berbangga karena mengenal Yesus sebagai satu-satunya Penyelamat dan Pengantara kepada Bapa di Surga. Tentu saja kesaksian seperti ini tidaklah mudah. Apalagi dalam dunia modern ini dimana banyak berhala disembah dan dipuji selain Tuhan yang benar. Maka tugas kita adalah membawa semua orang kepada Tuhan Allah Bapa kita, melalui Yesus satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply