Homili 2 Juli 2020

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XIII
Am. 7:10-17
Mzm. 19:8,9,10,11
Mat. 9:1-8

Yesus satu-satunya Penyelamat kita

Saya pernah merayakan misa di sebuah lingkungan. Biasanya umat di lingkungan itu menyiapkan buku-buku tertentu yang dapat dipakai dalam perayaan Ekaristi seperti Alkitab dan Puji Syukur. Saya mengambil Alkitab dan saat membukanya saya menemukan sebuah gambar Hati Kudus Yesus dan di bawahnya ada tulisan tangan berbunyi: “Yesus, Engkaulah andalanku. Kupercaya pada-Mu. Engkaulah satu-satunya Penyelamatku”. Tulisan tangan itu sangat sederhana namun sangat membantu saya untuk merenung sejenak sebelum merayakan misa kudus bersama umat. Saya juga merasa senang membaca tulisan tangan tersebut dan merenung sambil memandang wajah Yesus dan hati kudus-Nya. Saya merasa yakin bahwa banyak di antara kita memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu misalnya menulis kata-kata tertentu yang kita sukai pada gambar-gambar kudus dan ternyata memiliki pengaruh bagi kehidupan orang lain.

Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita. Kita mengingat Malaikat Gabriel yang mengatakan kepada Yusuf seperti ini: “Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Yesus adalah satu-satunya yang menyelamatkan kita umat-Nya dari dosa. St. Lukas dalam Kisah Para Rasul menulis: “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan–yaitu kamu sendiri namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:11-12). Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita dan memang keselamatan hanya di dalam nama Yesus. Kita semua mengakui iman kita dengan bangga bahwa Yesus adalah Penyelamat kita.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus di dalam Injil Matius. Kali ini Ia bersama para murid-Nya naik perahu dan menyeberang danau Genesaret hingga tiba di Kapernaum dianggap Matius sebagai kotanya Yesus. Memang di Kapernaum ada rumah tinggal Simon Petrus yang selalu dijadikan markas besar komunitas Yesus. Di tempat ini Yesus mengajar banyak orang dan melakukan tanda-tanda yang membuktikan bahwa Dia adalah satu-satunya Penyelamat kita. Pada saat itu Yesus membuat sebuah mukjizat di hadapan banyak orang yakni menyembuhkan seorang lumpuh. Orang-orang membawa si lumpuh ini di tempat tidur. Mereka ini percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menyembuhkan teman mereka yang lumpuh ini. Di sini kita melihat bahwa iman orang lain dapat menyelamatkan orang lain juga seperti yang dialami orang lumpuh ini. Memang orang lumpuh itu mengalami banyak kesulitan dalam beraktifitas, dan sering di bully orang lain. Dia juga tidak bisa berpartisipasi dalam peribadatan sebagai umat Yahudi di Sinagoga. Maka dia memang sangat membutuhkan penyembuhan, dan teman-temannya percaya bahwa hanya Yesus yang dapat melakukannya.

Apakah orang lumpuh ini sungguh-sungguh lumpuh secara fisik? Orang lumpuh ini mengalami kelumpuhan fisik sehingga tidak bisa beraktifitas dengan baik. Dia memang sangat membutuhkan pertolongan orang lain untuk beraktifitas, namun tentu saja tidaklah mudah bagi dia juga untuk mengharapkan pertolongan orang lain selamanya. Dia harus berusaha sendiri semampu dia. Maka Tuhan Yesus menyembuhkannya dan dia sungguh pulih. Orang lumpuh ini juga mengalami kelumpuhan iman. Kelumpuhan iman ini sebabkan oleh dosa-dosa yang dilakukannya dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian hidupnya. Maka Yesus tidak hanya menyembuhkan kelumpuhan fisiknya saja, kelupuhan rohaninya pun dipulihkan. Tuhan Yesus menyembuhkan kelumpuhan rohaninya dengan mengampuni dosa-dosanya. Yesus berkata: “Percayalah, anakku, dosamu sudah diampuni”. Orang lumpuh sembuh secara jasmani dan rohani. Ia dapat berjalan dan semua orang yang menayaksikan mukjizat ini memuliakan Allah.

Tuhan Yesus menunjukkan wajah kerahiman Allah kepada manusia yang berdosa. Dia tidak hanya menyembuhkan secara fisik tetapi Dia juga memiliki kuasa untuk mengampuni dosa-dosa manusia. Hanya Yesus saja yang memiliki kuasa mengampuni dosa manusia. Kuasa mengampuni doa dan menyelamatkan manusia adalah sisi hidup Yesus sebagai Anak Allah. Reaksi pun berdatangan dari orang-orang yang menyaksikan mukjizat ini. Ada orang banyak yang melihat mukjizat ini merasa takut dan memuliakan Allah. Ada juga yang tidak mengapresiasi karya Yesus seperti para ahli Taurat yang berpikir di dalam hati bahwa Yesus menghujat Allah karena kuasa pengampunan-Nya atas dosa-dosa manusia. Mereka adalah orang-orang tidak menyukai Yesus berbuat baik.

Pada hari ini kita belajar banyak hal dari Inji hari ini. Pertama, Tuhan Yesus menunjukkan diri sebagai sungguh-sungguh Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia bukan membinasakan. Manusia berdosa diampuni dan diberikan keselamatan serta hidup baru. Ini adalah perbuatan baik yang harus terus menerus kita lakukan di dalam hidup ini, terutama kepada orang-orang kecil dan lemah. Kedua, butuh iman yang kuat kepada Tuhan Yesus. Iman itu anugerah dari Tuhan, gratis. Iman kita dapat menyelamatkan diri kita dan sesama manusia. Teman-teman si lumpuh sudah membuktikannya dan juga membuktikan bahwa Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita. Ketiga, mari kita tinggalkan rasa iri hati kepada sesama yang berbuat baik dan membangun rasa syukur dan apresiasi bagi orang yang berbuat baik. Kita sering lupa bersyukur dan memberi apresiasi kepada orang-orang yang berbuat baik. Mari kita menata diri lagi di hadapan Tuhan.

PJ-SDB