Homili 1 Juli 2020 – Dari bacaan pertama

Hari Rabu Pekan Biasa ke-XIII
Am. 5:14-15,21-24

Apakah pola pikirmu berubah?

Perkataan yang mengganggu pikiran dan hati kita adalah: ‘Di rumah saja!’ Sekali lagi ‘Di rumah saja’. Meskipun sudah ada New Normal, namun satu saran pentingnya adalah menjaga jarak dan kalau bukan merupakan urusan penting maka dianjurkan untuk tetap di rumah saja. Bagi orang yang suka keluar rumah pasti mengalami kesulitan, dan umumnya mereka memiliki stress tersendiri. Bagi mereka yang sudah terbiasa beraktivitas di rumah saja rasanya baik-baik dan tidak merasa terganggu. Nah, sebenarnya baik di rumah maupun di luar rumah itu sama saja. Ketika masih ada kontak dengan dunia luar dan orang-orang lain tetap akan memancing kita untuk masuk ke dalam bahaya. Misalnya, kalau kita terlalu lama tinggal sendiri dan hampir nggak pernah ketemu dengan orang lain, pola pikir kita menjadi jauh dari pola pikir kebanyakan orang.

Pada hari ini saya mendapat inspirasi dari Kitab Amos: “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Tuhan, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin Tuhan, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf.” (Am 5:14-15). Perkataan yang inspiratif ini membuat kita berusaha untuk mencari hal-hal yang baik dan menjauhi yang jahat. Kita membenci yang jahat dan mencintai yang baik. Kita menegakkan keadilan. Hanya demikian kita sunggu berada di hadirat Tuhan dan menjadi milik-Nya.

Kita berusaha untuk membangun sebuah kultur yang mengarahkan kita untuk tetap berpikiran positif dengan membenci kejahatan dan mencintai kebaikan. Masa di mana kita berada di rumah saja dapat membuat pola pikir kita berubah terhadap orang lain, atau pola pikir kita menjauh dari pola pikir kebanyakan orang. Orang misalnya, dengan mudah terpengaruh untuk beperilaku negatif dan pikirannya selalu negatif terhadap orang lain karena lingkungan membentuknya demikian. Padahal sebaiknya kita berpikiran positif, berperilaku baik terhadap sesama. Paus Fransiskus mengatakan bahwa Gereja harus meminta pengampunan dari orang-orang yang telah terpinggirkan. Berkaitan dengan ini Paus Fransiskus pernah berkata: “Saya pikir Gereja bukan hanya harus meminta maaf kepada seorang gay yang merasa tersinggung, tetapi juga meminta maaf kepada orang-orang miskin, para wanita yang telah dimanfaatkan, juga pada anak-anak yang sudah dimanfaatkan (dipaksa untuk) bekerja. Harus meminta maaf karena telah diberkati dengan begitu banyak senjata.”

Tuhan berkata: “Biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” (Am 5:24). Cita-cita kita sebagai pengikut Kristus adalah menegakkan keadilan Tuhan di dunia ini. Jangan lelah berjuang untuk keadilan, hindarilah kejahatan berjamaah. Paus Fransiskus pernah menyerukan agar kaum muda di seluruh dunia tetap meneriakkan suara hati mereka dan tidak membolehkan generasi lebih tua membungkam suara mereka atau melumpuhkan idealisme mereka. Berkaitan dengan ini, Paus Fransiskus: “Godaan untuk membungkam orang muda selalu ada. Ada banyak cara membungkam orang-orang muda dan membuat mereka tidak terlihat. Banyak cara untuk melumpuhkan mereka, membuat mereka tetap diam, tidak bertanya, tidak menjawab. Banyak cara menenangkan mereka, untuk menjauhkan keterlibatan mereka, membuat mimpi mereka hambar, suram dan menyedihkan.”

Pada hari ini, pola pikir kita harus berubah sehingga dunia kita juga berubah menjadi lebih baik lagi. Kalau mau mengubah dunia maka ubahlah pola pikirmu saat ini juga. Mulailah perubahan itu dari dirimu sendiri.

PJ-SDB