Homili Hari Raya Bunda Maria Diangkat Ke Surga – 2020

HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab
Mzm. 45:10bc,11,12ab
1Kor. 15:20-26
Luk. 1:39-56

Seorang ibu yang terbaik

Pada hari ini Minggu, 16 Agustus 2020, Para Salesian di seluruh dunia mengenang 205 tahun kelahiran St. Yohanes Bosco. Orang kudus yang oleh St. Yohanes Paulus II, menyapanya sebagai Bapa, Guru dan Sahabat kaum muda ini dikenal sebagai rasul Bunda Maria. Ia sendiri bersaksi bahwa pada saat beliau dilahirkan, yakni tanggal 16 Agustus 1815, ibunya Margaretha Occhiena mempersembahkannya kepada Bunda Maria. Sosok ibunya yang memiliki devosi yang besar kepada Bunda Maria turut mempengaruhi masa kecil Don Bosco hingga bertumbuh menjadi dewasa dan sebagai seorang imam. Bunda Maria disapanya “Madonna” terasa begitu akrab dengan Don Bosco. Semua ini diungkapkannya dalam pikiran dan perkataannya baik secara lisan maupun tertulis. Dalam mimpinya yang pertama ketika berusia 9 tahun, Bunda Maria hadir sebagai gurunya sekaligus inspirator baginya untuk mendidik anak-anak muda di masa depan. Ia mengajarkan para Salesian untuk berdevosi kepada Bunda Maria Penolong Umat Kristiani. Dari banyak perkataannya tentang Bunda Maria, ada satu yang menarik untuk direnungkan oleh kaum muda: “Bunda Maria yang dikandung tanpa noda tidak menghendaki suatu apa pun yang melawan kebajikan kemurnian. Sebab itu apabila seorang anak muda tidak memiliki kebajikan kemurnian dalam hidupnya maka anak muda itu tidak akan mengalami kasih dari Bunda Maria, dan juga tidak akan membuatnya mengalami kemajuan dalam hidupnya.”

Pada hari ini kita semua merayakan Hari Raya Bunda Maria diangkat ke surga. Ada orang yang berpendapat bahwa tidak ada bukti-bukti biblis yang dapat meyakinkan kita bahwa Bunda Maria sungguh diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Memang patut diakui bawa tidak ada bukti tertulis dalam Kitab Suci, namun Gereja Katolik memiliki tradisi suci yang menjelaskan hal ini. Perlu kita ketahu bahwa Gereja katolik memiliki sumber-sumber penting untuk menjelaskan tentang iman kepada Tuhan yaitu Kitab Suci, tradisi suci yakni tradisi dari para Rasul dan para Bapa Gereja, Magisterium para gembala (pengajaran para paus dan dokumen-dokumen tertulis) dan para teolog yang menafsirkan iman sesuai perkembangan zaman. Namun demikian semuanya ini merupakan satu kesatuan, bukan masing-masing berdiri sendiri. Sebab itu perayaan Bunda Maria diangkat ke surga ini memang tidak tertulis di dalam Kitab Suci namun dalam tradisi suci terdapat dokumen-dokumen yang menjelaskan tentang perayaan ini. Misalnya, pada tahun 400M, Timotius dari Yerusalem, dalam sebuah homilinya tentang nabi Simeon dan Hana mengatakan: “Oleh karena itu Sang Perawan Maria tidak mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya.” Orang kudus ini merasa yakin bahwa Tuhan Yesus pasti memindahkan Maria ke tempat-Nya yaitu surga.

Para kudus di dalam Gereja Katolik mengajarkan tentang Bunda Maria yang dikandung tanpa noda, sebab itu dia juga diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Para kudus yang dimaksud adalah St. Yohanes Damasemus (676-754), St. Antonius Padua, (1195-1231), St. Thomas Aquinas (1225-1274), St Albert Agung (1206-1280), St. Benardinus (1380-1404), St. Robertus Belarminus (1542-1621), St. Petrus Kanisius (1520-1597) dan St. Alphosus Maria de Liguori (1696-1787). Para orang kudus ini memberikan pengajaran yang kiranya ikut meyakinkan Bapa Suci Paus Pius ke-XII ketika mengeluarkan Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus pada tanggal 1 November 1950 bahwa: “…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada perayaan Hari Raya Bunda Maria diangkat ke surga ini memfokuskan perhatian kita pada sosok Bunda Maria sendiri. Setelah menerima khabar sukacita bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan Yesus Kristus sang Penyelamat dunia, ia bergegas ke Ein Karem, tepatnya di rumah Zakharias untuk membantu Elizabeth yang sedang mengandung puteranya Yohanes Pembaptis. Maria hadir untuk melayani Elizabeth hingga melahirkan puteranya. Kita dapat membayangkan pengabdian Maria yang sedang hamil muda dan penuh kesulitan. Karakter Maria sebagai penolong dan abdi sangat kuat. Dia sangat peka dengan kebutuhan Elizabeth. Mengapa Maria bersikap demikian? Sebab dia memiliki iman kepada Tuhan. Iman yang nyata dalam kasih dan syukur tiada berkesudahan kepada sang sumber iman yaitu Tuhan. Itulah sebabnya ia bersyukur dalam magnifikat dengan mengagungkan Tuhan atas keterpilihannya dan atas Putera yang sedang dikandungnya.

Perayaan Bunda Maria diangkat ke surga pada hari ini membuka wawasan kita sebagai Gereja untuk memperhatikan sosok ibu yang melahirkan, membesarkan dan mendampingi kita di dalam keluarga masing-masing. Sosok ibu yang mengenal kita secara pribadi, sama seperti Bunda Maria mengenal Yesus secara pribadi. Mengapa kita perlu memperhatikan sosok ibu masa kini? Sebab banyak di antara mereka tidak diapresiasi karya dan pengabdiannya di dalam keluarganya. Banyak di antara mereka yang berbuat baik tetapi mengalami penolakan dalam keluarga, disakiti suami dan anak-anak. Ketika memasuki usia senja mereka tidak diperhatikan maka rumah jompo menjadi hunian mereka sebelum saudara maut menjemput. Kalau mereka sebagai janda sering menjadi korban kekerasan fisik dan verbal. Seandainya dunia tanpa sosok seorang ibu maka kita tidak tahu apakah ada cinta di antara insan?

Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya. Ini adalah sebuah bentuk pemberian diri yang total sejak di dunia hingga keabadian. Bunda Maria diangkat ke surga sebab dia dikandung tanpa noda dosa. Dia tidak memiliki concupiscentia (konkupsensi) dalam arti dia tidak memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Kita tahu bahwa akibat dosa adalah maut, kematian dan menjadi debu. Maria tidak berdosa maka tubuhnya tidak menjadi debu tetapi diangkat ke surga dengan jiwa dan raga. Kita melihat sosok ibu yang memberi diri secara total di dalam keluarga. Ibu dengan segala kelebihan dan kekurangan tetapi tetaplah ibu yang memiliki rahim, artinya kemampuannya untuk mencintai tidak akan habis. Apakah kita memiliki waktu sejenak untuk menghargai sosok ibu kita di rumah? Bahwa ada yang tidak memiliki relasi yang baik dengan ibunya, bukanlah halangan untuk saling mengasihi.

Maria adalah sosok seorang ibu yang terbaik. Ia menginspirasi kita semua dalam segala hal. Dia mengenal dan mengasihi Yesus lebih dari kita semua, maka tepatlah dia diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Kita berusaha untuk menjadi yang terbaik supaya kelak, kita juga ada bersama Tuhan, melihat-Nya dengan mata kita sendiri dan melayani-Nya dalam keabadian.

PJ-SDB