Homili 1 September 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXII
1Kor 2:10b-16
Mzm 145: 8-9.10-11. 12-13.ab.13bc-14
Luk 4:31-37

Tetap mengagumi Tuhan

Pada hari ini kita mengawali Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun 2020. Lembaga Biblika Indonesia memberikan tema yang menjadi pedoman bagi setiap keuskupan di Indonesia: “Mewartakan Kabar Baik di tengah Krisis iman dan identitas”. Tema ini memang menarik perhatian kita karena sangat cocok dengan keadaan kita saat ini. Covid-19 telah menimbulkan krisis iman dan identitas banyak orang kristiani. Di dalam Kitab Suci wabah apapun dipakai sebagai sarana oleh Tuhan, misalnya wabah adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menghukum manusia yang berdosa, wabah itu dipakai Tuhan untuk mengajar manusia, wabah adalah cara Tuhan untuk menunjukkan kuasa dan kedaulatan Tuhan atas manusia, wabah juga dijadikan tanda bahwa akhir zaman semakin mendekat. Pandemi ini memang menimbulkan krisis iman dan identitas bagi setiap orang katolik. Meskipun demikian, pikiran kita mestinya tetap terarah pada sosok Allah yang Mahabaik. Dia menciptakan segala sesuatu dengan tujuan kebaikan bukan kejahatan dann kehancuran. Maka dalam situasi yang sulit ini kita mestinya tetap mengangumi Tuhan.

Pada awal penampilan Yesus di Galilea, banyak orang juga mengalami krisis iman dan krisis identitas. Krisis-krisis dapat terjadi karena berbagai sakit penyakit yang dialami oleh mereka. Ada yang buta, tuli, lumpuh, bisu, demam, pendarahan dan kusta disembuhkannya, bahkan yang sudah meninggal dibangkitanya. Bisa dibayangkan orang yang sakit dlam waktu yang lama tentu mengalami krisis iman dan identitas. Mereka juga mempertanyakan kasih, kebaikan dan keadilan Tuhan Allah. Namun kehadiran Yesus itu mengubah segala sesuatu. Ia membawa angin perubahan pada diri orang-orang zaman itu. Maka ada banyak orang yang takjub dan mengagumi Tuhan di tengah krisis dan gejolak hidup yang ada. Saya melihat bahwa situasi yang sama juga terjadi saat ini. Di era pandemi ini memang ada krisis tetapi masih ada orang yang tetap takjub kepada Tuhan.

Penginjil Lukas melukiskan kehidupan Yesus dengan indah. Ibarat emas kalau dibuang di lumpur sekalipun akan tetap emas yang tidak berubah. Tuhan Yesus sebelumnya mengalami penolakan di Nazareth, kampung halaman-Nya. Mereka mengenal Yesus sebagai Yesus adanya: ayah-Nya bernama Yusuf, ibu-Nya Maria dan pekerjaan-Nya tukang kayu. Sekarang Dia mendadak menjadi Rabi muda yang dikagumi banyak orang. Yesus ditolak bahkan nyaris dibunuh hanya saat-Nya belum tiba. Ia meninggalkan Nazareth menuju ke Galilea. Meskipun Dia tetap disapa Yesus dari Nazaret bukan dari Galilea.

Apa yang dilakukan Yesus di Galilea?

Ia memilih markas-Nya bersama para murid di kota Kapernaum. Di kota ini terdapat Sinagoga sehingga pada hari-hari Sabat Ia mengajar di dalam-Nya. Banyak orang menjadi takjub kepada-Nya karena Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa tidak seperti orang lain. Mereka memberi jempol kepada-Nya dengan berkata: “Alangkah hebatnya perkataan ini!”Di dalam Sinagoga in Yesus menunjukkan ke-Allahan-Nya dengan membuat mukjizat. Ada seorang yang sedang kerasukan setan. Ketika melihat Yesus, Ia berteriak-teriak, “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau hendak membinasakan kami? Aku tahu siapakah Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah”. Setan saja masih mengenal Yesus dan menunjukkan ketakutan-Nya. Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan berkata: “Diam, keluarlah dari padanya!” Setan itu keluar dari orang yang dirasukinya. Mengherankan! Kuasa Tuhan memang luar biasa. Kebaikan mengalahkan kejahatan dan terbukti dengan takluknya roh-roh jahat dan takjubnya manusia-mansia yang lemah.

Kita membayangkan bahwa orang yang mengalami kerasukan setan itu pasti mengalami krisis iman dan identitas. Ia menyakitkan tubuhnya, dijauhi orang dan pasti merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Tetapi nyatanya, Tuhan hadir dan menyembuhkannya. Banyak kali kita juga berpikiran demikian, manakala ada sakit penyakit dan aneka pergumulan hidup. Kalau kita tetapi berdiri tenang di atas masalah maka sia-sia saja iman kita. Ketika kita tunduk dan rendah hati kepada Tuhan maka apapun krisisnya kita dapat melewatinya dengan baik. Butuh iman dan kerendahan hati di hadirat Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan?

Santu Paulus dalam bacaan pertama mengulangi pengajarannya tentang kuasa Roh. Roh itu dapat menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Tidak ada seorang manusiapun yang mampu memahami pikiran Allah. Hanya Roh saja yang dapat mamahami-Nya. Maka kalau kita menerima Roh Allah maka dapat mahami karunia-karunia Allah. Ada manusia duniawi yang mengalami kebodohan karena tidak menerima Roh Allah melainkan roh dunia. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa manusia dunia tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, manusia rohani dapat menilai segala sesuatu karena menerima Roh Allah dalam hidupnya. Kita mengikuti Kristus maka kita juga memiliki pikiran Kristus.

Kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia senantiasa membukan pikiran kita, menyadarkan kita untuk mengenal diri lebih dalam lagi dan mengenal-Nya lebih dalam lagi dalam pengalaman-pengalaman kita. Kita butuh Roh Kudus untuk menunjukkan kekuatan Allah kepada kita. Dengan demikian kita tetap takjub akan kuasa Tuhan dan mengasihi-Nya lebih dari yang lain.

PJ-SDB