Homili Hari Minggu Biasa ke-XXV/A – 2020

Hari Minggu Biasa ke-XXV/A
Yes 55:6-9
Mzm 145:2-3.8-9.17-18
Flp 1:20c-24.27
Mat 20:1-16a

Tidak pernah ada kata terlambat bagi Tuhan

Dalam sebuah rekoleksi bersama sekelompok anak muda, saya sangat terkesan oleh keterbukaan mereka untuk menyiapkan batin dan mengakui dosa-dosa mereka dengan baik. Pada waktu itu, saya mengucapkan selamat kepada mereka sebab untuk pertama kali dalam mendampingi anak-anak muda, merekalah kelompok yang terbaik karena mereka menyiapkan rekoleksi dengan baik. Namun lebih dari itu, partisipasi mereka dalam sakramen tobat mereka siapkan dengan baik, dan mereka semuanya mengalami pertobatan.Yah, tentu saja hanya Tuhan yang tahu apakah mereka benar-benar bertobat atau tidak, tetapi apa yang kelihatan di luar merupakan ekspresi apa yang berasal dari hati dan pikiran mereka. Menanggapi ucapan selamat saya pada akhir rekoleksi ini, wakil dari anak-anak muda mengatakan begini: “Romo John, tidak ada kata terlambat bagi Tuhan dan kita semua percaya kepada kasih dan kerahiman-Nya. Kita boleh terlambat mengasihi-Nya tetapiDia tidak pernah terlambat mengasihi kita.” Saya tersenyum dan mengingat perkataan Santu Agustinus: “Tardi Ti ho amato” (terlambat aku mengasihi-Mu).

Pada hari ini kita memasuki hari Minggu Biasa ke-XXV/A. Antifon Pembuka untuk perayaan kita pada hari Minggu ini adalah: “Akulah keselamatan umat, sabda Tuhan. Aku akan mendengarkan seruannya dalam segala kesulitan. Aku akan tetap menjadi Tuhan mereka sepanjang masa.” Antifon Pembuka ini mengarahkan kita untuk memahami sabda Tuhan pada hari ini. Semua orang berdosa dipanggil untuk sama-sama memperoleh keselamatan dan mengalami kasih dan kepedulian Tuhan Allah. Allah adalah keselamatan kita, tidak ada yang lain yang sama seperti Allah kita. Dialah pendengar setia melebih orang-orang yang selalu mendengar kita, sebab Dia tidak akan bercerita kepada orang lain tentang apa yang kita ungkapkan kepada-Nya dibandingkan dengan orang-orang yang kepada mereka kita curhat. Dia tidak berubah, Dia tetaplah Tuhan yang menunjukkan kasih dan kemurahan-Nya bagi kita.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama menunjukkan perbedaan yang begitu besar antara Tuhan Allah dengan kita sebagai manusia terutama dalam hal karakter. Banyak kali kita mengukur kehidupan orang lain dari segi ekonomi semata. Misalnya, lokasi rumahnya ada di perumahan yang mana. Apakah dia datang dengan mobil jenis apa. Penampilannya seperti apa. Dan masih banyak kriteria yang dipakai untuk mengukur kehidupan orang lain. Ternyata Tuhan tidaklah demikian. Tuhan memiliki rancangan tersendiri yang berbeda dengan rancangan manusia. Karena sikap-sikap atau karakter manusia seperti ini maka nabi Yesaya mengajak umat Israel untuk terbuka dan mencari Tuhan selama Ia berkenan ditemui, berseru kepada-Nya selama Ia dekat. Orang-orang yang mencari Tuhan adalah orang-orang yang bertobat dan mengalami kasih dan kemurahan Allah. Mereka adalah orang-orang fasik yang berani meninggalkan jalannya dan orang-orang jahat meninggalkan rancangan-rancangan jahat mereka.

Pengalaman akan Allah itu ditandai dengan pertobatan yang terus menerus. Orang masih memiliki kesadaran bahwa dirinya berdosa dan membutuhkan kasih dan kerahiman Tuhan. Sakramen tobat masih merupakan sakramen yang penting bagi pemuluhan relasi dengan Tuhan. Maka benarlah pengakuan orang muda yang mengatakan bahwa tidak ada kata terlambat bagi Tuhan. Ketika kita merasa diri sebagai orang berdosa dan melakukan pertobatan yang radikal maka tidak ada kata terlambat bagi-Nya. Mengapa? Karena ini adalah rancangan Tuhan bukan rancangan kita. Ini adalah kehendak-Nya bagi kita untuk bertobat bukan kehendak kita sendiri. Kasih dan kerahiman Tuhan memang mengatasi segala-galanya.

Santu Paulus memiliki pengalaman pertobatan yang mendalam. Tidak ada kata terlambat bagi Tuhan supaya mengubah hidupnya. Sebab itu meskipun sedang berada di dalam penjara ia tetap menunjukkan diri sebagai orang yang mengalami kasih dan kemurahan hati Tuhan. Ia juga tidak meninggalkan begitu saja umat yang digembalakannya. Ia mengingatkan jemaat di Filipi bahwa Tuhan Yesus Kristus dimuliakan di dalam tubuhnya baik hidup maupun mati. Prinsip Paulus sebagai manusia baru yang bertobat adalah hidup adalah Kristus dan mati adalah suatu keuntungan. Hidup bagi Kristus berarti hidup dengan menghasilkan buah-buah berlimpah. Buah pertobatan adalah kasih tiada batasnya bagi Tuhan. Hidup bagi Kristus berarti hidup berpadanan dengan Injil Kristus.

Satu hal yang menarik perhatian kita adalah bagaimana Paulus memberikan teladan pertobatannya kepada kita. Memang tidak ada kata terlambat bagi Tuhan supaya mengubah Saulus menjadi Paulus. Proses perubahan atau transformasi ini sangat radikal baginya. Sebab itu ia mengakui bahwa hidup adalah bagi Kristus dan mati adalah sebuah keuntungan. Paulus memiliki prinsip seperti ini karena dia mengasihi Tuhan dan merasakan kasih dan kemurahan hati atau kerahiman Tuhan. Tuhan sendirilah yang berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia, memanggil dan menyelamatkannya.

Tuhan Yesus yang satu dan sama ini membuka pikiran kita bukan hanya untuk bertobat merasakan kemurahan hati-Nya tetapi bahwa Dia membuka pikiran kita untuk merasakan pemerintahan Allah dalam Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus itu menghadirkan sosok Allah yang senantiasa keluar, berjalan dalam lorong-lorong kehidupan kita, memanggil kita untuk ikut terlibat dan berkarya di kebun anggurnya. Janji keselamatan diberikan Tuhan tanpa menghitung waktu, jasa dan kebaikan yang sudah kita lakukan bagi Tuhan dan sesama. Bahwa semua orang dipanggil Tuhan, baik terdahulu maupun yang terakhir untuk sama-sama diselamatkan.

Tantangan bagi kita adalah banyak kali kita lupa dan lalai sehingga hanya menghitung jasa dan kebaikan yang sudah kita lakukan bagi Tuhan dan sesama. Kita lupa bahwa apa yang kita lakukan terlalu sedikit, Tuhan melakukan segalanya dan gratis. Keselamatan yang kita alami dibayar dengan mahal yakni dengan darah Kristus dan kita mengalaminya gratis. Pertobatan yang harusnya kita bangun hari ini adalah dengan membangun rasa peduli dan bermurah hati seperti Tuhan sendiri peduli dan bermurah hati kepada kita. Tuhan memberi keselamatan kepada orang berdosa dan orang baik, Anda dan saya. Tuhan tidak pernah terlambat untuk mengasihi dan mengampuni kita.

PJ-SDB