Food For Thought: Emang Kamu Berdoa?

Emang Kamu Berdoa?

Saya pernah memperhatikan dialog dua anak remaja di sebuah warung. Mereka berbicara dengan suara agak keras sehingga kedengaran semua yang berada di dalam warung termasuk saya. Saya kaget ketika tiba-tiba salah seorang di antara mereka bertanya: “Emang Kamu Berdoa?” Anak yang satunya menjawab: “Sejak kecil orang tua saya mengajar saya berdoa. Doa yang saya suka adalah “Bapa Kami, salam Maria dan Kemuliaan kepada Bapa”. Anak yang satunya kelihatan mengangguk dan bertanya lagi, hanya itu saja doanya? Dan dijawab ya sambil mereka tertawa bersama-sama.

Bagi saya ini adalah sebuah pengalaman yang menarik. Kedua anak remaja memperbincangkan hal yang jarang diperbincangkan oleh orang-orang dewasa tentang doa pribadi dan doa bersama di dalam keluarga. Memang, anak-anak bisa tahu berdoa kalau mereka belajar dari dalam keluarganya sendiri. Sebab itu keteladanan orang tua memang perlu dan harus. Kalau anak-anak tidak belajar berdoa di dalam keluarga maka mereka juga tidak akan berdoa secara pribadi maupun secara bersama-sama. Betapa mulianya hati orang tua yang mau mengajar anak-anaknya berdoa sebab mereka sebagai orang tua juga berdoa.

Saya tertarik dengan kesaksian penginjil Lukas dalam Injil karanganya. Ia mengatakan bahwa Tuhan Yesus sedang berdoa seorang diri (Luk 9:18). Pada waktu yang bersamaan, para murid-Nya datang dan melihatnya sedang berdoa. Nah, di dalam Injil, ditunjukkan lima keteladanan Yesus dalam doa, yaitu:

Pertama, Yesus meluangkan waktu untuk berdoa sendiri. Penginjil Matius melukiskannya lebih jelas: “Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.” (Mat 14:23).

Kedua, Tuhan Yesus mendoakan orang lain. Kita membacanya dalam injil bahwa Yesus mendoakan para murid-Nya (Yoh 17:9) dan mendoakan para algojo (Luk 23:24).

Ketiga, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa, meskipun sangat sibuk. Penginjil Lukas bersaksi dalam Injilnya jelas menunjukkan kalau Yesus berdoa secara rutin dan disiplin (Luk 5:12-15, 9:18 dan 11:1).

Keempat, Yesus berdoa berarti berserah kepada Bapa. Penginjil Matius bersaksi: “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Mat 26:39).

Kelima, Yesus berdoa dengan iman. Kita membaca dalam Injil Yohanes, di mana Yesus berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 11:41-42)

Kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia menunjukkan teladan doa. Dia tidak pernah lalai dalam doa pribadi. Mengapa kita begitu sulit meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi?

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB