Homili 3 Oktober 2020

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXVI
Ayb. 42:1-3,5-6,12-17
Mzm. 119:66,71,75,91,125,130
Luk. 10:17-24

Emang Kamu Berpasrah?

Sosok inspiratif yang dapat mengubah hidup kita saat ini adalah sosok Ayub di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Ayub dalam bahasa Ibrani: אִיּוֹב. Sebagaimana kita ketahui bahwa Ayub berasal dari negeri Uz. Dia dekenal sebagai sosok yang kuat dan tegar, dan selalu setia menyembah dalam Tuhan. Dia sangat kaya dan punya banyak anak. Dia baik hati dan suka menolong orang miskin, wanita yang suaminya sudah meninggal, dan anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Namun, apakah ini berarti Ayub tidak pernah punya masalah?

Perhatikanlah bahwa dalam Kitab Ayub, kita menemukan kisah bahwa setan menggunakan beberapa bencana untuk menguji iman Ayub. Pertama-tama, semua sapi dan keledai Ayub dicuri orang Syeba. Lalu, semua domba Ayub dibakar habis. Setelah itu, unta-untanya dicuri orang Khaldea. Para penjaga binatang itu dibunuh. Kemudian, bencana yang paling buruk terjadi. Semua anak Ayub mati karena rumah tempat mereka berpesta roboh. Ayub sedih sekali, tapi dia terus setia kepada Tuhan Allah. Saya tertarik dengan perkataan Ayub ini: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayb 1:21).

Apa yang terjadi pada bagian akhir bacaan pertama hari ini? Ayub mengatakan kepada Tuhan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” (Ayb 42:1). Ayub mengaku bahwa matanya sendiri memandang Tuhan sehingga ia mencabut semua perkataannya yang tidak berkenan di hati Tuhan. Ia menyesal dan duduk di atas debu dan abu. Apakah ini nantinya menjadi tanda pertobatan, meskipun Ayub tidak melakukan dosa. Pikirkanlah apakah diri pribadimu dan komunitas layak di hadirat Tuhan? Dari Ayub kita belajar untuk senantiasa berserah kepada Tuhan dan bersukacita.

Buah dari kepasrahan Ayub adalah Tuhan Allah memperhatikannya. Dengan kata lain Allah menyembuhkan Ayub dan memberi dia lebih banyak harta daripada sebelumnya. Ayub berumur panjang dan hidup bahagia. Allah memberkati Ayub karena Ayub menaati Dia meskipun sangatlah sulit. Apa kita semua mau seperti Ayub dan terus setia kepada Allah? Mari kita belajar berpasrah kepada Tuhan dan membiarkan Dia melakukan segala sesuatu di dalam diri kita.

PJ-SDB