Food For Thought: Nasib yang ‘terpecah’

Nasib yang ‘terpecah-pecah’

Pada hari ini saya sangat tertarik oleh perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Lukas: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.” (Luk 11:17). Saya berusaha untuk memahami perkataan Yesus ini bukan dalam konteks Injil tetapi pengalaman kita yang nyata saat ini.

Kerajaan yang terpecah dan kebinasaan

Selama beberapa hari terakhir kita semua mengalami gelombang demo sebagai protes terhadap pengesahan omnibus law cipta kerja. Omnibus Law Cipta Kerja merupakan undang-undang baru yang menggabungkan regulasi dan memangkas beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya termasuk pasal tentang ketenagakerjaan menjadi peraturan perundang-undangan yang lebih sederhana. Undang-undang ini kelihatan sangat pro terhadap para pekerja. Sayang sekali karena orang-orang belum membaca isi undang-undang baru ini sehingga mereka hanya mereka-reka dengan membuat berita hoax sehingga mengakibatkan sikap anarkis di beberapa tempat. Hal yang memalukan kita: orang belum membaca dan memahami isinya tetapi sudah melakukan protes hingga melakukan Tindakan anarkis. Trauma dan mimpi buruk 98 menghantuai banyak orang selama beberapa hari terakhir. Selain itu, banyak pengamat juga hanya menebak, mengkritik tetapi belum membaca undang-undang yang ada. Pengamat abal-abal yang hanya mau memuaskan’birahi’ politiknya.

Hal yang kita takuti adalah ketika orang-orang yang hanya ikut rame berdemo, mengandalkan otot bukan otak akan menimbulkan keretakan sosial. Tuhan Yesus mengatakan kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa. Pada saat ini ada banyak orang yang sedang mencari jalan untuk membinasakan Indonesia. Issu adanya kebangkitan PKI, kiblat negara yang tidak berkiblat. Semua hal yang memusingkan di media sosial bisa membinasakan NKRI. Apa untungnya orang berperilaku demikian ya? Aneh tapi nyata dan terang benderang di hadapan kita.

Rumah tangga yang terpecah dan keruntuhan

Perkataan Tuhan Yesus ini sangat relevan dengan situasi kita yang nyata. Selama menjadi seorang imam, saya sudah lupa memberkati berapa pasangan suami dan istri. Dari semua yang saya berkati pernikahannya ada sebagian kecil yang sudah gagal dalam perkawinannya. Tetapi lebih banyak yang berjuang untuk mempertahankan sakramen perkawinannya. Memang benar, rumah tangga yang terpecah akan runtuh.

Tujuan perkawinan katolik adalah supaya pasangan hidup itu menjadi bahagia. Sayang sekali, orang tidak merasakan kebahagiaan, yang ada hanya hari Jumat Agung dan salib. Maka ini menjadi alasan untuk say goodbye kepada pasangan. Saya hanya merasa heran saja karena selama masa pacaran bertahun-tahun itu mereka buat apa saja? Masa dalam waktu yang lama itu tidak ada kesempatan untuk mengenal lebih dalam pasangan.

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB