FFT-Siap dipenjara demi Tuhan

Siap dipenjara karena Tuhan

Apakah anda pernah bersyukur sebagai orang katolik yang mengikuti Tuhan Yesus Kristus? Apakah anda pernah takut ketika mendengar perkataan-perkataan ini: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat 10:16). Perkataan Yesus masih tetap aktual terutama di tempat-tempat dimana para pengikut Kristus masih minoritas. Banyak orang katolik yang menjadi martir di tempat di mana masih sebagai minoritas. Sulitnya beribadat dan mendirikan rumah ibadat masih dirasakan.

Tuhan Yesus memberi rumusan supaya menjadi bijaksana dengan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Orang yang takut untuk bersaksi pasti tidak mau menjadi cerdik dan tulus. Tuhan Yesus memberi kata-kata penghiburan lain: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12). Sepanjang sejarah Gereja banyak orang menjadi martir sebab mereka dicela, dianiaya dan difitnah karena kasih kepada Kristus. Dalam situasi seperti ini, Tuhan meminta supaya tetap tenang dengan bersukacita dan bergembira.

Santu Paulus memberi kesaksian hidupnya yang terbaik: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” (Ef 4:1). St. Paulus tidak bermaksud menggurui tetapi membagi pengalaman pribadinya dalam nasihat-nasihat. Dia bahkan mengakui diri sebagai pribadi yang dipenjara karena Tuhan. Pikirkanlah sekarang suasana penjara. Orang-orang mengalami penderitaan lahir dan batin meskipun tempatnya bukan disebut penjara tetapi lapas (Lembaga pemasyarakatan). Orang dibina untuk mandiri dan menjadi baik. Tetapi ingatan orang tempat untuk menderita. St. Paulus dipenjara karena kasihnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dia tidak pernah mengeluh karena menderita. Ia berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16).

Bagaimana dengan kita? Kita bisa saja menjadi pribadi yang sulit sekali menerima penderitaan dan kemalangan sebagai ‘penjara’. Kita lebih memilih yang enak dan mudah dinikmati dari pada yang ekstrim bahkan ‘berdarah-darah’. St. Theresia dari Kalkuta mengatakan: “Pilihlah yang tersulit”. Pada hari kita siap menderita karena kasih kepada Kristus. Dialah yang mengasihi kita dengan menderita, wafat dan bangkit dengan mulia.

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB