Food For Thought: Kesabaran Allah

Kesabaran Allah

Saya mengingat Lao-Zu. Filsuf dari Tiongkok ini pernah berkata: “Saya mempunyai tiga hal untuk diajarkan, kesederhanaan, kesabaran, kasih sayang. Ketiganya adalah harta karun terbesar Anda.” Ketiga hal ini dapatlah menjadi jalan yang tepat bagi setiap insan, termasuk anda dan saya. Kita butuh kesederhanaan dalam hidup. Di masa pandemi covid-19 ini prinsip hidup sederhana memang perlu dimiliki oleh setiap pribadi. Dengan hidup sederhana kita dapat lebih terbuka untuk menolong orang-orang yang sangat membutuhkan di dalam hidup ini. Berkaitan dengan hidup sederhana, setiap pribadi membutuhkan sikap lepas bebas, terutama dalam hubungan dengan harta kekayaan. Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Di mana hartamu berada, hatimu juga berada di sana” (Mat 6:21). Kita tidak hanya bertumbuh menjadi pribadi yang sederhana, tetapi menjadi pribadi yang sabar. Kesabaran itu tidak dapat diungkapkan tetapi ditunjukkan dalam hidup. Buah kesabaran adalah kebahagiaan dalam hidup. Kita hidup sederhana dan sabar supaya mampu mengasihi. Dengan kata lain, perasaan kasih sayang itu selalu ditopang oleh kesederhanaan dan kesabaran hidup.

Pada hari ini saya merasa sangat dikuatkan oleh Tuhan Yesus. Ia mengajar kepada saya dua hal yang indah dalam bacaan Injil hari ini yakni pertobatan dan kesabaraan Allah terhadap kaum pendosa. Hidup kristiani bermakna ketika kita terbuka kepada kehendak Tuhan Allah untuk bertobat. Kita bertobat berarti kita sadar untuk tidak mengulangi dosa yang sama. Perkataan Tuhan Yesus ini sangat bermakna: “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Luk 13:3.5). Banyak kali kita tidak sadar bahwa kita orang berdosa. Kita hanya berpikir tentang dosa orang lain dan lupa diri bahwa kita juga orang berdosa. Mari kita menyadari bahwa kita orang berdosa dan perlu bertobat supaya layak hidup di hadirat Tuhan.

Kesabaran Allah selalu berkaitan dengan pertobatan kaum pendosa. Perumpamaan yang menarik perhatian saya dalam Injil hari ini adalah tentang pohon ara yang tidak berbuah. Jawaban pengurus kebun anggur menunjukkan kesabaran Allah: “Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Luk 13:8-9). Saya merasa yakin bahwa pada tahun berikutnya, pengurus kebun akan mengatakan kepada tuannya bahwa baru setahun, dan perlu setahun lagi untuk merawat pohon ara hingga berbuah. Tuhan sabar dengan orang berdosa, hanya orang berdosa yang tidak sabar dengan dirinya sehingga mengulangi dosa yang sama.

Apakah anda juga masih membutuhkan pertobatan? Bertobatlah dan baharuilah hidupmu.

PJ-SDB