Homili 2 November 2020 – Peringatan semua orang beriman

PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN
2Mak. 12:43-46
Mzm. 130:1-2,3-4,5-6a,6-7,8
1Kor. 15: 20-24a.25-28
Yoh. 6:37-40

I will be right here waiting for you

Pada hari ini kita mengenang kembali semua orang beriman yang sudah meninggal dunia. Pikiran kita semua terarah kepada mereka yang sudah meninggal dunia dan pada kata ‘kematian’. Pikiran kepada mereka yang sudah meninggal dunia karena kita pernah merasakan kehadiran mereka bersama-sama dengan kita. Tentu saja ada banyak hal yang baik dan berkenan, ada juga hal yang mengagetkan dan menyedihkan, yang tetap akan menjadi kenangan sepanjang hidup ini. Pikiran kita juga tertuju kepada kematian karena kita sedang mengenang mereka yang sudah meninggal dunia. Semua bacaan liturgi memiliki pesan yang sama tentang kematian dan hidup kekal.

Saya teringat pada perkataan ini: “Hidup ini seprti buku. Cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian. Tiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita.” Ini menandakan bahwa kematian menjadi sebuah kepastian yang akan kita alami sebagai manusia. Saya teringat pada sebuah pengalaman pribadi ketika berada di sebuah rumah duka. Sambil menunggu untuk merayakan misa, pihak pengelola menyetel sebuah lagu popular berjudul ‘I will be right here waiting for you’. Tentu banyak di antara kita masih mengingat Richard Marx. Beliau pernah menyanyikan sebuah lagu berjudul: “I will be right here waiting for you”. Lagu ini direleased pada tanggal 1 Januari 1989 oleh produser David Cole. Nah, ada lirik lagu yang menarik perhatian saya, yakni: “Wherever you go, whatever you do. I will be right here waiting for you. Whatever it takes, or how my heart breaks. I will be right here waiting for you” (Kemanapun kau pergi, apapun yang kau lakukan, Aku akan tetap di sini menantimu. Apapun yang harus kulakukan atau betapapun hancurnya hatiku, Aku akan tetap di sini menantimu). Kematian adalah sebuah kepastian, dan rumah duka selalu menunggu kehadiran penghuni barunya. I will be right here waiting for you…Aku akan tetap di sini menantimu.

Saya teringat pada Oscar Wilde (1854-1900). Beliau adalah penulis dari Irlandia. Ada satu ucapannya yang inspiratif buat kita semua: “Kematian pasti sangat indah. Untuk berbaring di tanah cokelat lembut, dengan rumput-rumput melambai di atas kepala seseorang, dan mendengarkan keheningan. Tidak ada kemarin, dan tidak ada besok. Untuk melupakan waktu, untuk memaafkan hidup, berada dalam kedamaian.” Apakah anda pernah memikirkan tentang keindahan dari kematian fisik kita di dunia? Kematian itu sangat indah karena di atas kuburan akan ada bunga-bunga yang indah, ada rerumputan yang melambai dan sebuah keheningan mendalam. Sungguh menjadi sebuah lukisan yang indah dan menguatkan kita sebagai orang beriman. Rasanya kuburan itu seakan berkata, ‘I will be right here waiting for you’.

Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi kematian dengan bahagia?

Pertama, Kuasa doa dan pelepasan dosa. Dalam bacaan pertama kita mendengar sebuah kisah tentang pengumpulan dana yang akan dikirim ke Yerusalem sebagai kurban persembahan untuk menghapus dosa. Dikatakan bahwa ini ‘sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.’ (2Mak 12:43). Hal yang penting dalam bacaan pertama ini adalah kekuatan doa bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia supaya dapat mengalami kebangkitan. Orang yang meninggal dengan saleh akan mendapat pahala yang berarti dan pelepasan dosa.

Kedua, Kebangkitan Kristus adalah model kebangkitan kita. Sebab itu St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita: “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (1Kor 15:20). Kematian adalah musuh yang dibinasakan Kristus sendiri (1Kor 15:26).

Ketiga, nilai rohani kematian adalah datang kepada Yesus. Tuhan Yesus berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6:37). Tuhan Yesus mewujudkan misi-Nya dengan menyelamatkan, membangkitkan semua orang yang diberikan Bapa kepada-Nya.

Kita bersyukur kepada Tuhan sebab sambil mengenang mereka yang sudah mendahului kita, kita juga menyiapkan kematian kita. Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip Dalai Lama, ia pernah berkata: “Kematian berarti mengganti pakaian kita. Pakaian tersebut sudah usang, dan inilah waktunya untuk menggantinya. Begitu juga tubuh ini yang sudah tua, dan waktunya mengganti dengan tubuh yang muda.” Kematian akan tetap berkata: “I will be right here waiting for you.” Mari kita menyambutnya dengan sukacita karena kematian itu indah!

PJ-SDB