Food For Thought: Ada ketenangan dalam Yesus

Ada ketenangan dalam Yesus

Saya barusan kembali dari kampung halamanku untuk menguburkan kedua orang tuaku yang meninggal dunia. Mamaku meninggal dunia pada tanggal 22 November pagi, dan saya memimpin ibadat penguburan pada tanggal 23 November sore hari. Ayahku meninggal 14 Februari 1997, dan pada tanggal 29 November lalu kuburnya dibuka kembali untuk disemayamkan di samping mamaku dalam satu kubur yang sama. Meskipun sudah 23 tahun dikuburkan namun peti jenasah ayahku masih utuh, tak ada bau apapun. Saya memimpin upacara penguburan sekaligus memberkati kubur barunya. Suasana sangat mengharukan bagi kami anak-anak karena sudah saatnya menjadi anak yatim piatu. Tetapi hal yang membahagiakan adalah sebagai seorang imam, saya berkesempatan untuk menguburkan kedua orang tua saya. Ini sebuah tanda cinta dan pengabdian yang luar biasa dari seorang anak kepada orang tua yang lebih dahulu mengasihi.

Dalam perjalanan pulang, saya mendapat hiburan yang sangat menenangkan batinku. Banyak di antara kita mungkin pernah mendengar sebuah lagu berjudul ‘Kala kucari damai’. Ada kata-kata yang menenangkan batin saya dalam perjalanan kembali ke komunitasku: “Kala kucari damai, hanya kudapat dalam Yesus. Kala ku cari ketenangan, hanya kutemui di dalam Yesus. Tak satu pun dapat menghiburku. Tak seorang pun dapat menolongku. Hanya Yesus jawaban hidupku.” Lebih jelas dapat didengar melalui link youtube ini: https://youtu.be/k0HxfD4h5Vc Tuhan Yesus adalah segala-galanya. Hanya bersama-Nya ada ketenangan sejati dalam batin.

Pada hari ini saya mendapat kekuatan melalui sabda Yesus. Ia berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Mat 11:28-30). Tuhan tidak pernah lupa sekalipun saya melupakan-Nya karena keletihan fisik dan beban-beban hidup yang menumpuk. Memang semua ini sangat manusiawi tetapi Tuhan mengenal dan mengasihiku selamanya. Seorang imam juga manusia yang mengalami pergumulan karena kehilangan orang tua yang dikasihi. Tetapi dalam Yesus saya menemukan sebuah ketenangan yang luar biasa.

Dalam masa adventus ini kita semua dipanggil kembali oleh Tuhan Yesus untuk tidak tinggal berlama-lama dalam keletihan fisik dan beban-beban kehidupan. Hanya Tuhan Yesus sendiri yang mengeluarkan kita dari beban-beban kehidupan ini. Hanya Yesus jawaban dalam hidup anda dan saya. Hanya Yesus menjadi ketenangan hidup kita. Yang penting bagi kita adalah percaya kepada-Nya sebab dalam situasi apapun, Dia tetap berjalan bersama kita. Kuk-Nya diletakkan pada kita supaya selalu berjalan bersama-Nya.

Saya menutup refleksi ini dengan mengutip santu Gregorius. Ia pernah berkata: “Sebab kuk yang kejam dan berat bebannya maksudnya adalah tunduknya seseorang kepada hal-hal yang sifatnya sementara, menjadi ambisius terhadap hal-hal duniawi dan melekat kepada hal-hal yang rapuh, mencari pijakan pada sesuatu yang tidak dapat menjadi tempat berpijak, menghendaki hal-hal yang akan berlalu, tetapi tidak ingin berlalu bersama mereka. Sebab ketika semua hal akan berlalu berlawanan dengan kehendak kita, semua itu yang dulunya mengganggu pikiran kita agar kita menginginkannya, kini menekan kita dengan kekuatiran bahwa kita akan kehilangan semua itu.”

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB