Homili 10 Desember 2020

Hari Kamis, Pekan Adventus II
Yes. 41:13-20
Mzm. 145:9,10-11,12-13ab
Mat. 11:11-15

Emang kamu masih mendengar?

Saya tidak bosan-bosan merenungkan perkataan Helen Keller (1880-1968) ini: “Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.” Perkataan wanita yang mengubah dunia ini memang sangat sederhana tetapi sangat super karena dapat mengubah mindset kita untuk mengubah diri dan mengubah kehidupan sesama. Mata kita adalah pelita tubuh yang Tuhan berikan kepada kita untuk menikmati setiap keindahan. Kita memiliki telinga untuk mendengar kebenaran. Kita memiliki hati yang dapat memancarkan kasih sejati. Helen Keller tidak sedang memberi teori tentang mata sebagai pelita tubuh, telinga untuk mendengar tentang kebenaran dan hati untuk mengalami kasih.

St. Agustinus pernah berkata: “Seperti apakah cinta? Cinta mempunyai tangan untuk menolong orang lain. Cinta mempunyai kaki untuk menolong yang miskin dan membutuhkan. Cinta mempunyai mata untuk melihat penderitaan dan keinginan. Cinta mempunyai telinga untuk mendengar rintihan dan kesengsaraan. Seperti itulah cinta.” Kita kembali ke pertanyaan: “Emang kamu mendengar?” Dan St. Agustinus dengan tegas mengatakan: “Cinta mempunyai telinga untuk mendengar rintihan dan kesengsaraan.” Pertanyaan lebih lanjut adalah apakah kita merindukan Tuhan yang menjadi sumber cinta kasih? Apakah kita sungguh mendengar Tuhan?

Saya merasa dikuatkan oleh kuasa Sabda Tuhan pada hari ini. Tuhan Yesus memberikan rasa hormat-Nya kepada Yohanes Pembaptis. Dialah yang membuka jalan bagi kedatangan Yesus sebagai sang Mesias, mengatakan: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” (Mat 11:12). Yohanes dipuji Yesus sebagai seorang lelaki hebat, dan Yesus mengakui diri sebagai Dia yang terkecil dalam Kerajaan Surga tetapi kini menjadi besar. Kalau Tuhan begitu baik dengan kita, mengapa begitu banyak kesulitan yang kita sedang alami bersyukur? Tuhan bukalah pintu penyembahan dalam bathinku.

Selanjutnya Tuhan Yesus berkata: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 11:15). Tuhan memberi sepasang telinga kepada kita, diletakkan begitu tepat sehingga memampukan kita untuk mendengar lebih baik. Semakin kita mendengar, kita akan patuh. Semakin kita patuh maka kita mampu mengasihi dan kalau kita mengasihi maka sempurnalah hidup kita sebab Dia sempurna adanya. Maka kembali ke pertanyaan: Emang kamu mendengar? Pertanyaan ini akan terus diulangi dalam hidup kita. Mungkin saja Tuhan melontarkan pertanyaan yang sama kepada banyak orang ‘emang kamu mendengar’.

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip perkataan Leo Buscaglia (1924-1998). Beliau adalah penulis dan pembicara dari Amerika Serikat pernah berkata: “Terlalu sering kita meremehkan kekuatan sentuhan, senyuman, kata kata yang ramah, telinga yang mau mendengar, pujian yang jujur, atau tindakan kecil dari kepedulian, yang semuanya memiliki potensi untuk mengubah kehidupan di sekitar.” Pada hari ini jangan bertegar hati tetapi mendengarlah, mengasihilah dengan kasih Tuhan dan alami juga kasih Tuhan dalam hidup mereka.

Tuhan bernubuat melalui nabi Yesaya tentang jati diri-Nya sebagai Tuhan dan Bapa yang Mahabaik. Ia berkata: “Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yes 41:13). Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai penolong dan satu-satunya Penyelamat kita. Ketika kita berada dalam bahaya, Ia selalu siap untuk menolong dan menyelamatkan kita. Manusia sering lupa untuk percaya bahwa Tuhan adalah penolong. Tuhan juga menata alam ini untuk menjadi harmonis. Tuhan tidak lupa dan tidak akan meninggalkan manusia. Tanah yang tandus saja Tuhan perhatikan: “Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering.” (Yes 41:8). Hidup kita akan diubah menjadi lebih sempurna di hadirat Tuhan.

P. John Laba, SDB