Food For Thought: Elia

Elia namanya!

Kita sedang berada di hari terakhir pekan kedua Adventus. Salah satu sosok inspiratif bagi kita untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan adalah nabi Elia. Nama Elia dalam Akitab berasal dari bahasa Ibrani, yaitu אליהו Eliyahu; yang artinya “Yahwe adalah Allah”. Sosok Elia ini sangat inspiratif bagi kita semua dalam masa adventus ini:

Pertama, Elia adalah manusia pendoa. Ia menginspirasi kita supaya dalam masa adventus ini kita dapat berdoa dengan tekun, berdoa tanpa henti. Ia sungguh-sungguh dalam berdoa sehingga hujan tidak turun selama tiga tahun enam bulan. Ketika ia berdoa supaya hujan turun, maka hujan pun turun. Doanya didengar oleh Tuhan. Pengalaman Elia menjadi pengalaman kita juga ketika kita tekun berdoa. Isilah masa adventus dengan tekun dalam doa seperti Elia.

Kedua, Elia adalah pribadi yang taat. Ia mentaati semua perintah Tuhan dalam hidupnya. Karena taat kepada Allah makai a mengalami penderitaan pada masa pemerintahan raja Ahab. Tuhan tetap melindunginya karena ia sangat taat kepada Tuhan. Masa adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan.

Ketiga, Elia tekun dan sabar. Elia menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang tekun dan sabar. Bukti ketekunannya adalah dalam hal doa. Ia percaya bahwa Tuhan mendengar doa-doanya maka ia melakukannya dengan tekun dan sabar. Kesabaran Elia juga terlihat ketika ia dengan sabar menanti tanda-tanda dari Allah. Ketika berdoa agar hujan turuh, ia menyuruh pelayannya untuk pergi melihat ke arah laut, hingga tujuh kali! Ia mengalami penderitaan dalam masa pemerintahan Ahab, namun ia menghadapinya dengan sabar. Tekun dan sabar adalah jalan yang baik bagi kita dalam masa adventus ini.

Keempat, Elia memiliki keyakinan yang tinggi dan selalu berjaga-jaga. Elia menunjukkan satu sikapnya yang positif yakni merasa yakin akan campur tangan Tuhan dalam hidupnya. Ia berdoa dengan tekun karena ia percaya bahwa Tuhan pasti mengabulkannya. Ia selalu berjaga-jaga dengan penuh keyakinan bahwa doanya pasti dikabulkan Tuhan. Sebagai contoh tentang hujan yang tidak turun dan pada akhirnya turun lagi karena doanya. Masa adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk berjaga-jaga.

Kelima, Elia membaktikan seluruh hidupnya bagi Tuhan. Pada saat Elia bersembunyi di sebuah gua di gunung Horeb, karena Izebel berikhtiar untuk membuhnya; Allah bertanya padanya apa yang sedang ia lakukan disitu. Elia menjawab, bahwa orang Israel telah melanggar janji mereka kepada–Nya, Allah mereka. Ia tidak takut meskipun sebenarnya dirinya dalam bahaya. Ia memberi dirinya sampai tuntas kepada Tuhan. Tuhan menjaga dan memelihara Elia dalam masa yang sulit dan akhirnya mengangkatnya ke surga.

Dari Elia kita belajar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengikuti keteladanan hidupnya. Dalam masa adventus ini Elia menjadi sosok inspiratif bagi kita untuk bersatu dengan Tuhan dalam segala hal. Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita tekun dalam doa pribadi dan doa bersama? Apakah kita adalah pribadi yang taat atau patuh kepada Tuhan? Apakah kita adalah pribadi yang sabar dan tekun dalam hidup setiap hari? Apakah kita selalu berjaga-jaga dan memberi diri seutuhnya kepada Tuhan? Mari kita menjawabi pertanyaan-pertanyaan sederhana ini sambil berjalan memasuki pekan ketiga Adventus, pekan penuh sukacita karena Tuhan yang kita nantikan sedang datang kepada kita.

Salam dan berkat Tuhan,

P. John Laba, SDB