Homili 19 Oktober 2021

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXIX
Rm 5:12.15b. 17-19.20-21
Mzm 40: 7-8a.8b-9.10.17
Luk 12: 35-38

Kasih Karunia akan berkuasa

Saya selalu mengingat pengalaman seorang pemuda yang mengaku memiliki masa lalu yang kelam. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengaku dosa. Dia merasa bahwa semua yang dilakukannya itu baik adanya, meskipun orang lain menegurnya karena yang dilakukannya itu dosa. Kiblat hidupnya berubah ketika dia diajak temannya untuk mengikuti ibadat tobat dalam masa prapaskah. Ia merasa terpaksa untuk mengikuti ibadat yang ditinggalkannya cukup lama. Dalam keadaan terpaksa, ia duduk, tanpa fokus pada ibadat tobat. Ia mendengar renungan dari Romo dalam ibadat tobat itu, di mana Romo mengatakan: “Tuhan mengasihimu!” Perkataan ini sungguh membangunkannya dari tidur imannya. Ia perlahan sadar diri, memeriksa batin dan mengantri untuk mengaku dosa. Ini benar-benar awal yang terbaik dalam dirinya. Ia bersyukur karena Tuhan masih tetap mengasihinya.

Santo Paulus membangunkan kita semua dari tidur iman kita, dengan segala perkataannya yang sangat menguatkan dalam bacaan pertama. Bagi Paulus, dosa itu adalah maut dan telah masuk ke dalam dunia lantaran seorang Adam yang tidak taat kepada Allah. Ia meniadakan kasih Tuhan yang begitu luhur dan mulia. Dosa Adam ini mendatangkan maut dan maut itu sendiri semakin menjalar kepada semua orang dan segala makhluk. Inilah yang kita sebut sebagai dosa asal. Dikatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa karena satu orang yang telah berbuat dosa. Paulus bahkan melihat sebuah nilai tambah di sini: “Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.”(Rm 5:17). Orang dapat hidup dan berkuasa karena Yesus Kristus.

St. Paulus juga mengatakan bahwa karena satu pelanggaran yang dilakukan satu orang maka semua orang kena dampaknya yakni kematian. Karena jasa Yesus Kristus yang melakukan satu perbuatan kebenaran maka semua orang menjadi benar dan memperoleh keselamatan. Dialah yang menghapus dosa dan salah kita. Karena kasih karunia yang berkelimpahan maka St. Paulus mengatakan bahwa di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia atau rahmat berlimpah-limpah. Dosa berkuasa dalam maut, dengan kasih karunia bertumbuh bersama Yesus Kristus. Kasih karunia dari Tuhan sungguh melimpah bagi kita semua.

Pada hari ini pikiran saya juga terarah pada kebersamaan Yesus dan para murid-Nya. Tuhan Yesus menggunakan kesempatan ini untuk menghimbau para murid-Nya supaya selalu melewati jalur yang tepat. Sikap batin yang perlu dikembangkan adalah selalu berjaga-jaga dalam menantikan kedatangan Tuhan yang ‘saatnya’ hanya Bapa di surga yang mengetahuinya. Sikap berjaga-jaga adalah sikap keseharian kita sebagai pengikut Kristus. Tuhan Yesus berkata: “Hendaklah pingangmu tetap terikat dan pelitamu tetap menyala.” Adanya semangat, keterikatan dan kejujuran itu baik adanya bagi pribadi kita.

Satu hal yang membuat saya semakin dikuatkan dan diteguhkan adalah sosok tuan yang tidak lain adalah representasi Tuhan Allah sendiri. Dalam wajah-wajah penuh kesederhanaan ini nampak bagiku wajah Kristus yang sudah lebih dahulu mencintai saya, anda dan kita semua. Sosok Tu(h)an yang mengasihi kita sampai tuntas. Sosok Tuhan yang berlimpah kasih, setia dan panjang sabar inilah yang harus menjadi kekuatan yang menghibur dan meneguhkan sesama yang lain. Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan atau menolak dan melawan dengan hidup-Nya.

Pada hari ini kita belajar dari sosok yang tersembunyi dalam kisah Injil hari ini yaitu Yesus sendiri sebagai tuan. Tuan itu hidup dalam budayanya maka seharusnya ia memiliki superioritas yang luar biasa. Namun apa yang terjadi? Ketika tuan itu kembali dari perayaan pernikahan, dia menemukan hamba-hambanya masih menunggu kehadirannya. Tuan adalah majikan yang baik hati. Dia bahkan mengundang para hambanya untuk duduk dan bersantap di meja makan. Dia sendiri bertindak sebagai pelayan untuk melayani para pekerjanya. Tentu saja ini adalah suatu hal yang luar biasa. Tuan menjadi hamba dan hamba menjadi Tuan.

Saya menutup homili ini dengan mengutip Santo Paulus ini: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:6-11). Tuhan Yesus adalah Abdi yang luar biasa. Tuhan memberkati kita semua. Amen.

P. John Laba, SDB