Homili 3 Januari 2022 – Nama Tersuci Yesus

Hari Senin setelah Penampakkan Tuhan
Nama Yesus Yang Tersuci
1Yoh. 3:22-4:6
Mzm. 2:7-8,10-11
Mat. 4:12-17,23-25

Pokoknya Percaya pada Yesus Kristus

Pada hari ini kita mengenang nama Yesus yang tersuci. Dalam Bahasa Yunani, nama Yesus ditulis ιησους (ihsous). Kita mengucapkannya iēsous atau Yesus sesuai nama yang ditulis di dalam Injil. Dalam Bahasa Ibrani, nama Yesus ditulis ישוע (yeshu‘a). Kita mengucapkannya yeshūa. Dalam Bahasa Latin nama Yesus ditulis Iesus lalu ditranskrip sebagai Jesus atau Yesus. Kita juga sering menemukan tulisan IHS. Singkatan ini merupakan transkrip dari tulisan huruf besar nama Yesus dalam Bahasa Yunani yakni ΙΗΣΟΥΣ atau IHSOUS dan juga singkatan X-P yakni χριστος(Christos)XPistos. IHS sering diberi kepanjangannya: Iesus Hominum Salvator yang berarti Yesus Penyelamat Manusia. Maka makna nama Yesus, nama yang diberikan Malaikat kepada Bunda Maria berarti Allah yang menyelamatkan. Devosi kepada nama Yesus yang tersuci sudah berlangsung lama. Dalam masa pelayanan Paus Yohanes Paulus II, beliau menetapkan Pesta Nama Yesus yang Tersuci supaya dirayakan pada tanggal 3 Januari. Di dalam Gereja kita juga mengenal Litani Nama Yesus yang tersuci. Mengenang nama Yesus mengingatkan kita pada sebuah perkataan di dalam Kisah para Rasul: Kisah Para Rasul: “ Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12).

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengarahkan kita pada sosok Yesus sang Penyelamat manusia. Dalam bacaan pertama, Yohanes mengatakan tentang kelayakan sebagai anak-anak Tuhan. Apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan? Kita harus menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Apa perintah yang penting dari Tuhan? Tentu saja perintah kasih. Yohanes menulis: “Perintah Tuhan adalah supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.” (1Yoh 3:23). Dua kata kunci tentang perintah Tuhan adalah percaya dan mengasihi. Dan ini haruslah kita lakukan sebagai anak-anak Tuhan, sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus. Apakah kita benar-benar percaya dan mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama?

Mengawali tahun 2022 ini kita layak berbenah diri sejenak. Setelah setahun silam kita mengalami banyak kemunduran akibat pandemi. Salah satu kemunduran yang kita alami adalah dalam hidup iman kita kepada Tuhan Yesus. Begitu banyak orang yang menjauhkan dirinya dari Tuhan dengan tidak mengikuti perintah-perintah-Nya. Ada krisis iman karena banyak di anyata kita mengalami musibah. Ada krisis kepercayaan kepada sesama karena sepinya jalur perekonomian kita. Maka di sini kita bisa memahami adanya masalah dalam relasi dengan Tuhan dan sesama kita. Sebab itu sikap berbenah diri, menata diri untuk menjadi lebih baik lagi di tahun yang baru ini sangat perlu dan harus. Dan ini butuh Roh Kudus untuk menguatkan dan menguduskan kita semua.

Dalam bacaan Injil kita mendengar sebuah situasi yang sulit yang dialami Yesus. Ketika itu Yohanes Pembaptis ditangkap dan dihukum oleh Herodes Antipas. Menurut sejarahwan Yosephus, Yohanes Pembaptis dipenjara di Machaerus (Μαχαιροῦς, dalam bahsa Yunani kuno: μάχαιρα,  ’Makhaira’ (sebilah pedang) atau dalam Bahasa Yahudi: מכוור‎ (Mikwar). Tempat ini terletak di sebelah Timur laut mati atau sekitar 25 KM dari muara sungai Yordan. Yesus lalu menyingkir ke Galilea. Matius mencatat bahwa Yesus meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali. Di tempat itulah Yesus menggenapi Kitab Suci dan mewartakan seruan tobat: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 4:17).

Selanjutnya Yesus mulai tampil di depan umum. Matius bersaksi bahwa Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Ini adalah pekerjaan Bapa yang dilakukan secara nyata di Galilea. Ini catatan Matius yang membuat kita benar-benar jatuh cinta pada Yesus ketika Dia mulai tampil di depan umum: “Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.” (Mat 4:24-25).

Kisah-kisah Yesus yang kita renungkan setelah pesta penampakkan Tuhan ini benar-benar membuka wawasan kita bahwa Yesus yang kita Imani bukan hanya Dia yang masih bayi dan lemah. Yesus bertumbuh menjadi dewasa dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Sesuai dengan makna nama-Nya yakni ‘Allah yang menyelamatkan’ maka banyak orang berdatangan, dengan sakit penyakit yang mereka alami untuk dapat mengalami kesembuhan. Mereka semua takjub karena keselamatan yang mereka rasakan dan alami bersama dengan Yesus.

Bagaimana dengan kita saat ini? Kita percaya kepada Yesus. Kita mengimani Yesus bahwa Dialah Penyelamat kita. Mari kita berusaha untuk menunjukkan dan menampakkan wajah Yesus satu-satunya Penyelamat kepada semua orang. Bagaimana caranya? Kita mewartakan Yesus dengan hidup kita yang nyata. Tuhan Yesus selamatkanlah kami. Tuhan Yesus sembuhkanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB