Homili Hari Minggu Biasa ke-III/C – 2022

Hari Minggu Biasa III/C – Hari Minggu Sabda Allah
Hari keenam Pekan Doa Sedunia
Neh. 8:3-5a,6-7,9-11
Mzm. 19:8,9,10,15
1Kor. 12:12-30
Luk. 1:1-4; 4:14-21

Membaca Alkitab itu Perlu dan Harus

Kita memasuki Hari Minggu Biasa ke-III tahun C. Bapa Suci Paus Fransiskus menetapkan Hari Minggu III dalam Masa Biasa sebagai “Hari Minggu Sabda Allah” (Domenica Della Parola Di Dio). Ini merupakan sebuah undangan bapa suci bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk menunjukkan rasa syukur atau apresiasi, cinta, dan kesaksian hidup yang setia kepada Tuhan dan setiap perkataan-Nya. Bapa Suci Paus Fransiskus menulisnya dalam Aperuiti llis tertanggal 30 September 2019. Bapa Suci menulis: “Pada penutupan Tahun Yubileum Luar Biasa Belas Kasih, saya telah mengusulkan agar dipikirkan “suatu hari Minggu yang seluruhnya diperuntukkan bagi Sabda Allah, untuk memahami kekayaan yang muncul dari dialog Allah dengan umat-Nya yang terus menerus, suatu kekayaan yang tak pernah akan habis” (Surat Apostolik Misericordia et misera, 7). Memperuntukkan secara khusus satu hari Minggu dalam Tahun Liturgi bagi Sabda Allah, pertama-tama memungkinkan Gereja mengalami kembali tindakan Tuhan yang bangkit, yang membuka juga bagi kita kekayaan SabdaNya agar kita di dunia ini mampu menjadi pewarta kekayaan yang tak pernah akan habis itu.” (AI, 2).

Paus Fransiskus tentu saja mengharapkan agar kita sebagai satu Gereja memiliki habitus baru dalam membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Maka Hari Minggu Biasa ke-III dalam masa biasa ini diperuntukan perayaan, pendalaman, dan penyebaran Sabda Allah. Tiga kata kunci penting yang ditekankan Bapa Suci adalah merayakan Sabda, mendalami Sabda dan menyebarkan Sabda. Ini adalah tugas Gereja, tugas kita semua sebagai orang-orang yang dibaptis. Untuk mencapai tujuan ini tentu kita perlu membaca, merenungkan dan melakukan Sabda. Tanpa membaca, merenung dan melakukan Sabda maka kita juga tidak bisa merayakan, mendalami dan menyebarkan Sabda itu sendiri. Ketika kita membaca kitab suci maka inilah manfaat pentingnya bagi hidup rohani dan relasi kita dengan Tuhan: kita membaca Kitab Suci supaya dapat berdialog dengan Allah, kita menjadikan Sabda Tuhan sebagai sumber hidup kita, kita menjadikan Sabda Tuhan sebagai teman dalam perjalanan hidup kita setiap saat, membaca Kitab Suci merupakan sebuah tindakan kita sebagai Gereja dan membaca Kitab Suci sebagai doa. Kita juga perlu mendengar Sabda Tuhan dalam hidup kita karena dengan mendengar Sabda kita semakin mengalami Allah di dalam hidup kita, kita menjadi satu komunitas, kita menjadi setia dalam hidup dan panggilan juga menjadi rasul dari Sabda itu sendiri.

Tentu saja kita tidak hanya membaca dan mendengar Sabda Tuhan. Kita harus menjadi pelaku Sabda Tuhan. Santo Yakobus menulis: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” (Yak 1:22-25).

Tuhan melalui Sabda-Nya pada hari Minggu ini mendampingi kita untuk rajin membaca Kitab Suci yang sudah ditulis, merenungkan dan melakukannya di dalam hidup kita. Nehemia dalam bacaan pertama memberi kesaksian tentang pentingnya Sabda Tuhan setelah umat Israel kembali dari Babilonia. Sabda Tuhan mendapat tempat yang sangat penting karena Sabda Tuhan saat itu diterangkan dengan baik supaya bisa dimengerti, dicerna dan ditanggapi oleh jemaat saat itu. Hal yang sama terjadi juga pada saat kita membaca, mendengar, merenung dan melakukan Sabda. Ezra sang imam dan ahli Kitab Suci berperan penting dalam membawa Kitab Taurat, membaca beberapa bagian sehinga bisa didengar jemaat pria dan wanita, menjelaskannya dan mereka semua mengerti.

Hal-hal penting yang dilakukan imam Ezra: Dia memegang Kitab Taurat, berdiri di depan mimbar, memuji Tuhan, membuka Kitab, membaca dan menerangkannya. Ezra juga menguatkan jemaat dengan berkata: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!” (Neh 8:9). Jemaat pria dan Wanita saat itu berdiri menghadap ke mimbar, aktif dengan menjawab amin sambil mengangkat tangan, berlutut dan menyembah Tuhan, terharu mendengar Sabda yang dibacakan. Mereka juga melakukan Sabda dengan berbagi buah-buah rohani dari Sabda yang mereka dengar. Berkaitan dengan ini Ezra berkata: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!” (Neh 8:10).

Penginjil Lukas pada bagian pertama dari bacaan Injil menerangkan tentang penulisan Injilnya kepada Teofilus. Injil sebagai sebuah berita sukacita yang disusun berdasarkan saksi mata dan pelayan firman. Lukas tidak sekedar menulis Injil tetapi menyelidiki semua peristiwa yang ia dengar dari para saksi mata dan pelayan firman, lalu memutuskan untuk menuliskannya dalam sebuah buku atau Kitab yang teratur. Lukas melukis hidup Yesus yang sudah dewasa, mengalami pencobaan di padang gurun dan menyampaikan visi dan misi-Nya dengan sangat jelas. Hal yang menarik perhatian adalah Yesus juga mengambil Kitab Suci, membacakannya, menutup kitab itu dan memberikannya kepada pejabat. Dengan membaca, menutup Kitab dan menarangkan atau mengajar orang-orang saat itu maka semua mata mereka pun tertuju kepada-Nya. Hal yang penting di sini adalah Yesus membaca Kitab Suci dan menerangkannya tentang visi dan misi-Nya di atas dunia.

Apa yang harus kita lakukan?

Santo Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita bahwa dengan membaca, mendengar dan melakukan Sabda, kita semua membentuk Tubuh Kristus dan masing-masing menjadi anggota dari tubuh yang satu dan sama. Kita semua memang berbeda tetapi diberi minum dari satu Roh yang sama yaitu Roh Kudus. Sabda Tuhan adalah pelita bagi langkah kaki kita. Sabda Tuhan ada surat cinta dari Tuhan bagi kita semua. Mari kita akrab dan bersahabat dengan Kita Suci sebagai Sabda Tuhan. Hanya dengan demikian kita dapat mengenal dan dan mencintai Tuhan Yesus, sang Sabda hidup kita.

P. John Laba, SDB