Homili 13 Mei 2022

Hari Jumat, Pekan Paskah ke-IV
Santa Perawan Maria dr Fatima
Kis. 13:26-33
Mzm. 2:6-7,8-9,10-11
Yoh. 14:1-6.

Pernah gelisah

Saya pernah ditanya oleh seorang pemuda: “Romo, apakah anda pernah merasa gelisah?” Saya mengatakan kepadanya bahwa selagi saya masih hidup, saya sudah pernah gelisah dan akan gelisah. Dia tersenyum dan berkata: “Saya kira romo itu tidak pernah merasa gelisah”. Semua orang sudah, sedang dan akan merasa gelisah ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan tertentu di dalam hidupnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gelisah berarti: tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati); tidak tenang (tentang tidur); tidak sabar lagi dalam menanti sesuatu atau seseorang. Dari pengertian ini maka kata gelisah merujuk pada perasaan manusia yang tidak tenang dan selalu merasa khawatir (suasana hati). Perasaan gelisah itu dialami oleh semua orang karena factor lingkungan yang tidak mendukung, tuntutan pekerjaan yang membebani dan masalah Kesehatan. Perasaan gelisah dapat diekspresikan secara dengan gerakan tubuh seperti tangan atau kaki yang terus menerus bergerak, keringat dingin, pandangan buram, terlalu sensitif, mudah merasa Lelah, panik dan tidak karuan, ketakutan secara berlebihan dan sulit berkonsentrasi.

Bagaimana kita mengatasi perasaan gelisah di dalam hidup kita? Ketika mengalamai perasaan gelisan, kita tentu harus berusaha untuk keluar dari perasaan ini karena memang tidak baik untuk diri kita. Ada kiat-kiat tertentu mengatasi perasaan gelisah di dalam diri kita. Misalnya kita sedapat mungkin tidak berlebihan memikirkan permasalahan yang sedang kita hadapi. Semua orang pasti mempunyai masalah maka patutlah kita mencari solusi bukan menyerah begitu saja. Tentu saja kita juga perlu mencari akar masalah dari perasaan gelisah, mengubah aktivitas harian sekaligus mengalihkan pikiran kita kepada sesuatu yang baru, mengatur waktu istirahat yang baik terutama waktu tidur, mengkonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga dengan teratur, bermeditasi dan kembali kepada Tuhan.

Hal-hal yang disebutkan untuk mengatasi perasaan gelisah ini merupakan hal-hal yang sudah kita lakukan terutama saat kita sendiri merasa gelisah. Pada hari ini Tuhan Yesus menyapa kita dengan perkataan yang dapat mengubah kiblat hidup kita. Dia sangat mengasihi para murid dan kita saat ini, sebab itu Ia berkata: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh 14:1). Yesus sudah tahu bahwa kita semua mudah merasa gelisah dalam hidup, lebih lagi ketika kita mengandalkan diri dan mengabaikan-Nya. Ketika mengalami persoalan hidup kita mudah mengandalkan diri sehingga yang ada pada kita adalah perasaan gelisah. Kalau saja kita mengandalkan Tuhan mungkin cerita hidup kita berbeda. Tuhan Yesus meneguhkan kita supaya jangan gelisah hati di hadapan berbagai macam persoalan hidup kita. Kita seharusnya percaya kepada Allah Bapa dan kepada-Nya sebagai Allah Putera. Apakah pada saat mengalami persoalan dan pergumulan hidup kita masih mengandalkan Tuhan? Apaklah kita masih percaya kepada-Nya?

Selanjutnya Yesus menjelaskan tentang penyertaan-Nya kepada para murid. Mula-mula Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa di rumah Bapa di Surga banyak tempat. Dia mengetahuinya dan untuk itulah Ia mengatakannya kepada para murid. Setelah meninggalkan dunia ini, Yesus akan menyiapkan tempat di rumah Bapa, Ia juga akan kembali untuk menjemput kita semua supaya di mana Dia berada, kita juga berada bersama dengan Dia. Ini adalah sebuah hal yang penuh harapan bagi kita. Kita memiliki harapan untuk tetap bersatu dengan Tuhan. Di dalam bacaan Injil hari ini, sosok Thomas tampil mewakili kita semua. Thomas mau mengikuti jalan pintas menuju kepada Bapa untuk menempati satu dari banyak tempat yang ada di rumah Bapa. Sebab itu Ia berkata: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” (Yoh 14:5). Yesus menjawabnya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6).

Ketika kita mengalami pergumulan hidup hingga perasaan gelisah menguasai hidup kita, banyak kali kita serupa dengan Thomas yang menyukai jalan pintas. Ada yang mengandalkan dirinya, ada yang mengandalkan dukun, pendoa, jimat-jimat dan lain sebagainya. Kalau saja mereka mengandalkan Tuhan Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup maka cerita hidup mereka pun akan berbeda. Banyak orang yang hobinya pergi ke dukun dan yang ada adalah kegelapan dan kesiasiaan. Ada yang mengandalkan pendoa yang datang berdoa serasa dia sudah di surga dan memaksa Tuhan tetapi ujung-ujungnya adalah duit. Tanpa duit maka pendoa itu pun hilang begitu saja. Ada yang mengandalkan jimat-jimat dan berpikir bahwa jimatlah yang akan mengatasi persoalan hidupnya. Tidak! Tuhanlah yang mengatasi persoalan hidup kita. Dialah yang menghapus segala kegelisahan hidup kita. Dialah yang berkata: “Jangan gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada Yesus Putera Allah”.

Para rasul seperti santo Paulus dan rekan-rekannya begitu berani mewartakan Injil karena andalan mereka adalah Tuhan. Apakah mereka pernah gelisah? Ya mereka pernah gelisah tetapi Tuhan menguatkan dan memberanikan mereka. Paulus misalnya berkata: “Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita. Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat.” (Kis 13:26-27). Paulus dan rekan-rekannya mewartakan Injil dan menceritakan Paskahnya Yesus kepada orang banyak. Mereka berani menarasikan paskah Kristus dengan begitu jelas. Penyertaan Tuhan memberanikan mereka untuk merasul di tanah misi dan menghasilkan banyak buah. Kegelisahan hati berubah menjadi sukacita karena gereja benar-benar hidup.

Pada hari ini kita juga merayakan peringatan Bunda Maria dari Fatima. Kita semua mengetahui bahwa Bunda Maria menampakkan dirinya kepada tiga orang anak yang bernama Lucia Abobora serta sepupunya Francisco dan Jacinta Marto. Penampakan pertama tanggal 13 Mei 1917 dan berakhir tanggal 13 Oktober 1917. Dari penampakan Bunda Maria dari Fatima, dikenal tiga buah rahasia yang disebut rahasia Fatima yakni: Rahasia pertama adalah sebuah pesan yang menakutkan tentang pemandangan neraka. Rahasia kedua adalah peringatan tentang kekuasaan komunis di Rusia. Bunda Maria meminta agar Rusia dikonsekrasikan bagi Hatinya yang Tidak Bernoda. Rahasia ketiga berisi sebuah penglkihatan tentang malaikat dengan pedang menyala dan sekelompok imam serta kaum rohaniwan yang dipimpin oleh Paus sedang mendaki gunung terjal menuju salib di puncaknya. penglihatan ini diterjemahkan sebagai usaha pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1981.

Mari kita mendoakan doa Bunda Maria dari Fatima untuk mengatasi kegelisahan hidup kita di dunia ini: “O Yesusku, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka. Dan hantarlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu.” Semoga doa ini menjadi kekuatan dalam hidup kita di kala mengalami kegelisahan hidup. Bunda Maria dari Fatima, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB