Homili 19 Agustus 2022

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XX
Yeh. 37:1-14
Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9
Mat. 22:34-40

Hidup baru dalam kasih

Kita mengawali hari ini dengan sebuah antifin yang indah: “Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.” (Mzm 146:2). Bagi saya perkataan ini sangat menyentuh sekaligus meneguhkan. Hidup baru dalam Kristus berarti hidup tanpa cela, dengan memuliakan Tuhan dan bermazmur bagi-Nya selama-lamanya. Bahwa manusia sering jatuh ke dalam dosa karena lemah dalam mengasihi namun kasih Tuhan ternyata lebih kuat dan mengubah seluruh hidup manusia untuk mampu mengasihi.

Pada hari ini Tuhan menyapa kita melalui nabi Yehezkiel dan Yesus Putera Allah. Nabi Yehezkiel mengisahkan tentang penglihatan dan pengalaman rohaninya ketika dibimbing oleh Roh Tuhan untuk melihat sebuah lembah yang penuh dengan tulang belulang kering dan berserakan tidak teratur. Pada saat itu Tuhan mengingatkan nabi Yehezkiel tentang kuasa-Nya untuk menghidupkan kembali tulang-tulang yang sudah kering itu. Sebagai utusan Tuhan Allah maka nabi diharapkan untuk bernubuat. Bunyi nubuatnya sesuai kehendak Tuhan adalah: “Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman Tuhan! Beginilah firman Tuhan Allah kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” (Yeh 37:4-6).

Perkataan Tuhan ini memiliki daya yang luar biasa. Tulang-tulang kering yang tadinya tidak teratur, justru mereka berkumpul dan membentuk tubuh manusia. Perlahan-lahan bertumbuhlah daging hingga kulit menutup tulang-tulang yang tadinya sudah mengering semua. Setelah terbentuk makhluk manusia manak yang terakhir yang dinubuatkan adalah nubuat tentang nafas hidup. Bunyinya: “Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan Allah: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali.” (Yeh 37:9). Nafas hidup memasuki dan memberi hidup kepada manusia-manusia baru. Mereka yang tadinya mati, kini menjadi manusia baru yang hidup dalam Roh, hidup dalam kasih Tuhan.

Apa makna dari penglihatan nabi Yehezkiel ini?

Kita semua pasti mengerti bahwa akibat dari dosa adalah ada kematian. Umat Israel adalah kekasih Tuhan, pilihan Tuhan tetapi mereka selalu jatuh ke dalam dosa. Mereka mengalami pembuangan di negeri-negeri asing seperti orang Samaria yang mengalaminya dalam kuasa bangsa Asyur dan orang-orang Yehuda di Yerusalem yang dikuasai oleh penguasa Babilonia. Sebagai bangsa pilihan Allah, kaum Israel yang berada di negeri asing itu ibarat tulang-tulang yang mengerung dan berserakan tak teratur. Perhatikan perkataan Tuhan ini: “Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.” (Yeh 37:11). Berada di negeri asing membuat mereka merasa seperti tulang-tulang yang sudah mengering, tidak ada kehidupan yang lebih baik, pesimistis. Dalam situasi seperti ini, Tuhan hadir dan memberi hidup baru kepada mereka.

Pengalaman kasih Tuhan ini juga dirasakan oleh kita semua. Kita semua orang berdosa dan banyak kali kita juga berada di negeri asing. Kita juga serupa dengan tulang yang mengering dan berserakan tidak teratur. Hidup dalam dosa serba tidak teratur di mata Tuhan. Hanya Tuhanlah yang memiliki kuasa membangkitkan kita, memberi hidup baru dalam kasih kepada kita semua. Perkataan Tuhan ini menumbukan harapan baru bukan hanya bagi umat Israel zaman dahulu kala tetapi masih sangat aktual bagi kita saat ini: “Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman Tuhan.” (Yeh 37:12-14).

Hidup baru dalam kasih membuat mat akita tertuju kepada Tuhan. Hidup baru dalam kasih karena kita semua sudah mengalami kasih dan kemurahan hati atau kerahiman Tuhan. Dialah yang lebih dahulu mengasihi kita dan kita sebagai manusia sama seperti yang dialami santo Agustinus dalam pengakuannya: “tardi ti ho amato” (terlambat aku mengasihimu). Kita semua dipanggil untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Inilah yang dikenal sebagai perintah kasih. Tuhan Yesus yang dicobai seorang ahli Taurat tentang perintah yang pertama dan utama memberi jawaban yang pasti: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Ul 6:5) dan perintah yang kedua yang sama dengan perintah pertama: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im 19:18). Tuhan Yesus bahkan menegaskan: “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:40).

Pada hari ini kita semua dikuatkan untuk mengerti makna dan panggilan hidup kita yang sebenarnya. Kita semua adalah orang berdosa dan akibat dosa adalah kematian. Namun kasih dan kerahiman Tuhan memberi hidup baru, menyelamatkan kita semua. Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Dialah wajah Kerahiman Allah. Maka kita yang mengalami kerahiman Allah haruslah menunjukkan itu kepada sesama yang hidup berdampingan dengan kita.

P. John Laba, SDB