Memori tentang barang bekas
Saya senang menyaksikan sekelompok orang yang memiliki hobi yang sama sehingga membentuk perkumpulan tertentu. Misalnya perkumpulan para penggemar sepeda onthel, perkumpulan pengendara moge (motor gede), perkumpulan pencinta reptil, perkumpulan pencinta tanaman hias dan lain sebagainya. Masing-masing orang memiliki Hasrat, hobi dan bebas mengungkapkanya supaya menjadi pribadi yang bahagia.
Terlepas dari hobi tertentu yang membawa orang tersebut masuk dalam komunitas atau perkumpulannya para penggemar seperti sepeda onthel, pasti ada orang yang bertanya-tanya dan merasa heran mengapa memilih sepeda onthel yang kelihatan ‘barang lama’ bukan sepeda balap atau sepeda gunung yang lebih bagus. Tentu saja semua kembali ke hobi yang dapat membuat pribadi orang itu bahagia. Ada orang tertentu yang tidak memiliki hobi sepeda onthel mungkin akan mengatakan kepada orang yang mempunyai hobi sepeda onthel: “Seleramu pada barang lama”.
Saya dan teman-teman saya pernah melihat sebuah lampu yang menggunakan minyak tanah atau lampu Petromak yang digantung di sebuah rumah tua. Setiap orang yang melihat lampu itu bercerita tentang lampu yang sudah tidak terawat itu. Ada seorang yang mengakui bahwa dia mencapai gelar akademik yang tinggi karena jasa baik dari lampu yang menemani dia tempo doeloe. Ada seorang yang berterima kasih karena lampu itu pernah menyelamatkannya dari gigitan ular berbisa. Pokoknya semua orang bercerita tentang lampu minyak tanah yang sudah usang di tempat gantungannya. Kini lampu minyak tanah itu hanya menyimpan seribu satu cerita tentang hidup orang-orang sukses yang pernah merasakan jasa baiknya.
Di tempat lain saya bersama teman-teman juga melihat sebuah besi setrika arang. Orang-orang yang pernah menggunakan besi sterika arang melihatnya sambil tersenyum. Ada teman yang mengatakan bahwa besi setrika arang ini pernah membolongi celana birunya di SMA tempo doeloe. Teman yang satu mengatakan bahwa gara-gara besi setrika arang ini maka banyak ‘antrian’ karena mereka melihat pakaiannya rapi. Sekarang besi setrika arang itu sudah masuk ke museumnya. Dia membisu tetapi pernah menjadi saksi tentang siapakan yang pernah memakainya.
Tentu saja cerita tentang sepeda onthel, lampu minyak tanah atau petromax dan besi setrika arang hanya bisa diketahui oleh generasi yang perlahan menua. Generasi sekarang ini mungkin sudah tidak mengetahui lagi tentang barang-barang yang sudah mulai disebut barang bekas. Mereka memiliki dunia yang sudah sangat berbeda. Tetapi mereka yang segenerasi dengan saya tetap melihat barang bekas dan ceritanya. Barang bekas pernah berjasa bagi kehidupan pribadi kita. Dia sudah mendapat label barang bekas, tetapi jasanya tidak akan dibayar. Dia tidak minta diperhatikan atau perlakuan istimewa. Dia siap bergaul dengan debu, karat dan mengalami kesendirian. Dia seperti tidak berharga lagi padahal pernah begitu berharga.
Saya mengingat perkataan ini: “Sometimes you will never know the value of something, until it becomes a memory” (kadang-kadang anda tidak pernah mengetahui nilai dari sesuatu, hanya ketika dia sudah menjadi sebuah kenangan).
Bukan hanya barang bekas
Kita tidak bisa menutup mata terhadap fenomena-fenomena tertentu dalam kehidupan kita sebagai manusia yang mendapat gelar makhluk sosial. Banyak kali kita mendengar orang dengan mudah mengatakan dua kata ini: ‘bekas’ dan ‘mantan’. Kedua kata ini sering dipakai begitu saja. Kata mantan sebenarnya merupakan ameliorasi dari kata bekas. Ahmad Bastari Suan dalam majalah Pembinaan Bahasa Indonesia tahun 1984, mengatakan bahwa kata mantan dapatlah menjadi pengganti kata bekas yang mana arti kata bekas dirasa kurang sopan dan bernilai lebih rendah untuk disematkan pada orang yang dihormati dan pernah menduduki jabatan mulia atau profesi tertentu sebelumnya. Dalam hal ini kata bekas tetap bisa dipakai untuk sesuatu yang bukan orang atau kepada orang yang telah meninggalkan pekerjaan buruk.
Itu sebabnya pada saat ini kita mendengar orang menyebut mantan terindah atau mantan tidak terindah: mantan suami, mantan istri, mantan pacar, mantan bupati dan lain sebagainya. Kita jarang dan pasti tidak akan mendengar sebutan ini: mantan anak dan mantan cucu. Ternyata anak dan cucu tidak pernah akan menjadi mantan apalagi bekas. Hanya karena kedegilan hati manusia maka ada mantan suami dan mantan istri. Namun demikian mantan tetap memiliki cerita yang menghiasi hidup orang yang merasa memiliki mantan. Mantan menjadi sebuah memory yang indah atau memory yang pahit yang sungguh bisa mengubah hidup kita.
P. John Laba, SDB