Homili 9 November 2022 – Pesta Pemberkatan Basilika Santo Yohanes Lateran

Pesta pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Yeh 47: 1-2.8-9.12
MT Mzm 46:2-3.5-6.8-9
1Kor 3: 9b-11.16-17
Yoh 2:13-22

Kamu adalah bait Allah

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan pesta pemberkatan Gereja Basilik Santo Yohanes Lateran. Basilik agung ini didirikan oleh kaisar Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Basilik Santo Yohanes Lateran merupakan Basilik agung pertama. Basilik ini melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih berada di dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir. Sebab itu pemberkatannya yang kita peringati pada hari ini merupakan peringatan akan kemerdekaan dan perdamaian itu.

Dikisahkan bahwa ketika Kaisar Konstantinus bertobat dan mengumumkan adanya edik Milano pada sekitar tahun 313. Ketika itu ia memusatkan perhatiannya pada pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena menjadi salah seorang pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja pertama yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran, Lateran. Gereja ini diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Sri Paus Silvester I (314-335) pada tahun 324. Karena basilik itu merupakan gereja katedral untuk Uskup Roma yang sekaligus menjabat sebagai Paus, maka basilik itu pun disebut ‘induk semua gereja’, baik di Roma maupun di seluruh dunia. Karena itu juga basilik Lateran merupakan gereja paroki bagi seluruh umat Katolik sedunia. Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memusatkan perhatian kita pada Bait Allah sebagai rumah Tuhan. Bait Allah atau Rumah Allah sifatnya mempersatukan semua sanak keluarga bangsa Israel. Nabi Yehezkiel mengisahkan dalam bacaan pertama bahwa ia melihat air yang berasal dari pintu Bait Suci. Air itu menjadi sungai dan mengalir keluar hingga laut mati. Pada tepian sungai itu kelihatan pohon-pohon bertumbuh subur dan berbuah sepanjang musim. Muara sungai yaitu laut mati yang airnya asin menjadi tawar dan banyaklah ikannya. Air adalah sebuah simbol Roh Kudus. Air yang mengalir adalah simbol Roh Allah yang mengelir keluar dari Bait Allah dan memberi kehidupan, mengubah hidup segala sesuatu. Laksana tetumbuhan yang menghasilkan buah dan laut asin menjadi tawar, demikian Roh Allah itu sungguh mengubah hidup dan memberi hidup baru kepada manusia.

Santo Paulus dalam bacaan kedua melihat manusia sebagai makhluk yang dibaharui oleh Roh Kudus. Manusia lama diubah menjadi manusia baru di dalam Kristus. Maka Santo Paulus mengatakan kepada Jemaat di Korintus bahwa mereka adalah ladang Allah dan bangunannya. Paulus sendiri mengakui diri sebagai seorang ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar bangunan yang kuat. Pada akhirnya, Paulus menegaskan bahwa orang yang mengimani Yesus Kristus adalah Bait Allah yang hidup. Inilah perkataan Paulus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” (1Kor 3:16-17).

Santo Paulus mengatakan bahwa Bait Allah adalah manusia yang percaya kepada Tuhan. Inilah perkataannya: “Bait Allah adalah kamu.” Bait Allah adalah anda dan saya yang dibaptis dan mengakui Yesus sebagai Tuhan. Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil menyatakan tubuh-Nya sebagai Bait Allah. Bacaan Injil mula-mula mengisahkan tentang Bait Allah yang menjadi kotor karena dijadikan sebagai pasar. Para pedagang yang menjual lembu, kambing, domba, merpati dan para penukar uang diusir-Nya. Ia mengusir mereka dengan memegang cambuk dan mengusir mereka sambil berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (Yoh 2: 16). Orang-orang dengan nada emosi meminta kepada Yesus tanda yang membuat-Nya mengusir mereka dari dalam Bait Allah. Ia berkata: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yoh 2:19). Bait Allah yang dimaksudkan Yesus adalah tubuh-Nya sendiri.

Sambil merayakan Pesta ini, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Ia sugguh baik kepada kita. Ia menjadikan kita sebagai gereja yang hidup dan lebih lagi telah memandang kita sebagai tempat tinggal Roh Kudus. Sakramen pembaptisan telah membuat kita menyadari bahwa tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Danj juga, Bait Allah adalah tubuh Kristus sendiri yang menyatukan semua orang dari berbagai penjuru, orang baik dan jahat untuk bersatu sebagai bagian dari Tubuh Tuhan sendiri. Kita adalah Tubuh Mistik Kristus, tempat tinggal Roh Kudus maka sepatutnya kita menjaga kekudusan tubuh kita.

P. John Laba, SDB