Homili 7 Desember 2022 – Injil Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Peringatan Wajib St. Ambrosius
Yes. 40:25-31
Mzm. 103:1-2,3-4,8,10
Mat. 11:28-30

Lectio:

“Sekali peristiwa bersabdalah Yesus: “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Demikianlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan:

Datanglah dan Berjalanlah bersama-Ku!

Pada hari ini kita mengenang santo Ambrosius, Uskup dari Milano. Dalam renungan hari ini, saya tertarik untuk mengutip sebuah perkataannya yang berhubungan dengan masa Adventus. Santo Ambrosius berkata: “Biarkanlah pintumu terbuka lebar-lebar untuk menerima-Nya, bukalah hatimu bagi-Nya, berikanlah penyambutan yang hangat kepada-Nya di dalam pikiranmu, dan dari situlah engkau akan melihat kekayaan kesederhanaan, harta kedamaian, sukacita dari kasih karunia. Bukalah pintu hatimu lebar-lebar, berdirilah di depan mentari yang memancarkan cahaya abadi.” Perkataan ini benar-benar memberi semangat kepada kita untuk tekun menjalani masa adventus ini hingga merayakan kelahiran sang Cahaya abadi. Dalam masa Adventus ini kita memang harus membuka hati kita lebar-lebar untuk menerima Tuhan Yesus, memberikan penyambutan yang hangat kepada tamu Agung kita. Hanya dengan sikap batin seperti ini, kita dapat melihat sang Mentari yang memancarkan cahaya abadi.

Perkataan santo Ambrosius juga membantu kita untuk memahami perikop Injil Matius yang barusan kita dengar bersama. Pertama-tama kita perlu memahami kembali makna masa Adventus. Masa Adventus berarti masa di mana kita menantikan kedatangan Kristus. Kata Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, yang berarti “datang”. Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (KGK. No.524).

Namun pada hari ini Tuhan justru mengajak kita untuk datang kepada-Nya dan berjalan bersama-Nya. Penginjil Matius melaporkan: “Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.” (Mat 11:1). Dia sempat mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat dan menerima kedatangan-Nya di tengah-tengah mereka (Mat 11:20-24). Pada akhirnya, Ia menunjukkan belas kasih-Nya kepada para murid-Nya dan kita semua yang membaca dan mendengar bacaan Injil hari ini.

Tuhan Yesus dengan hati-Nya yang penuh syukur kepada Bapa di Surga dan hati yang berbelas kasih mengajak kita untuk datang kepada-Nya: “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat.” Yesus menyaksikan semua orang yang letih lesu dan berbeban berat ketika Ia memberitakan Injil sebagai Khabar sukacita di kota-kota mereka. Yesus tidak mengarang cerita. Dia langsung turun ke bawah, bukan untuk melakukan pencitraan tetapi untuk mengenal lebih dekat, merasakan keletihlesuan dan beban kehidupan manusia. Sikap Yesus ini patut kita miliki dalam pelayanan sebagai sebuah Gereja. Kita harus berani melepaskan keegoan kita untuk tunduk dan menyapa mereka yang letih lesu dan berbeban berat.

Tuhan Yesus berkata: “Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Wajah letih lesuh dan mereka yang berbeban berat memerlukan pertolongan Tuhan. Kita mengingat kembali raja Daud yang berkata: “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mzm 124:8). Yah, perkataan ini kita rasakan sampai saat ini. Wajah letih lesu dan berbeban berat hanya bisa mendapatkan pertolongan yang benar dalam nama Tuhan. Tuhanlah Allah Bapa yang melalui Yesus Kristus Putera-Nya mau berjalan bersama kita. Kita yang letih lesu dan berbeban berat dalam poeziarahan hidup ini haruslah siap untuk memikul kuk yang dipasang Tuhan Yesus, sambil kita belajar sendiri pada-Nya yang begitu lemah lembut dan rendah hati. Hanya bersama Yesus hati kita menjadi tenang karena Yesus tidak membiarkan kita sendirian. Dia berjalan bersama kita, kita pun berjalan bersama Dia.

Apa yang hendak Tuhan katakana kepada kita melalui Sabda-Nya pada hari ini? Pertama, Tuhan Yesus yang kita nantikan kedatangan-Nya begitu berempati dengan kita semua. Anda dan saya sama-sama sedang tertatih-tatih, begitu letih lesu karena berbeban berat dalam hidup ini. Dalam situasi seperti ini kita harus mengandalkan Tuhan bukan mengandalkan diri kita. Mari kita belajar dari Yesus untuk berempati dengan sesama yang letih lesu dan berbeban berat. Kedua, Tuhan Yesus mengenal setiap pribadi karena Dia turun ke bawah. Dia tidak melakukan pencitraan tetapi Dia mengenal dan siap menolong dalam meringankan beban hidup manusia. Kita bisa menolong sesama kalau kita berani menunduk, menyapa mereka yang kecil dan dipandang hina oleh manusia yang lain. Ketiga, Yesus memiliki kebiasaan ‘berjalan bersama’ mereka yang letih lesu dan berbeban berat. Dia tidak hanya berjalan sendirian sambil memikul salib, Dia mau supaya kita berjalan bersama Dia. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23).

Doa: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah Imanuel yang sedang kami nantikan kedatangan-Mu. Engkaulah Allah beserta kami, yang selalu berjalan bersama-sama dengan kami dalam segala letih lesu dan beban berat kami. Engkau yang begitu berempati dengan memasang kuk yang enak supaya berjalan bersama-Mu. Bantulah kami untuk memiliki hati yang lemah lembut seperti hatimu dalam menjalani tugas perutusan di dunia ini. Santo Ambrosius, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB