Homili Pesta Pembaptisan Tuhan – 2023

Pesta Pembaptisan Tuhan
Yes. 42:1-4,6-7
Mzm. 29:1a-2,3ac-4.3b,9b-10
Kis. 10:34-38
Mat. 3:13-17

Pembaptisan Yesus dan Kita

Pada hari ini kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus Kristus di Sungai Yordan. Dengan merayakan pesta ini maka berakhirlah masa Natal dalam Kalender liturgi kita, dan kita akan kembali ke masa biasa dalam liturgi kita. Kisah tentang pembaptisan Tuhan Yesus kita dengar hari ini berasal dari Injil Matius (Mat 3:13-17). Penginjil Matius mengisahkan bahwa Yohanes Pembaptis saat itu sedang giat-giatnya menyerukan pertobatan di sekitar sungai Yordan: “Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: ”Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mat 3:3). Penginjil Markus menggambarkan sosok Yohanes sebagai sosok yang sederhana: “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.” (Mrk 1:6). Maka Tuhan Yesus sendiri mengakuinya dengan berkata: “Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes , namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” (Luk 7:28).

Banyak orang berdatangan ke sungai Yordan untuk dibaptis sebagai tanda pertobatan demi layak menerima kedatangan Mesias. Yesus, sang Mesias yang dinantikan pun datang ke sungai Yordan untuk dibaptis Yohanes. Usianya sekitar 30 tahun. Dia yang diakui Yohanes: “Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” (Yoh 1:27). Perkataan Yohanes ini turut menguatkan sikapnya yang ‘mencegah’ Yesus saat Yesus memintanya untuk membaptis: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” (Mat 3:14). Reaksi Yesus terhadap sikap Yohanes Pembaptis terungkap dalam perkataan ini: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Mat 3:15). Yohanes sadar diri atas tugas perutusannya maka ia pun menuruti dengan membaptis Yesus. Setelah Yesus dibaptis, Ia keluar dari dalam air dan Dia sebagai Putera Allah melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Di saat yang sama terdengar suara dari surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17).

Peristiwa Tuhan Yesus dibaptis Yohanes di Sungai Yordan membawa kita kepada sebuah pertanyaan: Mengapa Tuhan Yesus mengijinkan Yohanes untuk membaptis-Nya sekalipun Ia tidak berdosa? Penginjil Lukas bersaksi bahwa kaum pendosa, dalam hal ini para tentara, pelacur, pemungut cukai datang kepada Yohanes untuk mendapatkan baptisan pertobatan dan pengampunan dosa (Luk 3:3). Tuhan Yesus sendiri sebenarnya tidak membutuhkan baptisan seperti ini karena Ia tidak berdosa. Dia siap untuk dibaptis oleh Yohanes karena dua hal ini: Pertama, Tuhan Yesus adalah Anak Allah yang bersolider dengan situasi dosa, meskipun Dia tidak berdosa. Kedua, Tuhan Yesus memahami pembaptisan-Nya sebagai antisipasi atas sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Dialah yang bersedia untuk wafat bagi kita bahkan surga pun terbuka dan Bapa mengakui Yesus Anak-Nya: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17).

Ada banyak hal yang menarik perhatian kita dari peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus di sungai Yordan. Tuhan Yesus dibaptis dan dengan demikian Dia menguduskan semua air yang akan dipakai untuk membaptis kita juga. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Pencelupan ke dalam air melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam kematian Kristus, dari mana ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12) sebagai “ciptaan baru” (2Kor 5:17; Gal 6:15).” (KGK, 1214). Di samping itu: “Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu “ciptaan baru” (2Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Bdk. Gal 4:5-7); ia “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (Bdk. 1Kor 6:15; 12:27), “ahli waris” bersama Dia (Rm 8:17) dan kenisah Roh Kudus (Bdk. 1Kor 6:19).” (KGK, 1265). Air yang dikuduskan Yesus di sungai Yordan, kini dapat memberi manusia kodrat sebagai ciptaan baru, anak angkat Allah dan mengambil bagian dalam kodrat ilahi.

Santo Gregorius dari Nasiansa pernah berkata: “Pembaptisan adalah anugerah Allah yang paling indah dan paling mulia…. anugerah, rahmat, pengurapan, penerangan, busana kebakaan, permandian kelahiran kembali, meterai, dan pemberian yang sangat bernilai. Anugerah, karena ia diberikan kepada mereka yang tidak membawa apa-apa; rahmat, karena ia malah diberikan kepada orang yang bersalah; pembaptisan, karena dosa dikuburkan di dalam air; pengurapan, karena ia adalah kudus dan rajawi (seperti orang yang diurapi); penerangan, karena ia adalah terang yang bersinar; busana, karena ia menutupi noda-noda kita; permandian, karena ia membersihkan; meterai, karena ia melindungi kita dan merupakan tanda kekuasaan Allah.”

Apa yang harus dilakukan oleh seorang yang sudah dibaptis? Seorang yang dibaptis menjadi anggota Kristus, ahli waris bersama Kristus dan kenisah Roh Kudus. Sebab itu orang itu harus semakin serupa dengan Yesus Kristus dalam segala hal. Salah satu hal yang paling jelas adalah memberi kesaksian sebagai orang yang dibaptis dengan berkeliling dan berbuat baik seperti Kristus sendiri (Kis 10:38). Ini adalah kuasa pembaptisan yang perlu dipegang teguh oleh seorang pengikut Kristus. Orang Kristen sejati semakin serupa dengan Yesus, dalam hidup dan karyanya.

P. John Laba, SDB