Homili 10 Januari 2023

Hari Selasa, Pekan Biasa I
Ibr. 2:5-12
Mzm. 8:2a,5, 6-7, 8-9
Mrk. 1:21b-28

Dia semakin tenar dan viral

Dalam kisah panggilan para murid perdana versi Penginjil Yohanes, terdapat sebuah momen penting. Filipus begitu terpesona dengan pribadi Yesus sehingga ia pun pergi mencari teman-temannya untuk datang kepada Yesus. Dia berjumpa dengan Natanael alias Bartolomeus dan menyampaikan kisah perjumpaannya dengan Yesus: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret. ” (Yoh 1:45). Reaksi Natanael saat mendengar kesaksian Filipus ini terungkap dalam nada bertanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Filipus berkata kepadanya, “Datang dan lihatlah.” (Yoh 1:46). Yesus dari Nazaret! Nazaret (Ibrani: נָצְרַת,) artinya taruk atau tunas yang sedang bertumbuh. Dan taruk atau tunas yang sedang bertumbuh itu sudah sedang tampil di hadapan mereka. Dialah Yesus dari Nazaret.

Setelah kita merayakan pesta pembaptisan Tuhan maka mulai hari ini kita memasuki masa biasa. Kita semua berhadapan dengan sosok Yesus yang tampil beda membuat tenar dan viral di Galilea saat itu. Para Penginjil menceritakan bahwa Yesus yang setelah dicobai di Padang Gurun datang ke Galilea. Pada suatu malam Sabat Ia memasuki Sinagoga di Kapernaum. Kapernaum (k-pûrn-m; Ibrani כפר נחום Kefar Nahum) artinya “Kampung Nahum” Yesus mengajar di dalam Sinagoga dengan kuasa dan wibawa sehingga banyak orang takjub mendengar pengajaran-Nya. Alasan mereka begitu takjub adalah pada sikap Yesus yang mengajar dengan kuasa dan wibawa. Yesus sangat berbeda dengan para ahli Taurat.

Perasaan takjub dari orang-orang di dalam Sinagoga semakin menjadi-jadi. Diceritakan bahwa di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat sehingga dia berteriak-teriak. Ia berteriak-teriak ke arah Yesus sambil berkata: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” (Mrk 1:24). Tuhan Yesus tidak menggubris tipu muslihat roh jahat yang seolah-olah memuji Yesus. Ia dengan suara keras berkata: “Diam, keluarlah dari padanya!” (Mrk 1:25). Roh jahat yang mengenal kuasa Yesus itu menggoncang-goncang orang itu sambil menjerit dan keluar.

Kedua hal penting: kata dan karya Yesus yang penuh kuasa dan wibawa membuatnya tenar dan viral di seluruh daerah Galilea dan sekitarnya. Inilah reaksi orang-orang saat itu: “Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” (Mrk 1:27). Yesus semakin tenar dan viral ke seluruh penjuru Galilea. Kekuatan kata dan karya telah mengubah kehidupan banyak orang di sekitar Galilea.

Kisah Injil ini memang sangat menarik perhatian kita. Pertama, Yesus menunjukkan wajah kerahiman Allah Bapa dengan bersabda. Setiap Sabda yang keluar dari mulut-Nya bukan hanya sekedar pengajaran tetapi kata-kata yang menyelamatkan. Sabda Yesus dalam pengajaran-Nya di dalam Sinagoga laksana pelita bagi langkah kaki mereka (Mzm 119:105). Sabda Yesus juga sama dengan pedang bermata dua. Penulis surat kepada umat Ibrani berkata: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12). Sungguh sabda Tuhan mengubah secara total kehidupan manusia.

Kedua, Tuhan Yesus memiliki rasa empati yang besar kepada manusia yang menderita. Sebab itu Dia tidak hanya berkata-kata tetapi Dia juga melakukan pekerjaan keselamatan. Ia memiliki kuasa dan wibawa untuk mengusir setan, roh-roh jahat. Ia menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan kita. Yesus tidak mencari pujian. Dia memiliki keprihatinan yang besar yakni menyelamatkan semua orang dari segala penyakit dan kelemahan.

Ketiga, Tugas dan tanggung jawab kita adalah membawa semua orang kepada Kristus dan membawa Kristus kepada semua orang. Apapun situasinya kita perlu berusaha untuk terus mewartakan Yesus kepada semua orang. Memuliakan nama Yesus di dalam setiap pekerjaan kita. Mengapa kita harus melakukannya? Karena Allah Bapa sendiri melakukannya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” (Ibr 2:6-8). Penulis Surat kepada Umat Ibrani dengan lebih tegas bersaksi: “Oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” (Ibr 2:9).

Pada hari ini pikiran kita tertuju pada Yesus yang lagi tenar dan viral. Kalau zaman dahulu Dia sudah demikian, bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita harus tinggal diam? Tentu saja tidak. Gereja kita adalah Gereja misioner. Kita semua dipanggil untuk mewartakan Kristu kepada semua orang. Meminjam perkataan Paulus: «Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil» (1 Kor 9:16). Mengikuti semangat Andreas dan Filipus di dalam Injil, marilah kita membawa sesama kita kepada Kristus. Biarlah Dia menjadi semakin tenar dan viral dalam karya dan pengabdian kita.

P. John Laba, SDB