Homili 1 Februari 2023 – Injil Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-IV
Ibr. 12: 4-7,11-15
Mzm. 103:1-2,13-14,17-18a
Mrk. 6:1-6

Lectio:

“Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asalnya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.” Demikianlah Sabda Tuhan. Syukur kepada Allah.

Renungan:

Mengherankan!

Saya mengenal sosok seorang misionaris yang berkarya di tanah misi selama lebih dari 40 tahun. Dia pernah bercerita kepada saya bahwa ketika tiba di tanah misi dia besama rekan-rekannya berusaha untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Mereka belajar Bahasa lokal dan memahami budaya setempat. Orang-orang di tanah misi masih percaya pada kekuatan-kekuatan gaib di tempat-tempat tertentu. Ini kiranya menjadi tantangan tersendiri dalam berpastoral. Namun demikian ia bersama para rekan misionaris berusaha untuk menaburkan benih iman katolik. Pada saat mereka merayakan 40 tahun kehadiran sebagai misionaris, daerah itu sudah berubah yakni ada 3 buah paroki dengan masing-masing memiliki 20 stasi misionaris dari pesisir pantai hingga kampung-kampung di gunung. Semua orang sangat menghargai hidup dan karya para misionaris karena mereka benar-benar menjadi gembala berbau domba. Mereka adalah misionaris yang menjala manusia.

Saya bertanya kepadanya apakah ada pengalaman yang mengecewakan mereka sebagai misionaris? Dia mengaku bahwa banyak sekali pengalaman yang mengecewakan. Salah satunya adalah, pada suatu kesempatan ia melakukan perjalanan untuk mengunjungi sebuah stasi yang paling jauh dari pusat paroki. Setibanya di stasi itu ia melihat kerumunan banyak orang di depan sabatang pohon besar yang bertumbuh di pinggir sebuah batu besar. Orang-orang membawa ayam jantan dan aneka sesajian lainnya. Ia lantas bertanya apa yang kiranya mereka sedang lakukan di tempat itu. Kepala suku yang juga menjadi ketua dewan stasi mengatakan bahwa mereka sedang membuat upacara adat untuk bersyukur dan menghormati leluhur mereka. Tempat di mana mereka berada saat itu adalah tempat asal leluhur mereka. Misionaris itu merasa kaget karena selama empat puluh tahun ia berkarya di tempat itu, baru kali ini dia menyaksikan sendiri dualisme umat dalam hidup beriman. Pada hari minggu mereka pergi ke gereja, pada hari biasa mereka membuat upacara untuk menghormati leluhur mereka. Sang misionaris itu hanya berkata: “Sungguh mengherankan saya!”

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang sangat menarik perhatian kita. Tuhan Yesus berkeliling di sekitar danau Galilea untuk berbuat baik. Ia mewartakan Injil dengan kata-kata yang menakjubkan mereka semua yang mendengar-Nya. Ia membuat tanda-tanda heran seperti menyembuhkan sakit dan kelemahan banyak orang. Ia mengusir roh-roh jahat sekelas legion yang sangat menakutkan mereka saat itu. Semua orang di sekitar danau Galilea mencari Yesus untuk merasakan dan mengalami sendiri pekerjaan-pekerjaan keselamatan dari Bapa dalam diri Yesus. Semua ini terjadi di Galilea. Penginjil Markus juga menceritakan bahwa Yesus meninggalkan Galilea dan kembali ke kampung halaman-Nya yaitu Nazaret bersama para murid-Nya. Sebagai seorang Yahudi dewasa, Yesus yang sudah viral di Galilea juga masuk ke dalam rumah ibadat di Nazaret untuk membaca Kitab dan mengajar di sana. Jemaat yang hadir saat itu sangat takjub dengan pengajaran Yesus. Bagi orang-orang saat itu: “Yesus memang mengherankan kita semua!” Ini adalah reaksi yang positif karena bernada pujian karena pengajaran Yesus memang benar adanya.

Namun demikian banyak juga orang-orang di dalam rumah ibadat itu menunjukkan kelemahan manusiawi mereka di depan Yesus. Mereka heran sambil meragukan semua yang mereka kenal dan tahu tentang Yesus. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang meremehkan Yesus: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” (Mrk 6:2-3). Mereka tidak hanya sampai pada tingkat mempertanyakan Yesus tetapi mereka juga kecewa dan menolak-Nya.

Kali ini Yesus menunjukkan sikap ‘merasa heran’ atas sikap orang-orang di dalam rumah ibadat yang memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar. Sikap kecewa dan menolak Yesus itu benar-benar mengherankan. Kita yang membaca Inji tentu dengan akal sehat dan iman merasa heran bercampur kesal dengan jemaat di dalam sinagoga itu. Tuhan Yesus sendiri bahkan mengatakan: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4). Ia tidak membuat mukjizat dan tanda-tanda yang menggemparkan seperti di Galilea bahkan Ia juga merasa heran atas kedegilan hati orang-orang di kampung halaman-Nya sendiri. Mereka tidak percaya pada Yesus, namun Yesus tetap berkeliling dan berbuat baik sambil mengajar.

Kisah Injil ini adalah gambaran hidup kita sendiri di hadapan Tuhan Yesus. Pertama, Mengherankan karena kita bangga sebagai pengikut Kristus, mengikuti acara-acara di Gereja untuk membangun iman, terlibat aktif dalam pelayanan tetapi kita masih juga mirip dengan jemaat di dalam Sinagoga. Mereka adalah orang Nazaret yang mengenal Yesus dari kecil. Kita sendiri mengimani Yesus dalam waktu yang lama dan tentu mengenal Yesus dalam Kitab Suci. Tetapi kadang-kadang ‘mengherankan’ karena orang yang tidak kristiani jauh lebih kristiani dari pada kita. Hidup kita tidak sinkron dengan hidup Kristus. Kedua, Tuhan Yesus ditolak di kampung halaman-Nya. Banyak di antara pengurus Gereja yang baperan sehingga mudah tersinggung, kadang gila hormat juga sehingga ketika ditegur atau dikritik langsung mengambil keputusan untuk mundur dari pelayanan. Hmm mengherankan karena ternyata pelayanan kita lebih bersifat manusiawi dari pada bersifat ilahi.

Pada awal bulan Pebruari ini marilah kita berusaha untuk berubah. Kita perlu mengherankan sesama kita dengan perbuatan-perbuatan baik dan hidup sebagai pengikut Kristus yang terbaik.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, tambahlah iman kami untuk semakin dekat dan percaya kepada-Mu. Jauhkan kami dari sikap menolak kehadiran-Mu di dalam diri kami melalui Sabda dan Ekaristi yang kami rayakan bersama. Bunda Maria, bawalah kami kepada Yesus Putera-Mu. Amen.

P. John Laba, SDB