Homili 20 Maret 2023 – Hari Raya Santo Yusuf , Suami Santa Perawan Maria

Hari Raya Santo Yosef, Suami Santa Perawan Maria
2Sam 7:4-5a.12-14a.16
Mzm 89:2-3.4-5.27.29
Rm 4:13.16-18.22
Mat 1:16.18-21.24a

Bapa Rohani semua orang

Mata kita tertuju pada sosok Santo Yusuf hari ini. Saya juga merasa yakin bahwa ada di antara kita yang sempat menyanyikan sebuah lagu kesayangan: “Santo Yosef yang menjaga, keluarga Nazaret…” untuk mengenang dan menghormatinya. St. John Henry Newman pernah berkata: “Yusuf disebut Bapa pemelihara Yesus sang Anak Allah, karena ia adalah pasangan hidup Maria yang masih perawan. Ia adalah Bapa Tuhan kita, karena Yesus telah menyerahkan ketaatan sebagai seorang Anak kepadanya. Ia adalah Bapa Tuhan kita, karena kepadanya dipercayakan, dan olehnya dengan setia ditunaikan, tugas-tugas sebagai seorang bapa, yaitu melindungi Dia, memberikan rumah kepada-Nya, memelihara dan membesarkan-Nya, dan menyediakan bagi-Nya suatu pekerjaan.”

Santu Yusuf adakah seorang pria yang biasa menjadi luar biasa dalam menjalankan kehendak Tuhan. Saya tersentuh dengan perkataan Tuhan melalui Malaikat ini: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Yusuf menjadi luar biasa karena dapat mengalami apa yang tidak dialami oleh semua pria pada zamannya yakni sebagai bapa pengasuh Yesus dan pasangan Bunda Maria. Sebagai seorang imam, saya melihat dan menemukan di dalam diri santo Yusuf sosok seorang bapa rohani yang hebat. Lebih khusus lagi dia memberi teladan kepadaku sebagai seorang selibater tulen meskipun dia tinggal dengan Maria dan berlaku sebagai seorang Bapa Pengasuh bagi Yesus.

Santo Yusuf menjadi bapa rohani dalam beberapa hal berikut ini: Pertama, Santo Yusuf itu murah hati karena dia memberi diri secara total kepada Tuhan dan Bunda Maria. Tuhan memberikan Yesus kepadanya sebagai kemurahan hati ilahi dan Yusuf membalasnya dengan memberikan dirinya total kepada Tuhan. Kedua, Yusuf rendah hati dalam menjalani otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya. Dalam hal ini dia adalah kepala keluarga, pasangan Bunda Maria dan bapa bagi Yesus. Ketiga, Yusuf memiliki kehidupan batin yang mendalam. Dia menunjukkannya dalam persekutuannya dengan Yesus dan Maria dalam keluarga kudus. Keempat, Di hadapan misteri yang agung, ia menunjukkan iman dan ketaatannya kepada Tuhan. Kelima, Yusuf menjaga, melindungi dan mengayomi keluarga-keluarga sebagai Gereja domestik dan gereja semesta. Keenam, Yusuf menjadi pelindung kematian yang bahagia bagi umat beriman.

P. John Laba, SDB