Homili 21 Maret 2023

Hari Selasa Pekan IV Prapaskah
Yeh. 47:1-9,12
Mzm. 46:2-3,5-6,8-9
Yoh. 5:1-3a.5-16

Air yang menghidupkan

Memulai homili ini, saya mengingat sabda Tuhan melalui nabi Yesaya ketika berkata: “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” (Yes 55:1). Tuhan begitu murah hati kepada semua orang. Dia memberi tanpa memilih dan memilah siapa yang menerima pemberiannya. Dia juga yang mengajak kita semua untuk beramal kepada mereka yang haus: “Ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum.” (Mat 25:35).

Mari kita membuka mata dan menaruh empati kepada sesama yang lain. Kita mengingat bahwa pada saat ini masih begitu banyak orang yang membutuhkan air bersih. Di daerah tertentu mereka harus melakukan perjalanan yang jauh untuk mengambil air di sungai atau mata air tertentu yang belum tentu merupakan air bersih. Ada juga yang bertahan hidup dengan air hujan yang ditampung di dalam bak air. Banyak petani yang gagal panen karena kemarau panjang. Sungguh semua fenomena ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya air bagi manusia. Air merupakan kebutuhan vital. Hanya saja kadang kita tidak peduli dan berempati dengan sesama lain, terutama ketika kita begitu boros dalam menggunakan air.

Masa Prapaskah merupakan kesempatan bagi kita untuk kembali kepada sumber air kehidupan. Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama mengisahkan pengalamannya bahwa ada seorang Malaikat yang membawanya ke pintu Bait Suci. Di sana ia melihat air mengalir keluar dari dalam Bait Suci mulai dari sedikit sampai menjadi sebuah sungai dan bahwa kemana saja air sungai itu mengalir, semua yang ada di sana hidup. Sungai yang mengalir ini membawa hidup berkelimpahan dan kesembuhan dari Allah bagi negeri itu dan penduduknya dan bermuara di laut mati. Air sungai ini bahkan dapat mentawarkan air laut asin. Inilah kesaksian Yehezkiel: “Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.” (Yeh 47:12). Air menjadi sumber untuk menghidupkan dan menyembuhkan.

Pengalaman Yehezkiel tentang air ini tentu bukan hanya sekedar air dalam makna yang sebenarnya. Air merupakan sebuah simbol Roh Allah. Ketika Tuhan Allah menciptakan bumi dan isinya, Roh-Nya melayang-layang di atas air. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yoh 4:14). Di tempat lain Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” (Yoh 7:37-39).

Tuhan Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan menguduskan. Kita mendengar dalam bacaan Injil ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun terbaring lumpuh. Banyak orang sakit yang mengalami peyembuhan di kolam Betesda. Mereka masuk ke dalam kolam saat air bergerak dan mengalami penyembuhan secara ajaib. Sayang sekali karena orang sakit ini tidak berkesempatan untuk masuk ke dalam kolam. Dia selalu terlambat. Tuhan Yesus menunjukkan kuasa-Nya yang melebihi kekuatan apapun, bahkan hari Sabat karena Dialah tuan akan hari Sabat untuk menyembuhkan orang lumpuh ini. Orang lumpuh ini sembuh karena kuat kuasa Yesus.

Masa Prapaskah adalah kesempatan indah bagi kita untuk merasakan air sebagai sumber yang menghidupkan dan menyembuhkan. Kita yang sudah dibaptis akan mengulangi janji baptis kita pada Malam Paskah. Para calon baptis menyiapkan diri mereka supaya dibaptis dalam masa Paskah nanti. Maka Air baptis lalu mengingatkan kita pada sebuah pertobatan yang radikal dan hidup baru menjadi bagian dari hidup kita sendiri. Dan yang lebih penting lagi adalah Air baptis adalah simbol Roh Kudus yang menyucikan, menguduskan, menghidupkan sehingga menjadikan kita sungguh menjadi anak-anak Allah. Kita patut mensyukuri saat pengudusan di hari pembaptisan. Kita menysukuri kuasa Yesus yang menyembuhkan kelumpuhan iman kita yang berkepanjangan.

P. John Laba, SDB