Homili 22 Maret2023

Hari Rabu Pekan IV Prapaskah
Yes. 49:8-15
Mzm. 145:8-9,13c-14,17-18
Yoh. 5:17-30

Tuhan itu Pengasih dan Penyayang

Masa pandemi perlahan-lahan berlalu dan meninggalkan seribu satu kenangan tersendiri bagi kita. Kita semua mungkin memiliki perasaan yang sama: kita merasa kehilangan orang-orang terkasih dan bahwa kehilangan mereka sangat tragis. Banyak di antara kita yang bukan hanya mengalami isolasi mandiri tetapi benar-benar merasa sendirian di hadapan Tuhan yang Mahabaik. Di saat-saat seperti itu muncul pertanyaan-pertanyaan yang bernuansa memberontak kepada Tuhan: “Tuhan kalau Engkau sungguh ada, mengapa membiarkan saya mengalami penderitaan dan kemalangan yang panjang?” atau “Tuhan, mengapa Engkau melupakan aku?” Dan masih banyak pertanyaan yang bernuansa protes kepada Tuhan yang Mahabaik.

Kalau saja kita menghayati masa Prapaskah ini dengan baik, bukan tidak mungkin ada yang juga di antara kita yang sadar atau tanpa sadar bertanya kepada Tuhan menyangkut pengalaman hidupnya. Ada di antara kita yang bisa saja menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya di masa Prapaskah ini sementara dia sendiri sedang mengalami penderitaan dan kemalangan. Bisa juga terjadi bahwa orang lain menghitung kebaikan orang lain yang menderita karena sakit dan protes kepada Tuhan. Hal ini memang sangat manusiawi namun tetap merupakan pengalaman keseharian kita di hadirat Tuhan.

Bangsa Israel pernah mengalami kesendirian, dan merasa ditinggalkan Tuhan ketika mereka berada di Babilonia. Di negeri asing ini mereka mengungkapkan perasaannya dengan terus terang kepada Tuhan. Di saat seperti ini Tuhan mengungkapkan kasih dan kebaikan-Nya melalui para nabi seperti nabi Yesaya dengan menunjukkan diri-Nya sebagai Pengasihi dan Penyayang. Bagi mereka yang merasa ditinggalkan dan dilupakan Tuhan hadir dan meyakinkan dengan penuh kasih sayang dan penuh kelembutan hati: “Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:14-15). Tuhan hadir dan memulihkan bangsa pilihan-Nya. Dia menjawabi mereka di saat yang tepat. Mereka yang terperangkap dalam penjara dan kegelapan dosa akan keluar dan menunjukkan diri mereka (Yes 49:9). Langit dan bumi serta gunung gemunung akan bersorak karena penghiburan dan belas kasih dari Tuhan (Yes 49:13).

Tuhan sungguh hadir sebagai pengasihi dan penyayang. Raja Daud dalam Kitab Mazmur mengungkapkannya kepada Tuhan dengan berterus terang: “Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.” (Mzm 145:8-9). Tuhan tidak melupakan kita dan tidak meninggalkan kita karena kita orang berdosa. Sebaliknya Ia menjadi satu-satunya keselamatan bagi kita. Lebih lanjut dikatakan: “Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.” (Mzm 145:17-18).

Dalam nuansa yang sama Tuhan Yesus menjanjikan hidup bahagia dan kekal bagi kita saat ini. Ia berkata: “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh 5:24). Tuhan tetaplah pemenangnya. Dia Mahabaik bagi kita semua. Dia Pengasih dan Penyayang.

Saya mengakhiri homily ini dengan mengutip Santo Leo Agung yang pernah berkata: “Dengan wafat-Nya, Kristus menundukkan diri-Nya kepada hukum maut, tetapi dengan bangkit, Ia menghapuskannya. Dengan demikian, Ia mengakhiri cengkeraman maut. Dari yang kekal, Ia menjadikannya sementara. Dengan demikian, sama seperti di dalam Adam semua orang mati, demikian pula di dalam Kristus semua orang akan dihidupkan kembali.” Tuhan selalu Pengasih dan Penyayang karena hidup kekal yang diberikan-Nya kepada kita semua.

P. John Laba, SDB